Akibat dari banyaknya pedagang yang statusnya reaktif setelah melakukan rapid test, Pemerintah Provinsi Jawa Timur meminta penutupan Pasar Bojonegoro diperpanjang hingga Jumat 15 Mei 2020.
Kasus covid-19 di Bojonegoro menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Ini terjadi setelah pemkab melakukan rapid test kepada ratusan pedagang di Pasar Kota Bojonegoro. Dari 269 pedagang yang menjalani rapid test, 86 di antaranya menunjukkan hasil reaktif yang berpotensi positif covid-19.
Pasar Bojonegoro pun jadi klaster baru penyebaran covid-19. Karena itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur meminta agar penutupan pasar terbesar di Kabupaten Bojonegoro itu diperpanjang.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meminta agar pasar tradisional Kabupaten Bojonegoro yang sebelumnya ditutup dua hari, diperpanjang hingga tujuh hari. Selanjutnya, Pemprov juga menyarankan agar dilakukan proses isolasi secara ketat dan menyeluruh.
“Minimal ditutup tujuh hari karena reaktifnya cukup besar,” ujar Gubernur perempuan pertama di Jawa Timur tersebut.
Dikatakannya, proses isolasi tidak sekadar disemport disinfektan, tapi proteksi di lingkaran pasar. Tracing ulang siapa yang bereaksi. Rapid test penjual. Pembeli juga dilakukan tracing.
Sementara itu, Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur, dr Kohar Hari Santoso menjelaskan, temuan di Bojonegoro itu menjadi klaster baru persebaran vius corona atau covid-19. Menurutnya, kasus ini terjadi setelah meninggalnya pedagang rengkek atau sayur keliling.
“Ada klaster baru pasar di Bojonegoro. Ada pedagang rengkek ternyata beliau sakit dan dirawat. Saat dirawat sempat dirapid test hasilnya reaktif. Seterusnya dilakukan swab, hasilnya keluar belakangan tapi beliaunya meninggal dunia,” kata dr Kohar.
Berangkat dari hal tersebut, Pemkab Bojonegoro kemudian melakukan rapid test terhadap 269 pedagang di pasar. Umumnya adalah pedagang sayur yang biasa berkegiatan di Pasar Bojonegoro pada dini hari sampai pagi. Hasilnya, 86 pedagang dinyatakan reaktif.
Setelah pendataan, 86 pedagang yang hasil rapid test-nya reaktif 75 berasal dari Bojonegoro dan 11 dari Tuban. Mereka kemudian diisolasi di daerahnya masing-masing.
Sebagai upaya pencegahan lebih lanjut, Pemkab Bojonegoro pun kemudian melakukan rapid test di 2 pasar lain. Yakni Pasar Banjarjo dan Pasar Dander.
Sejak ditutup pada Sabtu (9/5/2020), kawasan Pasar Kota Bojonegoro memang sangat lengang. Ada pagar pembatas di semua pintu masuk pasar. Penjagaan pun dilakukan oleh pihak pengelola Pasar Kota Bojonegoro.
Perpanjangan penutupan pasar ini diprediksi berdampak besar terhadap aktivitas dan kegiatan ekonomi di Bojonegoro. Sebagai penggerak ekonomi utama, banyak orang yang membutuhkan keberadaan Pasar Bojonegoro. Apalagi sekarang masih bulan ramadhan, di mana masyarakat membutuhkan bahan pokok dengan harga terjangkau.
Masyarakat yang biasanya berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar bakal alami kesulitan, setidaknya untuk seminggu ini. Di sisi lain, para pedagang yang menggantungkan hidupnya dengan berjualan di pasar otomatis tak mendapatkan pemasukan sama sekali.
Pemkab dan Pemprov memang harus berupaya cepat menangani klaster baru covid-19 di Pasar Bojonegoro. Penanganan dan kebijakan yang tepat harus diambil agar tak terjadi kekacauan. Sehingga, penutupan pasar selama seminggu ini tak berakhir dengan sia-sia.