Jaringan memicu orang-orang bergerak menyusun semesta lain yang melampaui faktisitas, lalu mencipta peristiwa pemicu lahirnya peristiwa-peristiwa lain yang saling menguatkan.
Di depan teh panas yang masih menguarkan uap dari gelas berembun itu, matamu menangkap sekilas cahaya dari ujung rokok yang tampak kemerlip seperti lampu kota, sementara telinga, mendengar gayengnya perbincangan tentang peristiwa demi peristiwa.
Kau merenungi makna peristiwa. Hakikat peristiwa dan bagaimana sebuah peristiwa mendamparkanmu pada peristiwa-peristiwa lain, pada perjumpaan-perjumpaan lain yang tentu saja tidak sama.
“Kita, saat ini di sini, adalah rangkaian hidup,” Kata Danny mengagetkan lamunanmu, “kita dipertemukan karena memang sudah satu frekuensi.” Kau dan Onok Slastiyan mengangguk membenarkan.
Tentu saja Danny benar. Apa yang kalian alami saat ini, di sini, atau sedang di tempat manapun, adalah rangkaian hidup. Rentetan peristiwa. Peristiwa-peristiwa terdahulu yang membentuk peristiwa hari ini. Tanpa peristiwa terdahulu, barangkali, tak akan pernah ada peristiwa hari ini.
Peristiwa, berdiri berderet membentang di tengah narasi masa lalu dan agenda masa depan. Peristiwa juga berada pada celah-celah antara tidur dan terjaga. Nah, di dalam kotak bernama “peristiwa” itulah, kalian berperan sebagai manusia.
Bertemu Onok dan Danny adalah peristiwa yang membentang di tengah narasi masa lalu dan agenda masa depanmu. Sejenis peristiwa yang menjadi tahap tak sepele dalam proses pencarian ilmu dan pemahaman hidup.
Kekuatan Jaringan
Di sini, jaring pertemanan menjadi unsur penting pembentuk peristiwa. Jejaring pertemanan, kata Danny, punya peran yang lebih penting dari pertemuan itu sendiri. Sebab dari berjejaring, pertemuan bisa terjadi.
Karena berjejaring di Pustaka Bergerak, kalian bisa bertemu. Kalian juga bisa memicu lahirnya sebuah peristiwa, yang memicu terjadinya peristiwa-peristiwa lainnya.
Hal itu, menunjukkan bahwa apa yang dilakukan di lorong waktu terdahulu, membentuk terjadinya lorong yang dilewati hari ini, sekaligus mengantar pada lorong-lorong baru, kelak di kemudian hari.
Danny berulangkali mengatakan tentang pentingnya jaringan. Tentang pentingnya memelihara dan memperbesar jaringan. Sebab dia tahu, banyak hal di dunia ini bisa didapat, hanya karena adanya sebuah jejaring pertemanan.
Sebab dengan berjejaring, mampu memicu orang-orang bergerak menyusun semesta lain yang melampaui faktisitas, lalu mencipta peristiwa pemicu lahirnya peristiwa-peristiwa lain yang saling menguatkan.
“Ini (bermacam kegiatan yang dia lakukan) bisa dilakukan berkat kekuatan jaringan,” tutur Danny.
Danny mengakui, dia menyadari pentingnya kekuatan jaringan sudah sejak lama. Karena itu, sejak sekolah dulu, dia tidak kepingin pintar. Dia hanya ingin mencari teman. Meski dia juga mengakui, tidak semua teman bisa memicu produktivitas.
Keberadaan jaringan, kata dia, disadari atau tidak, bakal memicu sebuah peristiwa. Entah itu peristiwa produktif maupun peristiwa kontra produktif. Memilih mana yang produktif dan mana yang kontra produktif adalah opsi personal.
Seperti apa yang baru saja kalian alami. Dengan berjejaring di Pustaka Bergerak dan mengenal Nirwan Arsuka, kalian bisa bertemu untuk berbagi ilmu dan pengalaman hidup.
Danny menjadikan jejaring sebagai konsep dasar dalam menggerakkan berbagai kegiatannya. Baik di Rumah Sangkrah maupun di Rumah Kriya. Sebab dia menyadari, mendidik satu anak saja, tak sekadar butuh sekolah maupun orang tua. Tapi juga butuh masyarakat.
Itu alasan di balik semua kegiatannya berporos pada prinsip: masyarakat belajar dari masyarakat, masyarakat menolong masyarakat. Karena memang, tak mungkin membangun individu tanpa peran masyarakat.
Dia mengakui, sesungguhnya, anak muda punya energi yang luar biasa. Hanya, kadang mereka terjebak di lingkungan yang buruk, sehingga terdampak buruk. Kalau di lingkungan baik, pasti akan keluar hal alami yang juga baik. Itu alasan tiap pergerakannya berorientasi pada anak muda dan lingkungan masyarakat.
“Konsep dasarnya adalah edukasi. Baik edukasi pada masyarakat ataupun pada pemerintah.” Katanya lagi.
Motivasi dan Dukungan Moral
Melakukan pergerakan seperti apa yang dilakukan Danny, mustahil tanpa memiliki motivasi yang besar dan dukungan maksimal dari keluarga. Terkait hal ini, Danny bercerita kepadamu:
“Ketika di usia belasan, sempat berpikir kelak di usia 50-an, aku harus mulai nyedak Gusti. Nah, di usia 40-an ini, memang fokusnya ke arah sana.” Ucapnya.
Saat mengerjakan projek Rumah Sangkrah, misalnya, usia Danny baru 38 tahun. Dan saat memulai berkegiatan di Rumah Kriya ini, usianya sudah 43 tahun. Dan saat itu dia baru sadar, dirinya memang harus nyedak Gusti lewat jalur tersebut.
Danny memaknai apa yang dia lakukan tak sekadar giat ekonomi maupun giat sosial belaka. Tapi lebih dari itu, dia menganggap apa yang dia lakukan sebagai giat spiritual. Dan giat-giat itu, selalu dia komunikasikan bersama istrinya.
Apapun yang dia lakukan, selalu dikomunikasikan dengan istrinya. Dia selalu berdiskusi dengan istrinya. Baginya, berdiskusi dengan istri itu sangat penting. Karena itu, sejak 2002 hingga sekarang, dia belum pernah berantem secara serius. Sebab apapun yang dia lakukan, selalu dikomunikasikan dengan sosok istri.
“Hakikat pernikahan itu kesepakatan. Sehingga apapun yang dilakukan, jika sudah punya pasangan, harus disepakati bersama.” Ucapnya.