Pepohonan dan tiang listrik memiliki peran yang tidak remeh dalam membawa nama calon legislatif menuju kursi impian. Meski, sesaat pasca pemilihan, peran itu kerap dilupakan.
Tim sukses hanya akan menjadi tim gagal tanpa keberadaan pohon dan tiang listrik. Sebab, hampir semua tim sukses partai politik pasti menjalin kerjasama secara intens pada tiang listrik dan pepohonan selama masa pemilihan berlangsung.
Meski, tentu saja, kerjasama dan hubungan baik itu akan segera dilupakan pasca masa pemilihan usai. Tidak hanya seperti kacang lupa kulit, sikap tim sukses pada pohon dan tiang listrik kadang seperti dia yang suka meninggalkanmu begitu saja saat tujuannya sudah tercapai. Huft.
Nabs, pernah nggak sih saat kamu melintas di sebuah jalan, melihat banyak banner atau poster yang memajang nama dan foto calon legislatif di sebuah tiang listrik atau pohon? Kau tahu, betapa besar pengorbanan rasa sakit pohon atau tiang listrik atas pemandangan itu?
Pohon rela dipaku tubuhnya demi popularitas seseorang. Meski, setelah pemilihan usai — terlepas orang di poster itu populer atau tidak —, pohon akan ditinggalkan begitu saja. Hidup dalam kesendirian malam nan dingin. Sedih nggak sih, Nabs?
Hal sama juga terjadi pada tiang listrik. Tetiangan yang setiap hari mengalirkan cahaya ke rumah kita itu, tidak kalah sengsaranya. Sudah susah-susah menahan beban kabel, masih saja dia ditempeli gambar-gambar dan nama orang yang tak dia kenal.
Kau bisa membayangkan, Nabs, ujug-ujug seseorang memberimu beban hidup dengan cara menempelkan wajah dan masalahnya padamu. Lalu, sesaat setelah tujuannya selesai, kau ditinggalkan begitu saja. Bukankah itu huft banget nggak sih? Hmm ~
Tapi, sejahat apapun yang dilakukan para timses caleg pada tiang listrik ataupun pepohonan, entah kenapa tiang dan pohon itu tetap menebar cinta pada mereka. Setidaknya, tiang listrik dan pepohonan nggak pernah mau sedih dan menangis lho, Nabs.
Coba bayangkan, andai pepohonan itu nangis dan kosel-kosel, pasti poster dan banner para caleg bakal luntur dan rusak tak beraturan. Andai tiang listrik nangis dan kosel-kosel, kabel bakal korsleting dan tidak menutup kemungkinan, kebakaran pun bisa terjadi.
Tapi, itu tidak terjadi karena pepohonan dan tiang listrik tak pernah mau membalas keburukan dengan perihal buruk. Tapi justru, dia biasa saja dan nggak menganggap ada masalah sama sekali.
Sikap sabar tiang listrik dan pepohonan pada para timses caleg yang memasang poster secara ngawur itu, memberi pelajaran pada kita bahwa love without being hurt itu jarang banget. Jadi, kalau kamu jatuh cinta dan tersakiti itu wajar. Halah.
Memasang poster dan banner calon legislatif dengan cara dipaku di pohon, selain menyakiti perasaan pepohonan, juga melanggar peraturan. Ini beneran lho, Nabs!
Di Bojonegoro, sejak masa kampanye dimulai, banyak sekali alat peraga kampanye (APK) terpasang di pohon dan tiang listrik. Pasti kamu pernah tahu kan? Padahal, selain melanggar perasaan tiang listrik dan pepohonan, tindakan itu melanggar peraturan lho.
Kepala Satpol PP Bojonegoro, Achmad Gunawan menjelaskan, memasang APK ngawur di tiang listrik dan pepohonan melanggar Perbup nomor 31 tahun 2017 tentang pemasangan atribut. Sekaligus melanggar Perda nomor 15 tahun 2015 tentang penyelenggaraan trantibum.
“Memang banyak sekali APK yang dipaku di pohon. Itu sangat disayangkan. Harusnya dipasang di tempat yang benar dan dengan cara yang benar,” kata Gunawan.
Pada akhir Desember 2018 lalu, Bawaslu Kabupaten Bojonegoro menertibkan 672 APK dari caleg Bojonegoro. Kebanyakan pelanggarannya adalah APK yang menempel di pohon. Padahal peraturan sudah tegas melarang hal tersebut.
“Alat peraga kampanye itu tidak boleh menempel di pohon, jalan protokol, taman kota, tiang listrik, tiang telepon, tempat umum seperti tempat ibadah, sekolah dan fasilitas umum lainnya,” ujar koordinator divisi penindakan pelanggaran Bawaslu Bojonegoro, Dian Widodo.
Memasang APK di tiang listrik dan pepohonan itu, tidak hanya menyakiti tiang listrik dan pohon. Tapi juga melanggar peraturan. Karena itu, sudah waktunya tindakan buruk semacam itu, tidak lagi dilakukan.
Teknik memasang poster ataupun banner di pohon atau tiang listrik sebenarnya sudah usang. Harusnya, timses punya cara lain yang lebih elegan dan tidak melanggar peraturan.
Memasang nama caleg sebagai password Wi-Fi adalah satu di antara banyak teknik propaganda halus yang tidak menyakiti perasaan siapapun. Kecuali yang nyaleg adalah mantan kamu. Eh