Ada garis batas antara nyata dan khayal. Antara utopia dan realitas. Namun, di tengah-tengah itu semua, ada makhluk unik bernama karya fiksi.
Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Bojonegoro gelar rangkaian kegiatan untuk memperingati hari lahir PMII ke 62. Rangkaian kegiatan itu di antaranya lomba video sejarah PMII lokal, lomba opini, hingga bedah buku “Pembual Milenial”.
Pembual Milenial merupakan salah satu karya fiksi Ahmad Wahyu Rizkiawan yang berisi 15 cerita pendek. Dalam acara bedah buku dihelat di Gedung IKA PMII Bojonegoro (14/4), Wahyu Rizky menjelaskan tentang isi buku tersebut.
Acara yang juga dihadiri penulis buku Assalamualaikum Generasi Milenial, Nita Puji Arti itu, juga menarik karena diskusi berjalan dengan lancar dan dinamis. Sehingga, bermacam kaidah penulisan fiksi mampu dibahas dengan bermacam sudut pandang.
Acara diikuti puluhan peserta dari bermacam kampus di Bojonegoro tersebut, cukup menarik karena memantik bermacam dialektika khasanah penulisan karya fiksi. Banyak peserta bertanya terkait unsur ekstrinsik dan intrinsik karya yang sudah dicetak beberapakali tersebut.
“Pokoknya kaidah yang harus diingat adalah, bahwa yang tak bisa kau dekati di dunia nyata, bisa kau peluk di dunia fiksi.” Kata Mas Rizky.
Meski begitu, kata Mas Rizky, karya fiksi harus tetap logis. Ia bisa hadir dalam sudut-sudut yang tak terbatas, tapi harus logis. Runtut dalam pemikiran. Keruntutan berpikir itu, yang menjadikan karya fiksi menjadi logis dan bisa dicerna logika, meski kadang terasa tidak logis.
Ada banyak pelajaran dari 15 cerpen dalam buku Pembual Milenial. Terutama dalam hal fenomena sosial dan fenomena personal. Pelajaran itu tak disajikan secara langsung. Tapi lewat metafor-metafor dan himpunan kisah sederhana tapi mengena.
Dalam buku Pembual Milenial, masing-masing cerita membawa misi khusus. Yang mana, tak bisa digeneralisir sekaligus. Karena itu, harus disimak dan dibahas satu persatu. Sehingga pesannya tertangkap secara utuh.
Dalam acara tersebut, Mas Rizky juga berkata bahwa kelancaran menulis sangat dipengaruhi ketelatenan membaca. Dalam hal ini, tak sekadar membaca buku, tapi membaca banyak hal. Baik membaca perasaan atau bahkan fenomena sosial.
Ketua Umum PC PMII Bojonegoro, Jawa Timur Herri Siswanto, mengatakan rangkaian kegiatan hari lahir (harlah) PMII ke 62 untuk mengembangkan potensi kader PMII di Bojonegoro. “Selain itu juga bisa menjadi pengingat bahwa PMII merupakan wadah untuk mengembangkan potensi dan jati diri mahasiswa,” katanya.