Kepercayaan itu mahal karena kepelcayaan itu mahar. Ia tak butuh dipandang mata dan tak perlu didengar telinga. Bahkan, ia tak butuh diraba sensor kulit perasa. Ia hanya butuh dipelajari dan terus dicoba.
Itu alasan kenapa materi bisa didapat dari kepercayaan. Sedang kepercayaan tidak bisa didapat dari materi. Besarnya materi tak sebanding dengan sederhananya kepercayaan.
Nabs, materi yang hilang bisa dicari lagi. Tapi kepercayaan yang hilang, butuh waktu cukup lama untuk bisa terobati. Rasa percaya adalah eksistensi atau mati. Kau akan tetap hidup di muka bumi selama masih ada yang percaya padamu.
Mereka yang memberikan kepercayaan padamu, adalah orang yang menyerahkan separuh hartanya untuk dirimu. Itu alasan kenapa tidak ada hartameter yang mampu mengukur seberapa besar kepercayaan orang lain padamu.
Dunia ini sangat sempit. Percayalah, teramat sempit jika kau sering mengecewakan kepercayaan orang lain. Dan dunia ini, terlampau lebar jika kau, setidak-tidaknya, mampu menjaga kepercayaan itu.
Kepercayaan adalah percaya dan perayaan. Merayakan rasa percaya. Rasa percaya itu sunyi. Tak berbentuk. Dan tak berlokasi. Tapi ketika ia sudah mendapatkan tempat, ia akan tumbuh dan hidup. Bahkan, tak segan justru menghidupi.
Percaya adalah percik cahaya. Penyuluh di tengah gelapnya ketidakpercayaan. Saat ada orang yang mempercayaimu, itu menunjukkan betapa bercahaya dan berartinya dirimu. Betapa kamu mampu memberi sesuatu yang berarti pada orang lain.
Cinta dibangun dari rasa percaya. Tanpa rasa percaya, mustahil cinta bisa hadir dalam hidup. Itu alasan musuh besar rasa cinta adalah kekhawatiran. Sebab kekhawatiran adalah lawan dari kepercayaan.
Jangan Berhenti Belajar
Semua orang di dunia ini pasti pernah menyalahi kepercayaan. Tapi bukan berarti sesuatu yang salah tidak bisa disembuhkan. Semua bisa disembuhkan. Semua bisa diobati. Tidak ada kesalahan yang sempurna, layaknya tidak ada kebenaran yang sempurna.
Kebenaran lahir dari kesalahan-kesalahan. Tanpa kesalahan, kita tidak akan tahu mana yang benar dan mana yang salah. Salah diperlukan untuk menemukan kebenaran. Tidak pernah ada kebenaran tanpa hadirnya kesalahan.
Asal tidak berhenti belajar. Tidak berhenti mencari. Dan tidak berhenti pada apa yang sudah terjadi, percayalah, kepercayaan yang tercabik pun bisa disulam kembali. Dirajut kembali. Disembuhkan kembali.
Belajar dipercaya adalah bagian dari belajar dicinta. Sebab mustahil mencinta tanpa memercaya. Percaya dan cinta tidak lahir secara ujug-ujug. Ia melalui tahapan dan proses. Melintasi ujian dan berbagai macam tes.
Tapi kelak, ketika mereka sudah percaya padamu, tak butuh memandangmu. Sekaligus tak butuh mendengar perkataan orang lain tentang dirimu. Sebab mereka sudah kadung percaya. Sudah kadung memercaya.