Minggu lalu, tepatnya pada Selasa (18/12/2018) malam, Kota Surabaya mengalami sedikit musibah. Salah satu bagian Jalan Raya Gubeng mengalami ambles. Namun, cepatnya perbaikan menunjukkan hebatnya Wali Kota Surabaya: Tri Rismaharini.
Mengutip kompas.com, lokasi amblesnya jalan dekat dengan proyek basement Rumah Sakit Siloam. Panjang jalan yang ambles ini sekitar 10 meter. Sedangkan kedalamannya mencapai 15 meter.
Saat ini, amblesnya Jalan Raya Gubeng sedang tahap perbaikan. Penanganan dari Pemkot Surabaya sangat cepat dan tanggap. Direncakanan, perbaikan beres dalam hitungan hari. Meski, tentu saja, untuk harinya masih belum bisa dipastikan.
Menurut Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, perbaikan amblesnya jalan tersebut lebih cepat dari rencana. Awalnya, perbaikan diperkirakan selama 7 hari.
Namun, Jalan Raya Gubeng sudah melalui tahap pengaspalan pada hari ke-5 perbaikan. Jalan ini sudah tersambung dan siap digunakan pada hari ke-6. Hmm
“Ini manajemennya sulit. Jadi, kalau tidak mengerti pengaturan manajemen pekerja itu lama. Jadi kontrol saya di situ, bukan pada kualitas.” ujar Risma.
Tanggapnya Pemkot Surabaya dalam menangani bencana patut diberi apresiasi. Hal ini mirip seperti yang dilakukan Negara Jepang. Jepang memiliki kecepatan dalam penanganan bencana alam. Setiap mengalami musibah, Jepang sangat cepat dan tanggap untuk segera membenahinya.
Risma, tentu menjadi Wali Kota panutan. Meski dalam kondisi tubuh kurang fit, masih selalu menyempatkan diri mengawasi proses perbaikan. Sangat jarang Wali Kota mampu se-perhatian itu pada kota yang dipimpin.
Jika Kota Surabaya mampu seperti Negara Jepang, maka Bojonegoro pun bisa. Bojonegoro harus mampu mencontoh Jepang atau Kota Surabaya dalam penanganan bencana.
Seperti yang kita tahu, setiap tahunnya Bojonegoro berpotensi mengalami banjir. Banjir diakibatkan luapan Sungai Bengawan Solo pada musim penghujan.
Bencana biasanya datang secara mendadak. Tidak bisa diprediksi jauh hari sebelumnya. Dipastikan akan ada kerugian yang dialami. Kerugian bisa berupa harta benda.
Belum lagi, penanganan yang lambat dapat menghambat kinerja masyarakat dan pemerintah. Selain membutuhkan biaya penanganan, aktivitas perekonomian masyarakat akan terganggu pula.
Semakin lama penanganan, semakin besar pula kerugian yang didapat. Reaksi cepat dan tanggap selalu dibutuhkan. Hal ini demi menghindari kerugian yang harus ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah.
Reaksi cepat tidak hanya bagi pemerintahan saja. Masyarakat dan swasta juga harus saling bekerja sama yang bersifat solutif cepat. Cepat bukan berarti abai terhadap kualitas.
Kerja sama seluruh lapisan masyarakat perlu didukung adanya sumber daya manusia yang mumpuni. Salah satunya adalah pemimpin yang berada di puncak manajemen. Adanya sosok pemimpin sangat berpengaruh terhadap manajemen yang bersifat solutif.
Kota Surabaya sempat mendapat penghargaan di The Guangzhou International Awards 2018. Penghargaan tersebut diterima Tri Rismaharini pada Jum’at 7 Desember 2018 di China.
Kota Surabaya mendapat penghargaan sebagai Online Popular City. Jika kita bisa mencontohnya, tidak menutup kemungkinan Bojonegoro juga bakal dapat penghargaan selanjutnya.