Car Free Day (CFD) awalnya diniati sebagai hari bebas asap kendaraan. Namun, seiring bergulirnya waktu, CFD menjelma jadi ruang bertemu dan berbagi perihal baik.
Masyarakat metropolitan seperti di Jakarta tentu sangat merindukan udara bersih. Polusi udara yang ditimbulkan emisi gas buang kendaraan sudah sangat meresahkan.
Keresahan inilah yang kemudian memicu warga ibukota menggelar Car Free Day (CFD) pada 2001 silam. Acara CFD pertama kali digelar beberapa aktivis lingkungan di sepanjang jalan Imam Bonjol, Jakarta.
Sedangkan pemerintah Jakarta sendiri secara resmi menggelar CFD pada bulan September 2007. Kegiatan tersebut diresmikan dengan nama HBKB (Hari Bebas Kendaraan Bermotor).
Car Free Day merupakan kampanye lingkungan hidup yang bertujuan mengurangi polusi akibat emisi kendaraan bermotor. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara mengisolasi suatu kawasan dari kendaraan bermotor dalam waktu tertentu.
Di kawasan tersebut, masyarakat dapat leluasa berolah raga, berkumpul dan beraktifitas tanpa perlu khawatir menghirup asap kendaraan. Istilahnya, memeluk udara bersih.
Selain menurunkan tingkat polusi, CFD juga bertujuan mengkampanyekan penggunaan sepeda, transportasi umum, sekaligus berjalan kaki. Hal ini ditujukan untuk menekan tingkat kemacetan di Jakarta.
Car Free Day, pada level internasional, pertama kali digelar di Belanda pada 25 November 1956. Saat itu, negeri Bunga Tulip menggelar Car Free Day setiap hari Minggu.
Di tahun 2000, tepatnya tanggal 22 September, pemerintah eropa menggelar Car Free Day pertama yang diikuti serempak oleh negara-negara di benua Eropa.
Kegiatan ini kemudian berkembang secara global. Dari peristiwa itulah Car Free Day internasional ditetapkan pada tanggal 22 September.
Bagaimana CFD di Bojonegoro?
Nabs, Bojonegoro memang bukan kota metropolitan. Tingkat polusi dan kemacetan di kota ini belum terlalu meresahkan. Namun bukan berarti nggak boleh ikutan Ceefde-an, dong~
Di Bojonegoro sendiri Car Free Day pertama kali digelar pada 2 November 2014. Tempat diselenggarakannya di alun-alun kota. Pemkab bersama dinas terkait membatasi akses kendaraan bermotor di seputaran alun-alun setiap hari minggu pagi mulai dari jam 5 – 8 pagi.
Selain berolahraga, masyarakat Bojonegoro memanfaatkan CFD untuk kegiatan-kegiatan lain seperti; kopdar komunitas, membuka lapak baca, pertunjukan seni, hingga berdagang. Bagi para pedagang, khususnya makanan, CFD sangat membantu meningkatkan omzet penjualan.
Bu Ani, salah seorang pedagang nasi pecel mengatakan, saat hari biasa, pendapatannya mencapai Rp 300 sampai Rp 500 ribu. Namun saat di CFD, mencapai Rp 1 juta. Bahkan, saat ramai, jumlah itu bisa lebih.
“Kalau di CFD bisa dapat 1 juta lebih.” ungkap Bu Ani kemarin (27/1)
Nabs, menjaga lingkungan adalah kewajiban kita sebagai manusia. Sebab lestarinya suatu lingkungan selalu berbanding lurus dengan kualitas hidup manusia. Hadirnya CFD adalah bentuk kasih sayang manusia terhadap lingkungan itu sendiri.
Jadi kapan kita jogging minggu pagi bareng?