Suatu hari, seorang ibu rumah tangga sedang gandrung dengan model baju yang dipakai artis di sebuah sinetron. Dia bertanya pada anaknya, di toko mana dia bisa membeli pakaian tersebut. Si anak sontak tertawa pelan, seraya menjawab.
“Ndak usah nyari di toko apalagi mulek di pasar, Bu. Lihat di sini saja lho,” katanya sembari menyodorkan gawai. Si anak menunjukkan pada ibunya tentang mudahnya berbelanja hanya melalui gawai yang tersambung dengan jaringan internet.
Nabs, ilustrasi di atas tentu bukan sekadar naskah drama atau FTV lho, ya. Kamu pasti pernah atau bahkan sering terlibat dengan percakapan seperti itu. Kalau kata mbah buyut kita, inilah yang namanya wolak-walik e jaman. Sedangkan kita memahaminya sebagai revolusi-teknologi-informasi.
Revolusi teknologi informasi telah menyumbang perubahan besar bagi pola komunikasi individu. Komunikasi yang awalnya hanya berbasis verbal dan memerlukan tatap muka, kini bergeser menjadi penggunaan tulisan sederhana dan surat menyurat.
Lebih jauh lagi, komunikasi verbal, tulisan, bahkan tatap muka dapat dilakukan meski berbeda jarak dan waktu. Melalui perkembangan komunikasi digital berbasis akses internet, yang jauh bisa dekat dan yang dekat tak menutup kemungkinan bisa kian menjauh. Huft.
Di zaman now, internet bahkan mampu membentuk zona geografis tersendiri. Di mana, tempat tak selalu berhubungan dengan dunia nyata, namun juga dunia maya.
Paul C. Adams, pernah menulis jurnal yang membahas virtual places. Daftar kata yang terkait dengan ‘tempat’, seperti ruang, jalan bebas hambatan, serta awan, tertuang menjadi hal-hal yang berhubungan dengan internet. Istilah kerennya sih internet of things.
Sebut saja ruang yang tidak hanya soal batasan fisik, namun juga tertuang menjadi ruang chatting. Kemudian jalan bebas hambatan yang berevolusi menjadi information superhighway. Yaitu istilah yang mulai marak digunakan sejak tahun 1990an. Mengacu pada sistem jaringan internet yang mampu menghasilkan dan mendistribusikan informasi ke seluruh pelosok dunia.
Tak lupa konsep awan yang sebelumnya hanya tertuang menjadi sajak syahdu dan lagu indie. Kini menjadi tempat kita menyimpan data-data dalam konsep yang sering disebut cloud. Dari semua evolusi makna konsep ini, internet lah yang bertanggungjawab.
Tak hanya kita yang merasakan secara-pelan-namun-pasti, teoretikus sosiologi dan globalisasi asal Spanyol, Manuel Castells pada 1996, bahkan sudah menyatakan bahwa internet telah mengubah pola interaksi individu.
Caranya, tentu saja, dengan menghubungkan jaringan komputer di seluruh dunia dalam satu channel yang sama. Sehingga terjadilah konektivitas secara global yang mampu mempertemukan berbagai individu di belahan dunia yang berbeda.
Dalam tesisnya, Castells menyebut sistem komunikasi tersebut sebagai Computer Mediated Communication (CMC). CMC dapat dikatakan sebagai suatu wadah bagi bertemunya bermacam individu dengan berbagai nilai dan kepentingan secara real time atau online melalui internet.
Nabs, CMC inilah yang kemudian mendorong dibentuknya media sosial sebagai platform komunikasi individu yang terkoneksi oleh internet.
Konsep Virtual Places dan Dampaknya bagi Kehidupan
Kalau ditanya apakah internet berdampak pada kehidupanmu. Pasti kamu akan menjawab, ya tentu berdampak. Tapi, Nabs, pernahkah kamu menganalisis dan mengklasifikasi dampak internet pada hidupmu? Pada sisi mana sih internet menyentuh hidup dan keseharianmu? Heuheu.
Pada tulisan ini, saya akan sok menjadi analyst yang mengintisarikan cecurhatan menjadi esai dengan meminjam istilah-istilah teoretikus ternama. Ada empat sisi di mana internet telah menyentuh dan mengubah kehidupan kita.
Pertama, internet telah membawa fitur yang mempengaruhi relasi sosial penggunanya. Berdasar tesis William J. Mitchell yang bertajuk The Cyborg Self and the Networked City. Perkembangan sistem jaringan informasi menyediakan sebuah fitur komunikasi yang real time. Ini memungkinkan pergerakan informasi yang lebih besar, serta lebih mudah untuk digunakan.
Contohnya adalah fitur komunikasi antar pribadi atau personal chats, komunikasi kelompok berupa group chats, atau komunikasi lebih dari dua orang tanpa pembuatan kelompok khusus melalui multiple chats. Alhasil, manusia kini bisa lebih dekat dengan yang jauh.
Namun, bisa jadi, lebih jauh dengan yang berada di dekat kita. Sebab, komunikasi lebih banyak dilakukan melalui gawai. Dibandingkan dengan bercakap langsung di warung kopi.
Kedua, berubahnya pola persebaran informasi. Ini bisa kita lihat dari aplikasi sosial media yang terinstall di gawai kita. Sebut saja file sharing dalam format gambar, video dan file tertentu. Tak hanya file, bahkan lokasi pun bisa dibagikan melalui sosial media.
Dapat dikatakan bahwa internet telah menjadi media baru berbasis digital. Dengan sistem persebaran informasi yang kurang lebih menyamai konsep citizen journalist. Yakni ketika masyarakat dapat secara langsung melaporkan suatu kejadian.
Hmm, ya meskipun menggunakan tata bahasa dan jurnalistik yang beragam kualitasnya. Dengan perubahan ini, kita tentu dituntut lebih aware terhadap apa yang kita bagikan. Sehingga, tak ada toksin di antara kita.
Ketiga, bagaimana internet mengubah kedekatan intra-personal. Relasi sosial individu tak dapat dipisahkan dengan konteks pendekatan personal, yakni pengungkapan ekspresi, perasaan, dan keadaan personal.
Dalam hal ini, sosial media menyediakan fitur stickers yang menjadi salah satu strategi andalan untuk membuat komunikasi via gawai jadi lebih hangat dan bisa dibayangkan sebagai percakapan yang hidup.
Keempat, perubahan dalam hal ekonomi. Saat ini, sudah tak terhitung lagi berapa perusahaan berbasis digital yang menawarkan fitur e-pay, e-cash, dan e-commerce. Ibaratnya, internet telah menghadirkan pasar serba ada. Barang yang lengkap, sistem jual beli yang sudah matang, bahkan menawarkan mata uangnya sendiri.
Analisis ini tentu masih berada di level sederhana dan penuh pengandaian, Nabs. Masih ada ribuan cara internet mengubah pola hidup manusia. Ini, tentu saja, bukan untuk mencari baik atau buruk dampak internet.
Namun, untuk mengajak Nabsky sekalian agar lebih peka terhadap pola hidup. Dan menyadari seberapa bergantungnya hidupmu pada internet. Bukankah yang berlebihan itu juga tidak baik? heuheu.