Peningkatan partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2019 jadi kabar baik bagi banyak pihak. Dari berbagai rilis dan laporan lembaga survei, tingkat partisipasi masyarakat di Pemilu 2019 mencapai 75 hingga 80 persen lebih. Peran media jadi satu dari sekian faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada Pemilu 2019.
Pengumuman mengenai jumlah pemilih pada Pemilu 2019 memang belum dirilis oleh Komisi Pemilihan Umum. Meski belum dirilis secara resmi, indikasi peningkatan partisipasi pemilih sudah terlihat dari pantauan lembaga survei yang turun langsung ke berbagai TPS.
Ketua KPU, Arief Budiman menjelaskan bahwa tingkat partisipasi Pemilu 2019 ini terbilang tinggi. KPU pun berharap tingkat partisipasi bisa mencapai target sebesar 77,5 persen.
“Jumlah pemilih menggunakan hak pilih, berdasarkan pengamatan pada beberapa TPS terlihat antusiasme masyarakat yang cukup tinggi. Diharapkan partisipasi mampu mencapai target yang ditetapkan KPU sebesar 77,5 persen,” ujar Ketua KPU Arief Budiman seperti dikutip dari DetikNews.
Peningkatan jumlah pemilih juga terjadi di Bojonegoro. Sejumlah TPS di kecamatan kota Bojonegoro yang didatangi tim Jurnaba.co terlihat ramai di hari pencoblosan.
Contohnya TPS 09 Desa Pacul Bojonegoro. Menurut petugas KPPS setempat, Heru, jumlah warga yang datang ke TPS mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan Pilkada atau Pemilu 2014.
“Jumlah yang datang cukup banyak. Bahkan sempat ada antrean yang cukup panjang dari para pemilih,” ungkap petugas KPPS yang ditemui oleh tim Jurnaba.co
Hal yang serupa juga terjadi di TPS 04 RT 13 Kelurahan Mojokampung. Menurut Ketua KPPS, Suyanto, tingkat partisipasi warga melonjak jauh. Berdasarkan data yang ada, tingkat presentase pemilih di TPS 13 Mojokampung mencapai 80 persen lebih.
“Alhamdulilah, tingkat partisipasi warga yang terdaftar di DPT sangat tinggi. Sampai penutupan, ada sekitar 80 persen warga yang telah menyalurkan suaranya di TPS,” ujar Suyanto.
Peningkatan jumlah partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2019 sedikit banyak dipengaruhi oleh media massa. Eksposur media terhadap pergelaran Pemilu dan Pilpres ini memang sangat masif. Hampir tiap hari pemberitaan media cetak, televisi, dan internet diisi oleh dinamika Pemilu dan Pilpres.
Beberapa televisi nasional sering memberikan tayangan tentang Pilpres yang mendatangkan sosok-sosok penting. Seperti tim pemenangan capres, fungsionaris partai, hingga wakil dari lembaga survei.Tayangan yang muncul terus menerus ini harusnya mempengaruhi psikologis masyarakat.
Tak hanya media massa nasional, media sosial yang digunakan tiap hari juga berpengaruh dalam meningkatkan partisipasi pemilih. Hampir tiap hari, obrolan tentang Pilpres dan Pemilu mewarnai linimasa.
Peneliti Pusat Penelituan Politik LIPI Wawan Ichwanuddin mengatakan, 60 persen anak muda mengakses berita politik lewat media sosial. Hal itu menunjukkan bahwa media sosial punya pengaruh yang cukup besar dalam dunia politik.
Anak muda memang menggunakan media sosial untuk mengakses berbagai macam informasi. Termasuk informasi yang berhubungan dengan politik.
Hal itu pula yang membuat fungsionaris partai atau tokoh politik mencoba mendekatkan diri dengan pemilih muda lewat media sosial. Terutama di medium Twitter yang arus informasinya sangat cepat.
Beberapa minggu jelang pencoblosan, timses dari kedua kubu terlibat perang hashtag atau tagar. Hal itu membuat trending topic di Twitter Indonesia dipenuhi oleh tagar yang berhubungan dengan politik.
Hal ini masih ditambah dengan tokoh-tokoh politik ternama yang menggunakan medium Twitter untuk berkampanye maupun menyerang lawan politiknya. Jadi jangan heran jika tiap membuka medsos, topik yang selalu hangat diperbincangkan adalah tentang politik.
Perhelatan Pemilu 2019 ini berjalan dengan sukses jika melihat tingkat partisipasi pemilih yang tercatat. Ekposur media benar-benar berpengaruh dalam meningkatnya partisipasi masyarakat. Semoga benar-benar ada kabar baik dari KPU ya Nabs tentang peningkatan jumlah pemilih pada Pemilu 2019.