Jejeran lampu temaram memperjelas siluet beberapa manusia yang tengah duduk lesehan di muka panggung. Malam itu, Sabtu (3/8/2019), muda mudi Bojonegoro meramaikan acara musik Pohon Kresen #2 yang dihelat di Matoh Guest House.
Matahari telah sepenuhnya meninggalkan bumi bagian Bojonegoro. Gelap sepenuhnya menguasai. Asap dari api unggun membumbung. Lampu berwarna kuning sengaja dibuat redup. Menyorot ke arah panggung.
Sekitar seratusan muda mudi berkumpul, berdendang, dan tenggelam dalam keteduhan acara Musik Pohon Kresen #2. Acara syahdu bagi para penikmat musik alternatif di Bojonegoro.
Aroma kopi memanggil dari sudut lapangan yang disulap menjadi venue acara. Penyelenggara acara ini, Selasar Coffee, menyediakan kopi dan jajanan polo pendhem sebagai cemilan sembari menikmati acara musik.
Musik Pohon Kresen telah diadakan kedua kalinya oleh Selasar Coffee. Volume pertama telah diadakan pada tanggal 8 April 2019 lalu. Mendatangkan musikus perempuan ternama, Sandrayati Fay. Serta musikus andal asli Bojonegoro lain. Seperti Tutak Tutuk Gathuk atau TTG, Jingga, serta komunitas pecinta musik jazz yang menjelma jadi kelompok musik Jacob.
Acara ini perlahan menunjukkan konsistensinya sebagai wadah para musikus folk di Bojonegoro. Acara ini pula yang menunjukkan betapa muda-mudi Bojonegoro teramat menikmati musik folk. Identik dengan kata syahdu, senja, dan ruang pikir yang penuh dengan kontemplasi sarat makna.
Penyelenggara Musik Pohon Kresen #2, Billy Herba mengatakan bahwa acara ini bertujuan untuk mengembangankan kreativitas anak muda Bojonegoro dalam bermusik. Tanpa membatasi lingkup genre. Meskipun saat ini, baik dari volume pertama atau kedua, Musik Pohon Kresen lebih menonjolkan musik folk.
“Kami berfokus pada pengembangan kreativitas pemuda di Bojonegoro. Terutama di bidang musik. Tidak ada batasan genre. Yang paling utama adalah mengajak pemuda Bojonegoro untuk produktif bersama. Supaya ada wave produktivitas yang masif,” ungkap Billy pada Jurnaba.co.
Pada volume kedua, Musik Pohon Kresen memang tidak memboyong musikus dari luar Bojonegoro. Namun, hal ini tidak mengurangi antusiasme Nabsky pecinta musik folk. Sederet musikus lokal yakni Belantara, Jingga, serta Tutak Tutuk Gathuk mampu menyihir penonton dengan musik dan lirik syahdu.
Lagu-lagu musikus ternama dalam negeri disulap laiknya lagu ciptaan sendiri. Sejumlah lagu dari band-band indie folk, Reza Artamevia, hingga Lord Didi Kempot digarap dengan apik dan khas.
Paduan instrumen musik yang unik mampu merombak lagu yang telah akrab di telinga penonton jadi musik yang benar-benar segar nan syahdu. Kombinasi alat musik modern seperti gitar, cajoon dan keyboard menyatu dengan indah bersama seruling, ukulele, hingga saxophone.
Momentum yang seru sekaligus menyayat hati terjadi kala Jingga membawakan lagu Lord Didi Kempot yang bertajuk Layang Kangen. Para penonton yang datang tak kuasa menahan rasa untuk sing a long.
Selain itu, ada Tutak Tutuk Gathuk (TTG) yang juga tampil memukau dengan lagu-lagu ciptaannya. Beberapa lagu yang saat ini sedang digodog di dapur rekaman tersebut mampu menyihir para penonton.
Vokalis sekaligus penulis lagu-lagu TTG, Oky Dwicahyo melihat acara ini berlangsung sukses. Terutama jika berfokus pada musikalitas penampil. Baik dalam segi teknis sound system hingga musik yang disuguhkan penampil.
“Acara ini sangat menarik, karena konsepnya terwujud sederhana. Namun mampu menghangatkan malam yang dingin. Pentonton bisa fokus dan menikmati kualitas musik yang disajikan,” kata Oky yang mengungkapkan opininya sebagai penampil sekaligus pentonton acara.
Ke depannya, Oky juga berharap bahwa Musik Pohon Kresen akan terus diadakan secara rutin. Dengan konsep yang konsisten, dengan mencari penampil-penampil yang baru.
“Semoga acara ini terus ada, dengan konsep yang konsisten. Harapannya acara ini mampu mengangkat grup musik lokal di Bojonegoro,” tambah Oky.
Dapat dikatakan bahwa acara Musik Pohon Kresen #2 telah menjadi wadah bagi karya-karya para musikus lokal Bojonegoro. Acara juga semakin syahdu karena penonton bisa langsung berinteraksi dan bernyanyi bersama para penampil.
Tak dapat dipungkiri bahwa gelombang konser folk yang syahdu telah sampai di Bojonegoro. Gelombang yang telah tergarap secara apik dan juga tersampaikan dengan tepat sasaran.
Pergelaran Musik Pohon Kresen #2 membuktikan bahwa genre alternatif, terutama folk mampu mengalir ke berbagai lapisan masyarakat. Kini, musik folk tak hanya milik kaum metropolitan saja. Mereka melebur bersama penikmat senja di seluruh daerah di Nusantara.