Lewat kelompok tani Sri Rejeki, Desa Bogo Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro berhasil mengolah tanaman kelor menjadi berbagai macam produk bermanfaat. Lewat kegigihan dan usaha tak kenal menyerah, kelompok tani itu mampu menghasilkan produk-produk yang bermanfaat sekaligus memiliki nilai ekonomis tinggi.
Semua berawal dari 2016 ketika Pemerintah Kabupaten Bojonegoro membuat program peningkatan perekonomian pedesaan. Pemerintah Desa Bogo pun menindaklanjuti program tersebut dengan budidaya tanaman kelor yang memang mudah ditemui di sekitar desa.
Setelah itu, dibentuklah Karya Tani Sri Rejeki untuk mewadahi program budidaya tanaman kelor. Lewat pendampingan dari Pemkab Bojonegoro, karya tani Sri Rejeki yang beranggotakan belasan orang itu mampu membudidayakan tanaman kelor sekaligus mengolahnya menjadi berbagai macam produk bernilai jual dengan nama brand Kelorita.
Sampai saat ini, sudah banyak produk yang dihasilkan. Sebut saja teh celup, biji kelor, serbuk kelor, kerupuk kelor hingga kapsul kelor. Semua produk tersebut sudah dipasarkan ke berbagai tempat seperti koperasi atau toko jajanan di Bojonegoro.
Diantara produk yang dihasilkan, olahan teh celup dari daun kelor menjadi paling populer. Tak hanya menjadi makanan maupun minuman saja, tanaman kelor juga bisa diolah menjadi obat dan kosmetik.
Menurut hasil penelitian, biji kelor dipercaya mampu menyembuhkan berbagai penyakit dalam. Biji kelor yang sudah diolah menjadi serbuk pun bisa menjadi bahan baku kosmetik.
Ketekunan dari karya tani Sri Rejeki ini berbuah manis. Meski masih terhitung baru, omset penjualan selalu meningkat tiap tahunnya. Dalam sebulan, mereka bisa mengantongi 8 – 10 juta Rupiah. Jumlah yang signifikan dalam menggerakkan roda perekonomian para anggotanya, yang mayoritas adalah ibu rumah tangga.
Ekspansi pasar terus dilakukan agar brand Kelorita semakin dikenal. Berbagai hal dilakukan untuk memperkuat brand Kelorita. Kerja sama dengan berbagai dinas pun terus digalakkan.
Salah satu penggerak karya tani Sri Rejeki, Puji Astutik bercerita bahwa produk yang dihasilkan sudah bisa dikirim ke berbagai daerah di Indonesia, tak hanya di Bojonegoro saja. Hal ini terjadi berkat campur tangan dari berbagai pihak. Bahkan, produk Kelorita sudah sampai ke luar negeri seperti Lithuania, Maroko dan Brunei Darussalam.
“Kami pernah mengekspor produk Kelorita hingga ke luar negeri, yakni Lithuania. Kami juga melakukan pameran produk ke Maroko dan Brunei Darussalam,” ujar Puji Astutik.
Keberhasilan dalam mengembangkan olahan kelor membuat banyak kelompok tani maupun penggerak PKK dari daerah lain belajar ke Desa Bogo. Ada yang datang dari kecamatan lain di Bojonegoro sendiri. Ada pula yang datang dari kabupaten tetangga seperti Tuban dan Lamongan.
Meski sudah menembus pasar luar negeri, karya tani Sri Rejeki masih menemui banyak kesulitan. Salah satunya adalah sulitnya mencari bahan baku. Keterbatasan lahan di tempat budidaya Desa Bogo membuat produksi tanaman kelor tidak bisa maksimal. Padahal, permintaan untuk ekspor sangat tinggi.
Puji Astutik tidak ingin asal comot tanaman kelor dalam proses produksi. Pasalnya, dibutuhkan varietas khusus untuk bisa menghasilkan produk olahan kelor berkualitas. Kalau asal comot, ditakutkan kualitas produk olahan menjadi menurun.
Untuk meningkatkan produktivitas, karya tani Sri Rejeki berharap jika pemuda setempat mau turut serta membantu budidaya tanaman kelor. Warga sekitar pun diharapkan mau menanam tanaman kelor di halaman atau pekarangan rumahnya.
Sayangnya, pemuda Desa Bogo masih banyak yang skeptis perihal budidaya tanaman kelor ini. Menurut Puji, para pemuda desa setempat masih belum tergerak karena berbagai alasan. Salah satunya alasan ekonomi. Mereka merasa bahwa bisnis yang dikembangkan karya tani Sri Rejeki belum menguntungkan secara ekonomi.
“Kebanyakan pemuda di Desa Bogo belum bisa diajak berpartisipasi. Mereka masih ragu dengan prospek bisnis dan ekonomi dari olahan tanaman kelor ini,” ungkapnya.
Ke depan, karya tani Sri Rejeki ingin menjadikan Bogo sebagai Desa Wisata. Modal yang sudah dimiliki berupa pengembangan budidaya tanaman kelor yang sudah berjalan dua tahun terakhir memang harus ditingkatkan kualitasnya. Sarana dan prasarana juga harus terus dibangun.
Memang dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak agar budidaya sekaligus pengolahan tanaman kelor di desa Bogo ini bisa berjalan ke depan. Dengan begitu, Desa Bogo bisa menjadi penghasil tanaman kelor yang berkualitas sekaligus mampu menjadi Desa Wisata yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan dari Bojonegoro maupun luar Bojonegoro.