Selain manusia, pohon merupakan penjaga keseimbangan bumi. Berikut tinjauan ilmiah kenapa pohon beringin memang seharusnya dikeramatkan.
Pohon Beringin (Ficus Benjamina) merupakan tanaman asli Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Pohon berukuran besar dengan akar gantung ini sangat akrab dengan kebudayaan Indonesia. Kita dapat menemukan pohon ini di berbagai daerah di Indonesia. Tumbuhan ini juga sering dianggap keramat oleh masyarakat dan penduduk setempat.
Secara umum, wilayah penyebaran pohon beringin adalah di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, serta sebagian Pulau Sulawesi. Negara-negara Asia lain yang juga menjadi habitat pohon beringin adalah Malaysia, Brunei, hingga Singapura. Di kawasan tropis, pohon beringin tersebar luas sebagai tanaman taman karena ketahanannya pada berbagai keadaan dan medium hidupnya.
Bentuk pohon beringin yang besar dengan akar gantung berjuntai memang memberi kesan seram tersendiri. Ini jadi alasan kenapa konon yang menyebabkan beringin disukai oleh kenapa konon makhluk tak kasat mata. Makanya, tidak heran jika banyak orang yang sengaja memberikan sesajen di bawah pohon beringin karena tak ingin diganggu oleh penghuninya.
Pohon Beringin, oleh masyarakat Jawa masih dianggap sebagai pohon keramat dan mistis sehingga tidak boleh diperlakukan secara sembarangan. Mistifikasi pohon ini muncul dari karakteristiknya, yaitu batang yang besar, tinggi yang bisa mencapai 30 meter, daun yang lebat, hingga akar yang menonjol keluar dari tanah.
Dengan karakter yang terkesan seram itu, sehingga dimitoskan ada penunggu atau dihuni oleh makhluk-makhluk ghaib yang disebut dhanyang. Beberapa kelompok masyarakat tertentu juga sering memberikan penghormatan tertentu di bawah pohon beringin, yang telah jadi punden untuk pemujaan terhadap leluhur cikal-bakal desa.
Dikutip dalam buku Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa karya Clifford Geertz yang diterbit 2019 yang menjelaskan bahwa dhanyang adalah nama lain dari lelembut atau makhluk halus yang sebenarnya roh para tokoh pendahulu atau leluhur sebuah desa yang sudah meninggal. Mereka menetap pada suatu tempat yang disebut punden seperti di pohon besar, batu besar, gunung, mata air, atau bukit yang ada di suatu desa.
Ketika masih hidup sebagai manusia, ia datang membuka lahan desa yang masih berupa hutan belantara, membersihkan serta membagi-bagi tanah kepada para pengikut, keluarga, teman-teman, dan mengangkat diri sebagai lurah atau kepala desa yang pertama.
Keramat Ilmiah
Dikenal sebagai pohon terbesar di dunia, beringin memiliki banyak sekali peran dalam kehidupan kita. Beringin jadi kunci ekologis berkat kemampuannya dalam menopang kehidupan banyak spesies, termasuk hewan primata, kelelawar buah, sampai burung-burung.
Pohon beringin mempunyai dua jenis akar dalam satu pohon yaitu akar tunggang dan akar gantung. Dengan model akar gantung inilah banyak orang yang berpikir bahwa pohon ini keramat, tempat bermain makhluk gaib dan lainnya. Padahal secara biologis akar gantung pada tanaman beringin mempunyai fungsi yang cukup vital terhadap pohon itu sendiri.
Akar tunggang yang masuk ke dalam bumi mempunyai manfaat yang besar baik untuk pohon beringin ataupun makhluk hidup di sekitarnya. Akar tersebut akan menyerap air yang ada di dalam tanah dan menyimpannya, sekaligus juga memperkokoh berdirinya pohon agar tahan cuaca ekstrim.
Ketika akar tanaman masuk ke dalam tanah ada kalanya bertemu dengan sumber air. Titik temu antara akar dan sumber mata air dalam tanah akan memunculkan sumber mata air di permukaan tanah dekat pohon beringin besar ini. Dengan demikian sumber mata air yang dikeluarkan akan bisa bermanfaat untuk makhluk hidup seperti hewan dan juga tentunya untuk umat manusia.
Pohon Beringin (terutama yang berukuran besar) punya kontribusi besar bagi kehidupan alam, baik hewan dan manusia. Dan serupa halnya manusia, siapapun yang menebar manfaat bagi sesama, ia akan keramat dan dikeramatkan.