Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba

Perguruan Pencak Silat ini Lahir di Bojonegoro

Bakti Suryo by Bakti Suryo
15/11/2018
in JURNAKULTURA
Perguruan Pencak Silat ini Lahir di Bojonegoro

Aksi peragaan jurus bersama dari anggota Bojonegoro Kampung Pesilat di Alun-alun Kota Bojonegoro (7/11/2018).

Bojonegoro memiliki pencak silat tradisional. Ia lahir dan tumbuh di masyarakat akar rumput Bojonegoro. RASA, begitu masyarakat menyebutnya. Pencak silat yang berasal dari Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro itu sudah berusia 70 tahun.

Pencak silat sebagai budaya bangsa memiliki nilai seni tersendiri. Seni dalam pencak silat dapat dilihat dari keindahan gerakan yang lembut namun lincah. Berirama namun mantap bertenaga.

Selain sebagai seni, pencak silat juga dikategorikan sebagai olahraga yang cukup keras. Hal tersebut terbukti dengan jurus-jurus pencak silat yang bertujuan membela diri hingga mampu melumpuhkan lawan.

Perkembangan pencak silat di berbagai penjuru Indonesia tergolong cukup pesat. Termasuk Kota Bojonegoro yang turut berperan dalam mengembangkan budaya leluhur ini. RASA menjadi satu diantara sekian banyak perguruan pencak silat di Indonesia.

RASA merupakan perguruan pencak silat asli dari Kota Bojonegoro. Pencak Silat RASA ini lahir di Desa Sukorejo, desa yang cukup besar di tengah Kecamatan Bojonegoro. Perguruan ini memiliki nama lengkap Organisasi Olahraga Seni Beladiri Pencak Silat RASA Bojonegoro.

Nama RASA sendiri merupakan singkatan dari Rukun Angudi Santosoning Anggo. Kalimat tersebut memiliki makna bahwa hidup secara rukun itu jalan untuk mencari kesehatan, baik lahir dan batin, serta kejayaan dalam hidup.

Ketua Cabang RASA Bojonegoro, Ahmad Su’udi menceritakan sejarah awal berdirinya RASA. Semua dimulai saat masa sebelum kemerdekaan. Mbah Rusiman, seorang pegawai PJKA pada saat itu, secara sembunyi-sembunyi melatih masyarakat agar mampu melawan penjajah.

Cara melatihnya adalah dengan kamuflase belajar pencak silat yang dibungkus dengan seni tari dan jidoran. Menurut Su’udi atau akrab disapa Udin, hal itu dilakukan agar tidak ketahuan oleh penjajah.

Seni jidoran memang sangat lekat dengan perguruan RASA. Sampai saat ini, RASA masih memanfaatkan jidoran untuk mengenalkan diri ke khalayak yang lebih luas. Biasanya, jidoran juga diikuti dengan peragaan silat oleh para anggotanya.

Setelah melewati kemerdekaan Republik Indonesia, RASA resmi didirikan pada tanggal 1 Mei 1948 sebagai perguruan pencak silat. Peresmian tersebut dilakukan oleh Ahmadi, salah satu murid dari Mbah Rusiman.

Pada saat itu, Ahmadi menjabat sebagai Kepala Desa Sukorejo. Area belakang Stasiun Bojonegoro dijadikan sebagai tempat latihan rutin. Latihan tersebut diikuti oleh para remaja dari Desa Sukorejo sendiri. RASA resmi bergabung ke dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) pada 1986.

Rudi, Ketua Rayon Tanjungharjo (kiri), bersama dengan Ketua RASA Bojonegoro, Ahmad Su’udi.

Guru Besar perguruan pencak silat ini sudah sampai generasi keempat. Mulai dari Mbah Rusiman, Ahmadi, H. Sulaiman dan yang terakhir saat ini adalah Kyai Dzuhri sebagai Guru Besar RASA. Pemilihan guru besar bukan berdasarkan silsilah keluarga, melainkan dari titah guru besar sebelumnya.

Pencak silat dengan logo trisula di dalam segitiga ini beraliran beladiri tradisional. Terdapat 4 jenjang tingkatan yang harus ditempuh setelah menjadi siswa latihan. Jenjang tingkatan tersebut, secara berurutan disimbolkan dengan sabuk berwarna hijau, merah, kuning dan putih.

Setiap tingkatan ditempuh dalam waktu 6 bulan. Bagi warga RASA yang sudah menyandang tingkatan sabuk putih, mereka sudah berhak untuk melatih atau mengajarkan ilmunya. Keilmuan yang diajarkan pun bervariasi. Mulai dari olah fisik, olah nafas hingga olah batin.

