Anin tampak suntuk sekali. Wajahnya kucel dan beberapakali dia terlihat memandang tembok dengan tatapan kosong. Padahal, deadline baru saja terlewati dengan baik. Semua pekerjaan diselesaikannya dengan tanpa cela.
Sore ini, suasana ruang kantor memang sepi dan mendung. Anak-anak sedang mencari nasi bungkus. Praktis, tinggal Anin dan Wisnu yang tinggal di kantor. Maklum, mereka berdua menjadi penjaga pintu deadline. Bertugas memastikan semua pekerjaan beres tanpa ada yang terlewatkan.
“Ada yang sedang kamu pikirkan, Nin?” tanya Wisnu sambil tetap menatap laptopnya.
“Nggak ada sih, cuma suasananya aja yang terasa ngajak gelut,” jawabnya cuek
“Lho, gelut sama siapa?”
“Enggaak, aku sedang gelut melawan perasaanku sendiri,” tukas Anin semakin cuek.
“Hemmh, kamu lagi ingat sesuatu ya?”
“Iya, dan rasanya mau aku ajak berkelahi saja,”
“Jangan berkelahi, ajak dia berdamai saja”
“Piye caraneeee?”
“Gampang, tapi kamu harus cerita dulu, siapa yang sedang ingin kamu ajak gelut?” tanya Wisnu.
Anin terdiam. Dia sempat mengambil satu puntung rokok dari bungkus Lucky Strike milik Wisnu. Tapi, karena dia tidak merokok, dia hanya memutar-mutar puntung itu di jemarinya, sambil berharap ada angin kencang yang keluar dari putaran kincir puntung rokok itu agar bisa mengusir mendung.
” Tiap kali mendung datang, bahkan sebelum gerimis berjatuhan, aku selalu ingat dia,” tutur Anin pelan.
“Hemmhhh, gitu, yaudah jangan teruskan. Bentar, aku kasih kamu tutorial menggambar keceriaan,”
“Maksudnya?”
“Bentaar, aku tuliskan. Aku nggak suka bercerita, nanti kamu baca sendiri saja,”
Tutorial Menggambar Keceriaan
By: Wishnew ~
Keceriaan itu, Nin. Bukan dicari. Tapi diciptakan, digambar sendiri. Sebab jika kebahagiaan dan keceriaan bisa dicari, berarti bisa dibeli. Dan ketika bisa dibeli, pasti orang-orang yang berduit akan membeli keceriaan itu. Dan kita akan sulit mendapatkan keceriaan karena sudah diborong oleh mereka.
Keceriaan itu tidak dicari, Nin. Contoh lain misalnya, andai keceriaan itu ada di suatu tempat, pasti belahan lain di bumi ini akan kosong melompong. Sebab semua orang akan berkumpul di mana kebahagiaan dan keceriaan itu berada.
Untungnya, kebahagiaan dan keceriaan itu bisa kita buat sendiri, kita gambar sendiri. Jadi, kita tidak perlu membeli atau pergi mencari kebahagiaan dan keceriaan tersebut. Yang perlu kita siapkan hanyalah sebuah aplikasi. Sebuah aplikasi yang mempermudah kita untuk menggambar.
Sebenarnya, setiap manusia sudah memiliki aplikasi tersebut. Hanya, ada yang tidak menyadari. Dan ada pula yang tidak meng-update aplikasi bawaannya itu. Aplikasi itu bernama hati. Iya, hati.
Hati yang ikhlas akan memicu pikiran jadi jernih. Nah, jika pikiran sudah jernih, kita bisa mendesain dan menggambar keceriaan kapanpun, di manapun dan dengan kondisi apapun.
Jangan sibuk mencari keceriaan, tapi subuklah merawat aplikasi untuk mencipta ceria. Mencipta bahagia. Dari hal-hal kecil. Dari perihal terdekatmu.
Dan yang harus kamu pahami adalah, keceriaan tidak harus tampak sebagai mulut yang terbuka sambil tertawa. Keceriaan itu sunyi, ada di dalam hati. Keceriaan itu hanya kamu yang mengetahui.
Nah, jika hanya dengan mendung saja sudah bisa membikin hati kamu bersedih, itu menunjukkan betapa kamu tidak pernah mengupdate aplikasi dalam tubuhmu. Padahal, itu baru mendung. Bagaimana jika yang datang itu hujan badai?
——-
“Wqwqwq, benar juga ya?” tukas Anin sambil mengembalikan ponsel Wisnu.
Eh tapi, si dia yang kamu maksud siapa sih, Nin? Wisnu balas bertanya.
Belum sempat Anin menjawab, tiba-tiba Widya dan Yoyok masuk ruangan. Mereka membawa beberapa bungkus nasi kucing dan teh hangat di dalam kantung kresek berwarna hitam. Sementara, di luar gerimis mulai berjatuhan.