KH. Hamim Tohari Djazuli atau Gus Miek (1940-1993) dikenal sebagai sosok Wali dan memiliki banyak karomah. Gus Miek juga sosok ulama kontroversial yang identik berdakwah di klub-klub malam dan tempat mabuk-mabukan.
Gus Miek jarang tampil layaknya ulama. Ia justru sering berpenampilan mirip orang biasa atau bahkan seperti preman. Dengan jaket casual atau kaos oblong dan kacamata hitam.
Sosok pendiri Jamaah Dzikrul Ghofilin (pengingat bagi yang lupa) asal Kediri tersebut, memang menyimpan banyak kisah. Terlebih tentang proses Gus Miek dalam berdakwah.
Satu di antara banyak kisah itu, adalah saat Gus Miek menyuruh santrinya makan daging babi.
Alkisah, seorang santri diajak Gus Miek masuk ke sebuah restoran Cina. Lalu, Gus Miek sengaja memesan babi guling bakar. Tentu, perasaan santri sudah ketar-ketir. Setelah pesanan tiba, Gus Miek pun mempersilakan.
“Monggo dimakan!”
Santri yang dari tadi sudah ketar-ketir, kian tambah kebingungan. Tidak tahu harus ngomong atau melakukan apa. Mau dimakan, jelas-jelas itu daging babi. Tidak dimakan, itu dawuh Gus Miek.
Terbayang olehnya, kisah-kisah yang ia dengar sebelumnya, bahwa setiap kali Gus Miek minum bir, maka sebelum menyentuh bibir, bir itu berubah menjadi air putih dan berbagai kisah magis lain yang berkecamuk di pikirannya.
Dengan penuh kecemasan dan kekhawatiran dan sedikit berharap keajaiban, santri itu pun memutuskan untuk memakan daging babi tersebut. Siapa tahu, di mulut nanti, daging babi ini akan berubah jadi daging kambing, begitu pikirnya.
Sesaat sebelum daging babi itu masuk ke mulutnya, sebuah tamparan tiba-tiba mendarat di pipinya. Plaaakk!! Tentu, itu tamparan Gus Miek. Dengan wajah marah, Gus Miek berkata, “Mondok berapa tahun, kok tidak tahu daging babi itu haram?”
“Tapi Gus …?”
“Tapi apa? sahut Gus Miek. “Siapa yang mengharamkan babi?”
“Allah …,” jawab santri itu meringis kesakitan.
“Siapa yang perintahkan kamu makan babi tadi?”
“Gus Miek..” jawabnya sambil menundukkan kepala.
“Lalu, siapa yang harus kamu dahulukan?” Tanya Gus Miek sekaligus membikin santrinya terdiam.
Demikianlah, Gus Miek selalu berpesan bahwa: Bila untuk pribadi, terapkan hukum syariat, supaya kamu berhati-hati. Tapi bila menilai orang lain, gunakanlah hakikat, agar kamu berprasangka baik.
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Selama Ramadhan ini, redaksi Jurnaba.co berupaya menghadirkan kisah-kisah pendek bermuatan hikmah. Semoga bisa jadi kisah yang asyik dibaca sambil menunggu waktu berbuka.