Keberadaan dan eksistensi Persibo mampu gerakkan perekonomian di Bojonegoro. Saat Persibo berlaga, ekonomi kerakyatan di Bojonegoro benar-benar hidup.
Hiatus-nya Persibo karena kompetisi Liga 3 Jawa Timur yang belum bergulir, punya sejumlah dampak. Satu di antaranya, lesunya sektor ekonomi kerakyaktan. Ada beberapa sektor yang mendapatkan dampak langsung dari hiatusnya Laskar Angling Dharma selama ini.
Salah satu contoh nyata adalah para pedagang atribut Persibo Bojonegoro. Jumlah pedagang atribut Persibo memang tak terlalu banyak. Jumlahnya pun terus berkurang karena tidak jelasnya nasib Persibo.
Andi Subekti adalah satu dari sekian banyak pedagang atribut Persibo di Bojonegoro. Sebenarnya, Andi Subekti adalah penjual kaos olahraga, terutama sepakbola. Namun, barang yang banyak dicari pelanggan dari toko Andi Subekti adalah atribut Persibo Bojonegoro.
Ada jersey original Persibo yang dijual di toko Andi Subekti yang berada di Jalan Pemuda. Ada pula berbagai macam kaos Persibo dan Boromania. Tak ketinggalan, syal atau scarf yang juga jadi atribut wajib ketika hadir di stadion.
Ketika Persibo mengikuti kompetisi atau sedang eksis, penjualan atribut Persibo di toko miliknya cukup tinggi. Hampir setiap hari ada yang mencari pernak-pernik berhubungan dengan Persibo. Namun, ketika Persibo hiatus, omset dan pendapatannya mengalami penurunan.
“Keberadaan Persibo sangat signifikan untuk mendongkrak penjualan. Waktu musim Persibo berlaga, omset tentu ada peningkatan, dibandingkan ketika ada kekosongan atau libur kompetisi seperti ini,” ujar Andi.
Andi menambahkan, para penjahit di Bojonegoro juga mendapat banyak manfaat dari Persibo Bojonegoro. Banyak pesanan baju dan kaos terkait Persibo yang datang kepada para penjahit maupun pemilik konveksi. Ada kecenderungan peningkatan pesanan ketika Persibo sudah mulai berlaga.
Tak hanya menguntungkan penjual kaos maupun pengusaha konveksi saja, kehadiran Persibo juga bermanfaat bagi pengusaha kuliner berbasis jajanan. Sebut saja pedagang lumpia, pentol, hingga aneka minuman segar.
Para penjual lumpia tentu sangat rindu dengan atmosfer laga kandang Persibo. Lumpia yang jadi panganan khas tiap Persibo berlaga pastinya banyak diburu para suporter yang kelaparan usai bersorak-sorai di dalam stadion. Bahkan, ada yang menjadikan lumpia sebagai oleh-oleh usai Persibo berlaga.
Suwiyanto atau biasa dikenal dengan Mbing adalah penjual tahu yang sangat identik dengan Persibo. Mbing adalah penjual tahu empat rasa yang sering hilir mudik di stadion Letjen H. Sudirman ketika Persibo berlaga. Ia mampu meraup banyak untung lewat jualan tahu empat rasa ciptaannya.
Namun, ketika Persibo sedang tak berlaga atau hiatus seperti saat ini, pendapatan Mbing menurun. Ia berharap agar Persibo terus hidup dan muncul. Supaya pedagang-pedagang kecil seperti dirinya mampu mendapat manfaat yang besar.
“Semoga Persibo bisa bangkit lagi, supaya pedagang-pedagang kecil seperti saya ini mampu mendapatkan manfaat,” ujar pria berusia 49 tahun tersebut.
Mbing dan tahu empat rasa ciptaannya adalah contoh nyata dari betapa pentingnya Persibo bagi pedagang kecil di Bojonegoro. Persibo secara tidak langsung menggerakkan ekonomi kerakyatan Bojonegoro.
Persibo punya daya menarik ribuan orang untuk datang ke satu tempat. Tak hanya laga resmi saja, bahkan saat para punggawa Persibo latihan rutin pun, penonton datang untuk melihat.
Secara otomatis, pasar langsung bisa diciptakan melalui keberadaan Persibo Bojonegoro. Oleh sebab itu, Persibo lekat dan dekat dengan apa yang disebut dengan ekonomi kerakyatan, ekonominya rakyat.
Persibo Bojonegoro punya peran penting dalam memberdayakan dan menggerakkan banyak sektor. Jadi sangat beralasan ketika banyak yang merindukan eksistensi Persibo Bojonegoro.
Kehadiran Persibo tak hanya dinanti para suporternya saja. Lebih dari itu, kehadiran dan eksistensi Laskar Angling Dharma juga ditunggu para penggerak ekonomi kerakyatan di Bojonegoro.
Yuk Nabs, doakan semoga Persibo Bojonegoro terus eksis di kancah persepakbolaan nasional.