Langit terkesan bermuram durja. Awan gelap mulai berkumpul di atas ubun-ubun. Suara gemuruh terdengar lirih. Tak selang berapa lama, terlihat kilatan cahaya. Dengan perlahan tapi pasti, gluduk mulai bersahut-sahutan.
Satu kampus negeri di Kota Malang hari ini masih ramai. Terlihat banyak mahasiswa-mahasiswi bersliweran. Mereka mencoba menghindari apa yang mereka khawatirkan.
Ternyata benar. Hujan turun tak tanggung-tanggung. Segera para pelajar tersebut mencari tempat berteduh. Menghindari air yang bisa membuat kertas-kertas di dalam tas menjadi basah.
Cafetaria Lama kampus tersebut menjadi penuh. Padat di lobby bagian dalam. Mereka kembali melanjutkan obrolan.
Mengingat 17 April 2019 besok dilaksanakan Pemilu, Rabu akan menjadi hari libur nasional. Mengapa suasana kampus masih begitu ramai? Apakah mereka tidak pulang untuk mencoblos paslon capres dan cawapres 2019?
Kampus ini memiliki banyak mahasiswa. Bukan hanya dari Kota Malang, tapi banyak sekali mahasiswa dari luar Kota Malang. Hampir merata dari seluruh penjuru Indonesia.
Berbeda dengan seorang mahasiswa asal Kota Malang, Reza Firmansyah. Dia mengatakan bahwa masih belum tahu siapa yang dia pilih. Jadi, dia belum tahu nantinya akan datang ke TPS atau tidak.
“Belum tahu, saya melihat belum ada pertukaran ide-ide yang memenangkan rakyat dan konstetasi politik hingga debat terakhir masih dalam kepentingan golongan,” kata mahasiswa jurusan Hubungan Internasional tersebut.
Mahasiswi Fakultas Hukum, Arsa Visiarani berbeda lagi. Dia sudah menentukan pilihan presiden dan wakil presiden. Namun, dia memilih tetap di Malang dan tidak mencoblos. Alasannya, libur 1 hari tidak mungkin untuk pulang ke rumah.
“Sudah menentukan pilihan sih, tapi gak bisa pulang. Males juga ngurusin kalau mau nyoblos di Malang,” kata perempuan asal Jepara tersebut.
Dia mengaku tahu syarat untuk mencoblos di kota rantau. Namun dia terlambat tahu informasi terkait formulir A.5-KPU. Dia tahu setelah hari terakhir mengurus surat dari KPU tersebut.
Mahasiswa Teknik Informatika, Aris Suprayogi pun sama. Dia mengaku tidak akan mencoblos. Alasannya, dia terlambat mengurus formulir A.5-KPU. Meskipun dia tahu terdapat perpanjangan masa pengurusan, informasi yang dia terima terlambat. Kalau harus pulang kampung, butuh waktu lebih dari 1 hari libur.
”Aku tahunya setelah hari batas akhirnya sudah lewat. Kan katanya ada informasi perpanjangan,” kata mahasiswa yang masih menunggu untuk wisuda tersebut.
Sebenarnya, Aris sudah mempunyai pilihan. Namun, dia harus legawa karena memiliki urusan yang harus segera diselesaikan. Jika harus pulang, itu akan menunda lama pekerjaannya. Aris merupakan mahasiswa dari Jombang.
Jika dibandingkan pemilu sebelumnya, sebenarnya tahun ini lebih mudah bagi pemilih. Pemilih yang merantau bisa mencoblos di tempat rantau. Namun, tentu terdapat prosedur yang harus ditaati. Hal ini agar tidak terdapat kesalahan data dan meminimalisir kecurangan.
Mahasiswa memiliki peran penting dalam roda demokrasi negara. Mereka adalah masyarakat yang terdidik dan mampu membawa perubahan. Adanya kepekaan dan cara berpikir kritis akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Seperti yang sering dikatakan bahwa mahasiswa merupakan agent of change.