Perempatan di sejumlah kota saat ini dilengkapi dengan cctv. Awalnya, kamera tersebut dipasang untuk memantau kondisi jalan. Misalnya, kepadatan hingga kemacetan.
Selain itu, kamera ini juga berfungsi untuk menganalisis kecelakaan yang terjadi.
Belakangan ini, cctv di traffic light berfungsi untuk memantau pelanggaran. Untuk itu, muncullah e-tilang. E-tilang dimaksudkan untuk menindak pengguna jalan yang tidak dapat terpantau langsung oleh petugas Satlantas.
Namun, tidak selalu pelanggaran terjadi karena ketidaksadaran pengguna jalan. Misalnya terkait dengan rambu “Belok kiri jalan terus”.
Di beberapa traffic light, rambu ini melekat di salah satu tiang lampu. Sisanya, ada tiang lampu yang tidak ada rambunya. Lalu, pengendara harus bagaimana? Bingung kan?
Ada yang lebih membingungkan dari pada hal tersebut. Malah, bisa disebut “menyebalkan” bagi sebagian orang. Hal itu adalah bunyi klakson dari kendaraan yang berada di bagian belakang.
Tidak jarang lho ketika lampu merah kurang 5-10 detik sudah terdengar bunyi klakson yang riuh. Maksudnya apa coba? Meski cuma 5-10 detik, lampu merah ya merah. Tetap harus berhenti. Kalau pun akan melaju, toh tinggal narik gas aja. Ngapain sih ribet?
Jujur saja ini menjadi hal yang tidak nyaman bagi sejumlah pengendara. Bahkan, tidak jarang membuat orang jengkel. Terlebih jika berada di posisi paling depan saat lampu menyala merah. Kita tahu lampu merah karena lampu menyala merah.
Jika begitu, pastinya bagian kanan dan kiri jalan lampu menyala hijau. Dan kendaraan tentunya masih melaju. Belum lagi, bagi para pengendara oportunis yang memanfaatkan 0 detik lampu merah. Dengan kecepatan setan bisa saja mereka tetap ngegas kendaraannya.
Kurang dari 5 detik pun, jika harus menuruti bunyi klakson maka itu tetap beresiko terhadap nyawa. Ini jelas tidak ada urusan dengan e-tilang jika tertangkap cctv. Apakah denda e-tilang sepadan dengan nyawa kita? Tentu tidak.
Terbesit pikiran, apakah para pemencet klakson tersebut sedang terburu-buru? Atau memang selalu terburu-buru? Apakah laju kehidupan ini sudah sebegitu cepatnya?
Laju kehidupan mungkin berjalan dengan cepat. Sejalan dengan perkembangan IPTEK dan tren. Namun, manusia hidup tidak hanya mengejar kehidupan. Ada kalanya harus berhenti sejenak dan melaju lagi.
Dan di persimpangan jalan, ada giliran masing-masing untuk berhenti dan melaju. Jika semua melaju bersamaan, tabrakan sangat mungkin terjadi. Resiko keselamatan akan dihadapi dan nyawa menjadi taruhannya. Siapa mau?
Nabs, sabarlah menunggu saat berada di perempatan jalan. Kita semua paham dan sepakat bahwa lampu merah harus berhenti. Saat lampu hijau, barulah kita melaju lagi. Tunggulah kendaraan di depan malaju dengan tenang.
Hidup tidak perlu terburu-buru. Semua sudah ada waktunya. Misalnya, Indah pada Waktunya. Hehehe… Perjalanan masih panjang, jodoh tetap akan datang. Yang penting, let it flow di jalanan dan tetap patuhi rambu-rambu lalu lintas.