Sebuah laporan pertanggungjawaban Sayembara Nulis Jurnaba 2021.
Para peserta Sayembara Nulis Rasa Syukur adalah orang-orang pilihan. Orang-orang yang ditakdir bisa menyelesaikan dan mengirim tulisan. Ini penting karena: presiden atau doktor atau profesor pun, jika tak ditakdir, tak akan bisa melakukannya.
Nabs, Jurnaba Institute berupaya mentradisikan Sayembara Nulis Jurnaba tiap akhir tahun. Tahun ini, tema yang disayembarakan adalah Nulis Rasa Syukur (2021). Sementara tema tahun sebelumnya, Nulis Momen Bahagia (2021).
Tema-tema yang dipilih Jurnaba, memang terkesan sederhana dan ringan dan sepele. Namun, di balik itu semua, tentu ada maksudnya. Jurnaba identik media yang berupaya menyederhanakan tulisan ndakik-ndakik, sekaligus membuat tulisan ringan jadi lebih falsafi dan elegan.
Tujuannya, agar siapapun mau dan mampu belajar nulis. Sebab kita tahu, banyak orang punya bakat nulis dan ingin nulis tapi tak percaya diri pada tulisannya, hanya karena syarat pemuatan di media terlalu ndakik-ndakik (padahal aslinya b aja sih).
Itu alasan Jurnaba selalu mengapresiasi tulisan. Sesederhana apapun sebuah tulisan, bagi Jurnaba, sesungguhnya ia tak pernah sederhana. Tulisan yang diapresiasi, akan menimbulkan rasa percaya diri penulis. Dan dari sanalah, penulis akan bisa mengembangkan tulisan sederhana menjadi lebih elegan.
Coba renungkan: bagaimana bisa seorang penulis mampu mengembangkan diri jika tak pernah diapresiasi? Itu kan kayak: durung nembak wes ditolak. Hmm.
Nah, jalan ninja Jurnaba adalah mengapresiasi tulisan sederhana, agar jadi tulisan elegan.
Jurnaba menasbihkan diri sebagai “institusi literasi” yang berupaya mengajak semua orang untuk membaca dan menulis, dari hal-hal yang dekat dan sederhana, untuk disajikan secara elegan, falsafi, dan penuh permenungan.
Pada sayembara Nulis Rasa Syukur 2021 ini, ada banyak tulisan yang dikirim. Namun, hanya beberapa yang bisa masuk sebagai peserta. Alasannya sederhana: banyak yang ngirim naskah tapi lupa tak mengirim data diri. Hmm ~
Dari sejumlah naskah yang disertai data diri itu, kami filter, lalu, kami posting di web Jurnaba dan di bawahnya kami beri tag: “Sayembara Nulis Rasa Syukur” untuk menandai bahwa ini tulisan peserta sayembara. Tujuannya, agar mudah dicari dan dibaca.
Dari tulisan-tulisan berkategori sayembara itu, kami, tim redaksi, berupaya mencari 3 tulisan terbaik. Ingat! terbaik di sini, maksudnya, sesuai dengan instrumen penilaian. Sebab, Jurnaba yakin semua tulisan itu baik. Bedanya, sesuai instrumen penilaian atau tidak, itu saja.
Oke, berikut ini 3 juara Sayembara Nulis Rasa Syukur 2021 yang sudah digodok dan dimatangkan — diamati, di-valuasi, dan dibaca secara bertubi-tubi — oleh tim redaksi Jurnaba.
Naskah berjudul Lepaslah Simpul Mati karya Dina Dahliana menempati juara 3.
Naskah berjudul Berlari untuk Bahagia karya Ahmad Fuadi menempati juara 2.
Dan terakhir, naskah berjudul Bersyukur dari Dekat karya Anggita Ariati menempati juara 1.
Kami mengucapkan selamat atas 3 pemenang terpilih. Apresiasi dari Jurnaba memang tak seberapa, tapi semoga bisa jadi pertanda dan pengingat untuk terus membaca dan menulis kehidupan.
Sementara untuk peserta yang belum jadi pemenang. Kau tahu, kau sudah menang, bahkan sebelum kami membaca tulisanmu. Ya, kau telah menang melawan rasa malas. Bagi Jurnaba, itu adalah prestasi yang sangat besar.
Terus semangat dan sampai jumpa di Sayembara Nulis Jurnaba tahun depan yaa…