Pengetahuan sebagai kebaikan personal harus bertransformasi menjadi keunggulan komunal. Sebab, ia kekuatan untuk mewujudkan kebaikan-kebaikan sebagai sebuah arketipe menjadi fenomena.
Waktu bagi Adam Reed adalah sumber daya terbesar yang dimiliki oleh manusia. Siapa pun yang berhasil “menguasai” waktu, dia akan memeluk kejayaan. Kata menguasai sengaja diberi tanda petik untuk menegaskan maknanya: Memiliki mesin untuk melakukan perjalanan waktu.
Perjalanan waktu memungkinkan untuk mengubah alur cerita kisah masa depan: Baik atau buruknya. Benar. Adam Reed adalah tokoh utama dalam film fiksi-sains berjudul The Adam Project. Kisah bermula dari Adam yang datang dengan mesin waktu dari tahun 2050 ke tahun 2020 dan 2018.
Misi utamanya jelas: Membatalkan hadirnya mesin waktu. Alasannya jelas: Mesin waktu membawa petaka. Tentu saja, abaikan untuk sementara perihal paradoks waktu dan efek kupu-kupu.
Misi yang dilakukan Adam membawanya kepada suatu fakta bawa pencipta mesin waktu adalah ayahnya, seorang profesor fisika teori. Saat menyadari bahwa, sosok yang menemuinya adalah anak kandungnya dari masa depan, profesor ini segera berkata: Jangan katakan kapan dan bagaimana kejadiannya. Merujuk kepada soal kematian sang profesor. Jangan mengacaukan berjalannya waktu.
Larangan profesor ke Adam agar tidak membocorkan perihal kematiannya, menegaskan tentang tanggung jawab pengetahuan. Pengetahuan bertanggung jawab atas baiknya kehidupan. Jika pengetahuan berpotensi punya dampak yang merusak tatanan kehidupan, jangan dilanjutkan. Berbanding lurus antara kapasitas pengetahuan dengan tanggung jawabnya.
** **
Pengetahuan hadir dan datang, sebagiannya karena memang dicari, diupayakan, dan didambakan. Perolehan pengetahuan, oleh karenanya, menjadi dambaan dan ukuran capaian. Sebaliknya, tak jarang juka, pengetahuan yang diperoleh sebenarnya bukan karena diinginkan, melainkan tiba-tiba datang tanpa sengaja. Pengetahuan yang terakhir ini, bepotensi jadi beban dan derita: Moril dan mental.
Pengetahuan yang diperoleh dengan jerih payah lelah belajar, empunya punya beban untuk mengajarkan, menyampaikan, dan mengupayakan kebaikan dari pengetahuan tersebut. Pengetahuan sebagai kebaikan personal harus bertransformasi menjadi keunggulan komunal. Pengetahuan adalah kekuatan untuk mewujudkan kebaikan-kebaikan sebagai sebuah arketipe menjadi fenomena.
Pengetahuan yang datang dengan tiba-tiba tanpa diupayakan hadirnya memiliki tannggung jawab dan konsekuensi: Memastikan sumber dan kebenarannya, mencari tahu kegunaannya, mengukur dampak baik buruknya, dan barangkali jadi sangat penting, jika berkaitan dengan pengetahuan personal: Menjaga kerahasiaannya. Pengetahuan yang model demikian bisa menjadi momok berantai: Membikin penasaran hingga akhirnya pelan-pelan hinggap dari satu orang ke orang lain.
Banjir informasi yang menandai era kiwari memungkinkan pengetahuan bercampur aduk. Akses pengetahuan begitu mudah sehingga memberi peluang besar bagi hadirnya pengetahuan yang beraneka. Pengetahuan yang kita butuhkan dan kita cari, berkelindan dengan pengetahuan yang tiba-tiba hadir ke otak kita. Keduanya berlomba-lomba untuk mencari perhatian.
Kiranya, masing-masing diri perlu memiliki alarm untuk merasa cukup dengan pengetahuan yang berguna bagi diri sesuai yang dicita-citakan. Selanjutnya juga harus mencukupkan diri dengan pengetahuan yang kita tidak harapkan kehadirannya, terlebih jika pengetahuan tersebut bersifat personal dan abu-abu kebenarannya.