Jelang Pemilu 2019, mulai banyak bertebaran alat peraga kampanye (APK) di berbagai tempat di Bojonegoro. APK memang jadi senjata utama para caleg untuk promosi dan memperkenalkan diri.
Nabs, siapa sangka, di balik APK para caleg Bojonegoro tersebut, terselip teknik propaganda yang teramat konspiratif. Hhe
Selama ini propaganda kerap diidentikan dengan hal buruk. Padahal, propaganda bisa juga digunakan untuk hal baik dan positif.
Menurut Harold Laswell, propaganda adalah teknik mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang dengan cara memanipulasi representasi. Representasi yang dimaksudkan bisa berupa tulisan, kata-kata hingga gambar.
Propaganda memang tak bisa dilepaskan dari dunia politik Indonesia. Di Indonesia, contoh kecil yang bisa dilihat adalah APK yang bertebaran jelang Pemilu 2019.
Alat peraga kampanye memang menjadi pilihan utama para caleg untuk promosi. Selain lebih efisien, penggunaan APK juga menghemat pengeluaran si caleg. Sayangnya, ada banyak APK di Bojonegoro yang dianggap menyalahi prosedur sehingga harus dicopot dari tempatnya.
“Kami (Bawaslu Bojonegoro) menghimbau kepada para calon legislatif dan partai politik peserta pemilu 2019, agar mematuhi peraturan dalam hal pemasangan APK. Sebab, Bawaslu akan melakukan penertiban secara rutin,” ujar Ketua Bawaslu Bojonegoro, M. Zaenuri.
Alat peraga kampanye di Bojonegoro bisa dengan mudah ditemui di berbagai sudut jalan kota Bojonegoro. Terkadang memang ada yang menyalahi aturan dengan memasang di dekat tempat sekolah atau pemasangan di pohon.
Isi atau konten APK dari caleg di Bojonegoro pun bermacam-macam. Ada yang didesain dengan gaya kekinian khas anak muda. Ada pula yang desainnya dibuat asal-asalan. Semua bertujuan untuk menarik para calon pemilih.
Teknik Propaganda pada APK Caleg Bojonegoro
Di Bojonegoro, alat peraga kampanye memang terpampang di sejumlah ruas jalan. Bentuk dan desainnya beraneka ragam. Namun, ada satu jenis APK yang mendominasi. Yakni APK yang mencantumkan sosok figur terkenal dan berpengaruh.
Banyak caleg di Bojonegoro yang mencatumkan foto figur populer dan berpengaruh dalam tiap APK miliknya.
Contohnya saja, caleg dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) selalu mencantumkan gambar Megawati Soekarnoputri atau bahkan Presiden pertama RI, Soekarno.
Kemudian caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa yang kerap menggunakan foto Gus Dur. Atau caleg Gerindra yang kerap memajang foto Prabowo Subianto pada APK miliknya.
Nabs, cara tersebut adalah salah satu teknik propaganda. Penggunaan figur terkenal dan berpengaruh dalam sebuah media promosi diharapkan mampu memberikan dampak langsung. Jenis propaganda tersebut biasa dikenal dengan transfer.
Ada beberapa macam teknik propaganda yang biasa dipakai dalam kontestasi politik. Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Malang, Nurudin dalam bukunya menjelaskan tentang berbagai macam teknik propaganda.
Salah satu teknik yang paling sering digunakan adalah teknik propaganda transfer.
Propaganda transfer merupakan teknik propaganda yang memanfaatkan pengaruh positif dari tokoh, entitas maupun nilai tertentu. Tujuannya, agar pesan dan kampanye yang disampaikan bisa diterima dengan mudah dan baik.
Hal itu menjawab kenapa caleg-caleg dari daerah sering menggunakan figur berpengaruh partai untuk ditempatkan pada alat peraga kampanye.
Teknik propaganda transfer memang sering digunakan oleh caleg di Bojonegoro. Tujuannya, tentu untuk lebih memudahkan masyarakat mengenal, hingga akhirnya memilih si calon legislatif tersebut.
Tak melulu soal figur atau tokoh saja, teknik propaganda transfer juga kerap menggunakan nilai, ajaran dan simbol yang dianggap baik dan dekat dengan masyarakat.
Beberapa caleg PKB sering menggunakan logo Nahdathul Ulama dan bendera Indonesia dalam APK. Hal itu bertujuan untuk mendekatkan diri dengan calon pemilih dari kalangan umat muslim, khususnya warga Nahdliyin.
Caleg yang bertarung pada Pemilu 2019 memang berlomba-lomba menarik hati calon pemilih. Berbagai cara pun dilakukan. Agar bisa mendapatkan suara yang maksimal. Pada pemilihan umum bulan April mendatang.
Tak terkecuali dengan pemanfaatan alat peraga kampanye atau APK yang sudah diatur oleh undang-undang.
Penggunaan teknik propaganda transfer melalui APK memang jadi andalan caleg Bojonegoro dalam menarik hati pemilih. Jadi jangan heran ya Nabs, kalau banyak caleg memanfaatkan figur tertentu dalam alat peraga kampanye miliknya.
Eh, Nabs, sudahkah kamu menggunakan teknik propaganda transfer untuk menarik perhatian si dia? Hmm