Sistem zonasi sedang meramaikan warta pendidikan. Dengan berbagai pro dan kontra, ia kerap dikabarkan. Namun, sistem zonasi tak gentar dan tetap berjalan. Konon, demi melaksanakan sistem pendidikan yang lebih baik.
Tak ada sistem yang sempurna. Namun, sebuah sistem akan dinilai baik, jika tepat guna. Kalau terus melihat dari kacamata kontra, tentu banyak kekurangan. Sehingga, sistem itu tampak tak berguna.
Toh tak apa, lahirnya kontra bisa jadi acuan pembaharuan kedepan. Selain orang tua, kontra terhadap sistem zonasi juga hadir dari calon siswa. Calon siswa yang benar-benar pandai, akan kecewa dengan sekolah yang fasilitasnya tak mendukung.
Lahirnya sekolah favorit, tak hanya dari jumlah siswa yang pandai saja. Namun, pihak sekolah juga mendukung fasilitas yang memadai. Bagitupun sebaliknya. Sekolah dengan fasilitas memadai, sudah seharusnya memiliki siswa berkualitas.
Pandai saja tak cukup. Perlu adanya sikap rajin yang lahir dari dalam diri siswa. Dengan begini kedua pihak bisa saling bekerja sama. Saling dukung satu sama lain: siswa jadi juara, sekolah dapat nama.
Sekilias tampak sederhana. Bagaimana prakteknya? Yha, kita lihat saja, sejauh mana sistem zonasi ini bertahan. Mari kita tilik kembali keuntungan dari sistem zonasi.
Salah satu keuntungan, yakni tak ada lagi status sekolah favorit. Pernah kepikiran nggak, lahirnya sekolah favorit disebabkan banyaknya dominasi siswa pandai nan berprestasi. Tentu tidak semua. Tapi jumlahnya mendominasi.
Dengan begitu, pihak sekolah hanya tinggal memfasilitasi. Tanpa harus mengasah kemampuan siswa lebih keras lagi. Dengan kontrol terjaga, dengan mudah sekolah bisa mendapat predikat sekolah berprestasi.
Apa nggak ada sekolah saingan? Tentu ada. Tapi kredibilitas sekolah favorit akan dipegang sekolah itu-itu saja.
Hadirnya sistem zonasi, akan memicu sekolah lebih berupaya mengasah siswa. Kerja sama antara siswa dan pihak sekolah. Jadi pihak sekolah selain memfasilitasi, juga saling berlomba mendidik siswa. Agar dapat saling bersaing dengan sekolah lainnya.
Untuk siswa yang pandai nan berprestasi, tapi tidak masuk dalam sistem zonasi sekolah yang diminati, jangan bersedih. Sebab, dengan prestasi yang kamu miliki, kamu bisa berbangga hati, karena ikut menaikan kredibilitas sekolah tersebut.
Bekerja samalah dengan para pengajar dan kawan-kawan seangkatan. Kamu akan mengukir cerita baru untuk nama sekolah barumu. Kelak, nantinya, sekolah kamu akan lebih dikenal karenamu. Bukankah itu suatu keberhasilan besar yang patut dibanggakan?
Meski ada yang ingin berpindah KK, Itupun tak jadi mengapa. Sebab, banyak cara yang bisa kamu gunakan demi meraih cita-cita. Asal kamu bahagia dengan pilihan itu — dan kelak tidak menyesalinya — lakukan saja misi mencoret diri dari KK.
Ternyata, keajaiban kalimat dicoret dari KK benar adanya. Dan terwujud sejak mulainya sistem zonasi ini. Cuitan kalimat dicoret dari KK, yang dulu ramai di status media sosial, kini benar-benar nyata.