Era digital memicu berbagai prestasi bisa dicapai dari bermacam hal. Satu di antaranya, pembuatan film. Seperti dirasakan Shofia Tiara Cahyani. Dara 17 tahun tersebut menjuarai Festival Sinema Sekolah (FSS) tingkat Jawa Timur 2018 lalu.
Kepada Jurnaba.co, siswi SMA N 1 Bojonegoro tersebut banyak bercerita terkait pengalaman dan kesan-kesan dia mendapat prestasi prestisius sebagai juara pembuatan film pendek.
Dara akrab disapa Rara tersebut menceritakan, kedekatannya pada dunia film berawal dari kesukaan Rara nonton bioskop. Itupun film drama. Lalu, dia tahu jika ada lomba FSS pada 2017. Bahkan, dia memantau seleksi hingga pengumuman pemenangnya di YouTube.
Rara sempat pengen ikut. Tapi, karena tidak punya kamera, tidak punya tim, dan tidak punya gambaran skenario, dia minder. Pada 2018, dia baru memantapkan diri untuk ikut FSS beneran.
“Tahunya pada 2017, tapi berani ikutnya pada 2018,” ucap Rara.
Film yang dia beri judul Takkan Berhenti tersebut, kata Rara, tidak terlalu based on true story. Namun, memang ada unsur berapa sulitnya menjadi penari di era modern kini. Tak hanya menceritakan sulitnya menjadi penari, dia juga menambahkan adegan yang sedikit berlebihan agar lebih filmis.
Rara mengatakan, kesulitan pra produksi ada pada proses mencari teman. Terutama yang mau dimintai tolong. Sebab, waktu itu, dia belum punya nama sebagai penulis naskah. Sehingga, apa-apa serba minta tolong.
“Konsep juga masih amburadul karena tidak ada yang bisa saya mintai pendapat,” imbuhnya.
Tapi, sambil berjalannya waktu, dia punya tim. Hanya, kesulitan tidak berhenti. Pasca produksi film, masalahnya ada pada ngompakin temen temen se tim. Baginya, itu benar-benar sulit. Sebab, tak ada bayaran apapun.
Dalam pembuatan film tersebut, capaian terbaik yang dia dapat adalah
ending film yang berbeda dari kebanyakan film. Mungkin kebanyakan film akan mengubah tokoh antagonis menjadi protagonis di akhir skenario.
Tapi, di film ini, Rara tidak mau membuat tokoh antagonis kalah. Namun tetap bersanding dengan tokoh protagonis dengan penyelesaian masalah yang berbeda.
Proyek pembuatan filmnya, mungkin sempat dianggap remeh. Tapi, setelah masuk 10 besar provinsi, banyak pihak mendukung sepenuhnya.
Film Takkan Berhenti mampu meraih predikat film terfavorit pertama pada FSS 2018. Bahkan, juga memenangkan kategori “pemeran pembantu wanita terbaik. Setidaknya, itu sudah sangat membuat Rara bangga.
Sebab, semua berawal dari keisengan. Temannya bikin video dan dia bikin cerita. Dengan meminta bantuan banyak orang, proses take demi take video pun berjalan.
Rara mengaku, sebenarnya banyak kreator kreator video di Bojonegoro yang punya kualitas bagus. Hanya, sampai saat ini, dia belum menemukan karya film pendek dari Bojonegoro yang mendunia.
Padahal, kata dia, kualitas video dokumenter yang mereka hasilkan seharusnya mampu dijual-belikan. Tapi, belum sampai ke ranah film karena mungkin tidak ada skenario atau script yang dibikin.
Dia berharap agar industri film bisa lebih ramai dari sebelumnya. Bisa lahir sutradara-sutradara muda baru yang bisa meneruskan industri film yang ada di Indonesia, khususnya kota kecil seperti Bojonegoro. Sebab baginya, manusia akan mati, tapi film (karya) akan abadi.