Tuthak Tuthuk Gathuk (TTG) merupakan grup musik etnik di Bojonegoro. Selain membawakan syair menggunakan alat musik tradisional, TTG diisi sejumlah personil dari berbagai latar belakang profesi.
Tuthak Tuthuk Gathuk terbentuk pada awal 2015. Thuthak Thuthuk Gathuk adalah nama yang tercetus karena awalnya, musik yang dihadirkan tidak beraturan— hingga akhirnya membentuk nada yang ringan untuk didengar.
Oky Dwi Cahyo, salah satu personil TTG menceritakan, grup musik tersebut berdiri dari obrolan kecil. Oky membikin syair puisi untuk dijadikan lirik. Untuk masalah musik, dia dibantu kawannya yang seorang musisi, Yoyok Cello.
Oky yang berlatarbelakang seniman teater dan Yoyok Cello yang seorang musisi, ditambah beberapa personil lain seperti Qodri (gitar), Radinal (Gitar), hingga sejumlah anggota lain.
Seperti Anugrah AH, Bryan, Rumpoko, Toha, dan Mamik yang fokus alat-alat musik tradisional seperti suling bambu, jimbe, gamelan, dan genggong. Ada juga beberapa alat musik yang dibuat sendiri. Alat itu menciptakan suara mirip seperti gemercik air.
Nabs, TTG merupakan kolaborasi berbagai latar belakang. Sebab, personilnya dari beragam seni dan profesi. Sekaligus dari beberapa kategori usia.
Suatu kolaborasi yang luar biasa dari musisi, pemain teater, pelaku seni rupa, pebisnis, konsultan proyek, hingga pelajar. Semua formasi ada di kelompok musik Thuthak Thuthuk Gathuk.
“Memang kita terdiri dari berbagai disiplin seni dan profesi,” kata dia.
Dari keterangan Oky, TTG sudah menghasilkan 6 lagu. Dari lagu-lagu yang sudah tercipta, diantaranya; nyanyian hujan, sungai, pengantin kecil, laut tanpa pantai, aroma nasi, dan tengah wengi. Lagu – lagu TTG menggambarkan suasana bahagia dalam suatu peristiwa sehari-hari.
Nyanyian Hujan misalnya, lirik lagu menceritakan tentang seseorang yang berteduh dan menikmati suasana hujan. Sedangkan Aroma Nasi, menceritakan tentang proses menanak nasi.
Thuthak Thuthuk Gathuk, kata Oky sudah kerap manggung di sejumlah kota. Pernah suatu ketika Tuthak Tuthuk Gathuk diundang mengisi acara di luar kota. Dan responnya memang sangat memukau katanya.
Oky mempunyai mimpi TTG akan selalu ada, hingga sampai suatu ketika teman-teman membantunya bermain musik disini sudah sibuk dengan aktivitas masing-masing.
“Harapan kami, tentu TTG bisa selalu ada. Meski, banyak anggota yang memiliki berbagai macam kesibukan,” ungkapnya.
Nabs, kehadiran TTG tentu menambah panjang daftar genre musik yang ada di Bojonegoro. Sebab, selain musik-musik modern, Bojonegoro juga memiliki genre musik etnik. TTG satu diantaranya.