Chatingan terus bosen, nggak chatingan kangen. Sekali pas kangen, ngechat malah berantem.
Jarak yang terlalu jauh untuk dihampiri dan momentum yang rumit untuk ditemui, menjadi perihal menyedihkan yang diidap seorang perempuan. Sosok yang konon lihai menyimpan perasaan.
Tentu saja, ini cerita pedih tentang rindu yang tak kunjung bertemu. Atau kangen yang berujung uring-uringan: “Kangen? mau yang lebih nekat, temui!!” pikirku, tapi aku tak berani.
Di balik lancarnya chat yang mirip lintasan jalan tol, terdapat rasa rindu kacau balau, tapi berhasil kusimpan dengan baik. Andai mengungkap kangen semudah memutar lagu di spotify, mungkin aku tak akan terjebak di situasi menyebalkan ini.
Yang kurasakan saat ini; adalah kangen, kangen lagi, kangen terus. Terkadang melihat kamu baik-baik saja, membuatku sadar untuk jangan keseringan kangen dan sedih-sedihan.
Tapi rindu nggak ngerasa cemas dan sedih itu kayak makan nasi pecel yang kurang garam. Nggak lengkap. Kenapa sih rasa rindu harus dilengkapi seperangkat cemas dan kesedihan?
Aku pengen menikmati rindu yang rindu saja. Nggak pake cemas dan sedih. Tapi nggak bisa. Dan kalau sudah cemas dan sedih, aku nggak punya referensi yang bagus untuk ngomong.
Kadang aku pengen mabuk agar bisa mengatakan apapun dengan jujur, bodoh memang. Ada kekosongan yang tak bisa ditawar, yaitu kedatanganmu. Mendapat perhatianmu secuil, menunggu kedatanganmu tak mungkin.
“Jaga kesehatan”
“Jangan begadang”
“Aku sayang kamu”
Duh, bahagianyaa… Seketika juga, aku terbangun dari mimpi… Haluu.
Bisa aku jamin, kamu itu sumber permasalahan rinduku. Rinduku selalu menggebu tapi kamu pura-pura tak tahu. Aku mau kamu tahu, tapi aku tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya dengan baik.
“Kalau butuh cerita, ceritalah sekarang juga. Jangan sungkan. Aku punya waktu lebih untuk mendengar ceritamu” katanya.
Rasanya ingin ku jawab, “Ini bukan cerita panjang yang membutuhkan waktu berjam- jam, cerita ini hanya 4 kata yang diucapkan 10 detik: aku rindu, ingin ketemu.” Tapi aku selalu gagal untuk ngomong kayak gitu.
Chatingan terus bosen, nggak chatingan kangen. Sekali pas kangen, ngechat malah berantem, itu definisi kita. Aku dan kamu.
Kau tahu, rinduku selalu berantakan, tapi tak pernah kau bereskan. Karenamu, aku rela disetubuhi rindu tanpa temu, bahkan tanpa dibayar.