“Yang terpenting adalah kanuragannya, olah fisik agar sehat. Untuk pernafasan dan olah batin ya ada, menyesuaikan tingkatan saja.” kata Udin.

Selain membawa filosofi tersebut, RASA juga mengajarkan prinsip hidup bagi anggotanya. Hal itu diungkapkan oleh Ketua RASA Rayon Tanjungharjo, Rudi. Prinsip hidup tersebut adalah ijen wani, yang berarti setiap anggota RASA harus berani menghadapi apapun sendirian.

“RASA itu mengajarkan bela keselamatan, bukan soal bela dirinya. Jadi bukan soal membela diri, tapi bagaimana agar diri ini selalu berada dalam keselamatan.” tukas Rudi.

Di Bojonegoro sendiri, anggota RASA sudah cukup banyak. Mulai dari usia SD hingga remaja. Untuk anggota-anggota dari usia dewasa biasanya berlatih secara privat atau menyesuaikan sendiri jadwal latihan dengan pelatih. Penyebaran kelompok latihan pun sudah cukup luas.

Di Desa Sukorejo sendiri sudah ada 6 kelompok latihan. Di Kabupaten Bojonegoro pun RASA sudah menyebar ke beberapa kecamatan seperti Kapas, Dander, Ngasem hingga Tambak Rejo. Bahkan, pencak silat ini telah berkembang pula di Gresik, Surabaya hingga Malaysia.

Pengurus dan anggota perguruan pencak silat RASA berpose bersama.

Untuk saat ini, pengurus RASA sedang fokus mempersiapkan para anggotanya untuk menjadi atlet pencak silat berprestasi. Selain itu, promosi pencak silat untuk menambah anggota pun masih terus dilakukan. Hal ini tentu penting dalam melestarikan budaya bangsa dan tradisi leluhur.

“Saat ini harus disesuaikan dengan zaman milenial. Kebutuhan saat ini kan prestasi, ya itu yang ditawarkan. Jadi saat ini fokus ke atlet-atlet untuk berprestasi.” ucap Udin.

Melestarikan budaya leluhur memang penting. Apalagi jika hal tersebut sangat positif dan memuat nilai-nilai ajaran moral yang baik. RASA sebagai perguruan pencak silat asli Bojonegoro menjadi contoh konkret dalam pelestarian budaya leluhur yang sudah turun temurun.

Tags: BojonegoroPencak SilatRASA
Previous Post

Desa Ini Mampu Bikin Kurungan Perkutut jadi Bisnis Potensial

Next Post

Kemegahan Turnamen Voli Sidobandung Cup

BERITA MENARIK LAINNYA

‎Pranata Mangsa, Kearifan Waktu dalam Lima Pasaran Jawa
JURNAKULTURA

‎Pranata Mangsa, Kearifan Waktu dalam Lima Pasaran Jawa

07/11/2025
Pitutur Luhur Reksabumi: Kidung Leluhur untuk Menjaga Harmoni
JURNAKULTURA

Pitutur Luhur Reksabumi: Kidung Leluhur untuk Menjaga Harmoni

05/11/2025
Feng Ying, Naskah Monolog Yang Dihidupkan Akataraksa
JURNAKULTURA

Feng Ying, Naskah Monolog Yang Dihidupkan Akataraksa

04/10/2025

Comments 1

  1. Pingback: 7 Konten Jurnaba Paling Diminati Hingga Akhir 2018 – Jurnaba

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Anyar Nabs

Mensyukuri Nikmat Waktu Luang

Mensyukuri Nikmat Waktu Luang

13/11/2025
Ingatan yang Retak di Cermin Bangsa

Ingatan yang Retak di Cermin Bangsa

12/11/2025
Forum Kajian Pembangunan, Bojonegoro Institute Dorong Transisi Energi Bersih dan Berkeadilan

Forum Kajian Pembangunan, Bojonegoro Institute Dorong Transisi Energi Bersih dan Berkeadilan

11/11/2025
Ummu Kultsum, Sang Bintang Timur dari Negeri Piramid

Ummu Kultsum, Sang Bintang Timur dari Negeri Piramid

11/11/2025
  • Home
  • Tentang
  • Aturan Privasi
  • Kirim Konten
  • Kontak
No Result
View All Result
  • PERISTIWA
  • JURNAKULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • MANUSKRIP
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • JURNAKOLOGI
  • SUSTAINERGI
  • JURNABA PENERBIT

© Jurnaba.co All Rights Reserved

error: