Setiap kota memiliki riwayat hoax. Begitupun Kota Bojonegoro. Nah, bagaimana sih cara menghindarkan diri dari Hoax? Pertanyaan itu kerap menyelimuti orang-orang yang tumbuh di era digital.
Mengingat, derasnya arus informasi kerap membikin masyarakat sulit membendung berita bohong atau Hoax.
Di Bojonegoro, ada beberapa kasus berita hoax yang menyita perhatian. Salah satunya adalah kasus yang terjadi pada Agustus 2018 lalu tentang dokter yang diduga menyebarkan virus AIDS di SDN Tondomulo, Kedungadem, Bojonegoro. Isu mengenai hal tersebut tersebar melalui grup Whatsapp.
Karena mencatut nama salah seorang personel kepolisian, masyarakat jadi mudah percaya. Padahal, setelah dikonfirmasi oleh pihak SD Tondomulo dan kepolisian, ternyata berita tersebut tidak benar alias hoax.
Grup-grup Facebook di Bojonegoro juga seringkali menjadi saluran dalam menyebarkan berita hoax. Banyak ditemui postingan kontroversial dengan membawa isu SARA yang bertujuan menimbulkan keresahan. Biasanya, postingan kontroversial tersebut dibuat oleh akun palsu.
Salah satu contohnya adalah isu penculikan anak yang sempat menjadi bahan perbincangan di beberapa grup Facebook Bojonegoro. Isu tersebut membuat para orang tua khawatir terhadap anak-anaknya. Kapolres Bojonegoro, AKBP Ary Fadli pun langsung melakukan klarifikasi bahwa isu tersebut adalah hoax.
Sebagai langkah antisipasi, Polres Bojonegoro sempat melakukan pertemuan dengan admin grup Facebook di Bojonegoro. Pertemuan tersebut untuk mencegah penyebaran berita hoax melalui media Facebook yang sering terjadi.
Penyebaran berita hoax di Bojonegoro cukup banyak. Khususnya di media sosial. Oleh sebab itu, kita harus lebih bijak lagi dalam bermedia sosial. Paling tidak kita bisa memfilter arus informasi yang didapat. Dengan memfilter informasi yang kita peroleh, setidaknya kita sudah turut serta meminimalisir penyebaran hoax.
Nabs, seiring perkembangan teknologi saat ini, manusia dimudahkan dalam segala hal— tak terkecuali arus informasi. Beberapa tahun ini informasi sangat mudah kita dapatkan. Dulu kita hanya bisa mendapat informasi dari televisi, radio dan surat kabar dari media cetak.
Namun sekarang, dengan berkembangnya teknologi yang semakin maju, kapanpun dan di manapun informasi bisa kita dapatkan dengan mudah dan cepat.
Ini patut diperhatikan. Karena dengan cepatnya arus informasi yang kita dapat, menjadikan kita tidak memfilter semua informasi yang kita dapatkan. Padahal belum tentu jelas benar atau tidaknya informasi yang kita terima tersebut.
Dampaknya, menimbulkan kekacauan. Baik di ranah virtual maupun dunia nyata. Banyak juga hal buruk akibat penyebaran berita hoax ini . Sengaja atau tidak, hoax disebarkan sebagai senjata untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
Selama 2018 penyebaran hoax juga marak terjadi. Terlebih dalam ranah media sosial. Masih banyak kasus penyebaran hoax yang terjadi. Sengaja atau tidak sengaja mereka memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan hoax sebagai asumsi yang mempersenjatai mereka. Khususnya di beberapa platform media sosial.
Informasi hoax paling banyak ditemukan di platform Facebook (82,25%), WhatsApp (56,55%), dan Instagram (29,48%). Data tersebut merupakan hasil riset dari DailySocial.id yang bekerja sama dengan Jakpat Mobile Survey Platform. Riset ini menanyakan tentang penyebaran berita hoax dalam platform digital dan melibatkan 2.032 responden.
Menurut Amir Karimuddin, Chief Editorial & Research DailySocial.id menjelaskan, Hoax adalah suatu permasalahan yang dihadapi masyarakat, media, dan pemerintah saat ini. Untuk menanggulangi hoax, salah satu cara yang dilakukan adalah memahami terlebih dahulu bagaimana persebaran hoax, khususnya melalui platform sosial yang kita banyak gunakan saat ini.
Nabs, kita berharap dengan adanya riset ini bisa tersampaikan dan menjadi referensi bagi khalayak ramai dan pihak terkait untuk membantu meminimalisir dampak dari penyebaran hoax, ya.
Riset tersebut, kata Amir, mencoba mendalami bagaimana distribusi hoax di platform digital dan bagaimana tanggapan masyarakat terhadap hoax. Diharapkan hasil yang diperoleh bisa jadi referensi bagi pemangku kebijakan dan pihak-pihak terkait untuk membantu menanggulangi atau setidaknya meminimalisir dampak informasi hoax di Indonesia.
Nabs, agar aman, kita bisa cek dan ricek kembali darimana sumber informasi yang kita peroleh. Jangan terburu-buru menyebarkan berita yang tidak jelas sumbernya dan belum tentu kebenarannya.
Baca juga keseluruhan atau isi berita yang kamu peroleh. Dengan membaca kita bisa mengetahui dan memfilter isi berita tanpa merasa terprovokasi oleh judul berita tersebut. Secara tidak lagsung kita juga turut andil dalam menggerakan budaya membaca di Indonesia.
Jika kamu resah akan terus maraknya berita hoax. Kamu bisa sejenak singgah di jurnaba.co karena dengan tagline mengabarkan degup kebahagiaan, jurnaba.co selalu menyebarkan #kabarbaik di tengah maraknya penyeberan hoax yang terjadi saat ini.