Dewasa ini mungkin kita tidak asing dengan kasus ratusan siswa hamil sebelum nikah di Ponorogo. Data dari pengadilan Tinggi Agama Surabaya mencatat angka permohonan dispensasi nikah di Provinsi Jawa Timur pada 2022 mencapai angka 15.212 kasus.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Maria Ernawati menyebutkan kasus pernikahan dini di provinsi ini masih sangat tinggi.
Alasan mayoritas yang ingin mengajukan dispensasi nikah lantaran anak hamil duluan dan melahirkan, sisanya lantaran sudah berpacaran dan lebih memilih untuk menikah ketimbang melanjutkan sekolah.
Lalu mau dibawa kemana pendidikan mereka jika terus terjadi seperti ini? Apakah menurut mereka mudah untuk menjadi orang tua di usia yang masih dini? Tentu itu bukan hal yang mudah.
Saya sebagai perempuan miris mendengar berita ini, dengan mudahnya mereka melakukan hal yang beresiko tinggi pada dirinya tanpa berpikir panjang bagaimana masa depan mereka nantinya. Disini perempuan harus menanggung malu, pendidikannya harus berhenti, dianggap buruk oleh orang lain dan parahnya ketika anak itu lahir nasabnya tidak bisa bernasab pada ayahnya sekalipun itu ayah kandungnya.
Mungkin menikah itu indah tapi kehidupan setelah menikah tidak selamanya indah. Akan ada banyak ujian setelahnya.
Dengan usia yang masih dini yang pastinya belum mampu mengkondisikan emosinya dengan baik dan dari kondisi ini mungkin nantinya akan berdampak pada kasus perceraian. Pernikahan dini ini memaksa mereka untuk menjadi dewasa sebelum waktunya.
Tidak mudah untuk memberikan edukasi seksual di zaman yang semakin maju ini, media sosial seakan hanya menjadi tempat untuk hura-hura saja, tidak ada hal lain, pun jika ada mungkin hanya akan dilewatkan. Tidak ada yang spesial jika hanya itu-itu saja, bukan maksud untuk memandang sebelah mata orang lain.
Bukankah generasi Z sekarang bahkan anak kecil dan bayi pun sudah menguasai betul dan meluangkan waktu 1×24 jam untuk menatap layar handphone? Penting juga untuk mengajari pada si kecil sejak dini tentang edukasi seksual dan kekerasan seksual, pada remaja? Orang dewasa? Orangtua? Kenapa tidak? Belum terlambat.
Pendidikan itu penting sekali, apalagi untuk perempuan dan dalam hadits juga dijelaskan bahwa ibu adalah Madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Nah, bekali dulu diri ini dengan ilmu dan jangan terburu-buru dalam melakukan sesuatu pikirkan bagaimana konsekuensinya. Jangan biarkan nafsu menguasai dirimu.
Untuk banyak perempuan disana, semangat ya! Kita memang hidup di zaman yang seperti ini, zaman dimana semua hal dianggap bebas.
Boleh kita mengikuti perkembangan zaman tapi ikutilah dengan iman karena hanya dengan iman itulah kita akan tau apa yang memang baik untuk kita dan sebaliknya.
Jangan mudah percaya pada rayuan cinta laki-laki yang belum halal untuk mu. Jika ingin menikah, hendaknya kita perdalam dulu ilmunya dan ketika dirasa sudah cukup ilmunya serta siap fisik dan batinnya barulah kita berpikir untuk menikah.
Memang jatuh cinta itu indah tapi jika cinta itu membawamu jauh dari tuhanmu maka itu bukan cinta namun nafsu. Pandailah untuk menjaga diri dan membedakan antara cinta dan nafsu, kita kuatkan iman dengan perbanyak mendekatkan diri pada-Nya.
Terlepas dari apapun itu perempuan berhak memiliki mahkota, semisal mahkota itu pernah jatuh di masa lalu maka kita tinggal mengambil dan meletakkan kembali mahkota itu diatas kepala kita. Kita bisa merubah masa lalu yang buruk dengan menjadi perempuan yang lebih baik dari sebelumnya.
Penulis adalah salah anggota UKM Penalaran dan Penulisan Griya Cendekia dan mahasiswi Prodi PAI UNUGIRI Bojonegoro.