Siapa bilang santri tak bisa bermusik? Musik tak hanya milik mereka yang terjun di industrinya saja. Musik juga bisa dibangun dari jalur kultural. Hal ini dibuktikan geliat musik pesantren yang dibangun Ponpes Modern Ar Rahmat Bojonegoro.
Secara integral, musik bisa dikaitkan dengan disiplin ilmu pengetahuan. Misalnya, buku-buku dari Yunani yang dibaca para cendekiawan muslim telah membantu mengembangkan musik menjadi suatu disiplin spekulatif dan menjadi bagian dari bidang ilmu matematik.
Musik sudah jadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Musik bisa muncul dari berbagai medium dan saluran yang mungkin terlihat jauh bersebrangan. Contoh nyatanya adalah musik yang dihasilkan di lingkup pesantren.
Pondok Modern Ar-Rahmat Bojonegoro sedang menciptakan peradaban musik pesantren. Tujuannya, untuk menumbuhkan jiwa berkesenian sekaligus mengasah bakat non-akademik anak didik.
Banyak yang mengatakan bahwa santri di pesantren tidak bisa bermain musik. Bahkan menganggap mereka awam tentang musik. Hal itulah yang ingin didobrak oleh pengasuh Pondok Pesantren Ar-Rahmat.
Ar-Rahmat justru mendidik santri-santrinya untuk dapat berkarya dalam bidang musik. Karena, ini merupakan salah satu kegiatan ekstrakulikuler di sore hari usai jam pelajaran selesai.
Pengurus Pondok Pesantren Modern Ar-Rahmat, Ismawati mengungkapkan bahwa seni musik di pondok pesantren adalah hal positif.
Menurut perempuan yang biasa dipanggil Isma tersebut, musik memiliki nilai positif untuk siapapun itu. Tak terkecuali santri. Karena di era digital yang semakin maju pesat, akan sangat disayangkan apabila santri hanya memperdalam ilmu agama saja.
“Band dan musik merupakan hal yang digandrungi oleh masyarakat lintas usia. Dari anak muda hingga orang dewasa, band dapat dikatakan sebagai wadah mengapresiasikan diri,” ujar mahasiswa S2 Unair Surabaya tersebut.
Isma juga mengungkapkan bahwa sebagaimana tertulis dalam penggalan syair Gus Dur “ojo mung ngaji syariat bloko” (jangan hanya memperdalam ilmu agama –secara permukaan– saja).
Untuk itu, inilah saatnya santri modern belajar banyak hal. Mulai dari ilmu sains dan teknologi, ilmu sosial, pemasaran, kepemimpinan, dan tentu saja belajar banyak tentang musik.
“Toh salah satu sunan dari 9 sunan di tanah jawa ini menggunakan media musik (gamelan) sebagai sarana mengenalkan islam kepada rakyat pribumi,” ujarnya.
Sehingga, menurut dia, kelompok musik memiliki nilai positif bagi santri selagi ada pesan moral yang disampaikan dari musik tersebut kepada penikmat musik band itu sendiri,” tambah alumnus UIN Malang tersebut.
Salah satu anggota ekskul musik di Ar-Rahmat, Danu mengaku bahwa banyak hal positif yang dapat diambilnya dari ekskul band dan musik. Apalagi ekskul musik ini bisa menyalurkan bakatnya.
“Selain bisa menambah skill, aku bisa menyampaikan sebuah pesan moral dari lirik lagu dengan nada-nada indah yang mengiringi”, ujar Danu.
Lagu dan musik merupakan sebuah seni. Ia merepresentasikan perasaan sang musisi yang dituangkan dalam bait-bait indah nan syahdu. Melalui lagu dan musik juga bisa menjadi wadah apresiasi, dakwah, dan kritik sosial.
Musik modern dulunya sempat begitu ditentang oleh lingkungan pesantren. Namun kini musik modern mulai dipakai banyak pesantren dalam mengembangkan bakat anak didiknya.