Apa yang membuat perolehan suara Kondang Kusumaning Ayu melejit dalam pemilihan DPD RI Jawa Timur periode 2024 – 2029? Berikut analisis Tim Jurnaba.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 lebih 20 menit. Dengan keringat yang membasahi dahi, saya langsung melangkahkan kaki menuju TPS yang letaknya tepat di pinggir rumah. Sebagai lelaki petualang yang jarang pulang, saya memang masuk dalam Daftar Pemilih Khusus (DPK), sehingga baru bisa nyoblos belakangan.
Pemilih yang tak dapat undangan pencoblosan (termasuk saya), memang diperbolehkan menggunakan hak suaranya paling belakang alias di atas jam 12 siang. Tapi itu tak masalah. Bukankah cinta memang tak pernah tepat waktu? Saya pun langsung menuju meja KPPS untuk menunjukan eKTP dan salinannya.
Setelah pemeriksaan dokumen dan tetek bengeknya, salah satu petugas KPPS yang ternyata adik kandung saya sendiri menyerahkan 5 buah surat suara. Saya kemudian menuju bilik suara yang saat itu memang sudah sepi.
Surat suara yang pertama kali saya buka adalah DPD RI. Ketika membuka surat suara dengan kode merah tersebut, pandangan mata langsung tertuju ke calon senator nomor urut 10. Hati saya maktratap. Perempuan berjilbab putih dengan senyum manis, terlihat sedang menatap saya.
Namanya juga tak kalah manisnya, Kondang Kusumaning Ayu. Sebuah nama yang terlihat kokoh namun tak kehilangan kesan keanggunannya. Tapi bukan nama atau fotonya yang saya coblos, saya malah keliru mencoblos hatinya gabusnya. Singkat cerita, prosesi pencoblosan 5 surat suara telah saya selesaikan. Agak ribet dan lama karena harus membuka dan melipat lagi surat suara selebar terpal hajatan itu.
Beberapa jam setelah pencoblosan, tibalah waktu perhitungan suara di TPS tempat saya nyoblos tadi. Usai melakukan perhitungan suara calon Presiden, dilanjutkan dengan DPD RI. Dengan wajah yang lebih segar, saya turut memantau perhitungan suara calon senator yang akan mewakili Jawa Timur.
Tak disangka, Kondang Kusumaning Ayu yang tadi fotonya mencuri perhatian saya, keluar sebagai pemenang. Ia unggul tipis dari petahana, La Nyala Matalitti. Kok bisa caleg yang namanya asing tersebut jadi pemenang? Siapa sebenarnya dia? Apa latar belakangnya? Apakah dia punya relasi dengan tokoh politik Indonesia yang sudah kondang seperti namanya?
Calon Senator Introvert
“The important thing is not to stop questioning. Curiosity has its own reason for existing”. Konon, begitulah kata Albert Einsten. Berangkat dari quote tersebut, saya coba menyelami lebih dalam tentang siapa sebenarnya Kondang Kusumaning Ayu.
Medium pertama yang digunakan pastinya mesin pencari. Dahi saya langsung mengerenyit ketika melihat hasil dari mesin pencarian. Tidak ada satupun artikel yang membahas latar belakang sosok perempuan tersebut secara mendalam.
Informasi yang paling personal mungkin hanya almamater kampusnya. Ia tercatat sebagai lulusan S2 Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Selebihnya hanya informasi normatif yang tak menjawab sama sekali rasa penasaran saya yang sudah membuncah sedari tadi.
Sosok yang konon tinggal di Kota Surabaya tersebut memiliki media sosial resmi berupa Instagram. Namun, isinya pun cenderung normatif. Hanya berisikan foto yang kebetulan sama dengan yang berada di surat suara. Caption fotonya cuma ajakan untuk mencoblos pada 14 Februari 2024.
Tak ada keterangan lain di media sosialnya. Bahkan, tak ada foto kegiatan atau aktivitas bertemu dengan masyarakat layaknya caleg – caleg yang sok pahlawan itu. Padahal, kampanye macam itu cukup penting untuk mendulang suara.
Lalu, bagaimana mungkin bisa menggaet banyak suara kalau cara kampanyenya sangat pasif? Informasi latar belakang, rekam jejak atau bahkan karya dari sosok Kondang Kusumaning Ayu pun tak bisa ditemukan. Di situs resmi KPU pun profilnya hanya berupa foto dan nama saja.
Apakah dia Virgo misterius yang tak mau ngumbar informasi pribadi ke publik? Apa mungkin dia tipe pemakai WA aplikasi yang seolah-olah ngga liat status story, tapi aslinya sedang melihat? Ataukah dia seorang introvert yang tak punya teman curhat?
Dilihat dari konstruksi nama, kontur wajah, tekstur senyum, dan bahan-bahan dasar pembentuk informasi yang saya temukan, saya sempat curiga kalau dia ini bukan manusia, tapi makhluk Artificial Intelligence (AI) yang sengaja dibikin untuk mengecoh pandangan mata saya. Tapi tenang. Sebagai periset Jurnaba, saya tertantang untuk menganalisisnya.
Lolos ke Senayan Modal Senyum Menawan
Matahari sudah tenggelam ketika linimasa media sosial pada 14 Februari 2024 ramai dengan perbincangan hasil quick count capres dan cawapres. Hasilnya memang tak berbeda jauh dengan survei – survei yang diadakan sebelum hari pencoblosan.
Update mengenai hasil perhitungan juga bisa dilihat di situs resmi KPU. Selain informasi tentang perhitungan suara capres, di sana juga bisa diakses perhitungan suara pileg, termasuk DPD RI.
Karena masih saja penasaran dengan sosok Kondang Kusumaning Ayu tadi, saya langsung akses data perhitungan suara DPD RI Jawa Timur via situs KPU. Saya cuma bisa geleng – geleng kepala.
Kondang Kusumaning Ayu berada posisi empat besar perolehan suara DPD RI Jawa Timur. Ia bersaing ketat dengan La Nyala Mataliti yang merupakan petahana, mantan Ketua KPK Agus Raharjo, dan keponakan Khofifah Indar Parawangsa yang bernama Lia Istifhama.
Setiap provinsi memang berhak mengirimkan empat wakilnya sebagai anggota DPD RI. Jika tak ada aral melintang, Kondang Kusumaning Ayu harusnya melenggang mulus ke Jakarta bersama dengan La Nyala, Agus Raharjo dan Lia Istifhama.
Sampai tulisan ini dibuat, suara dari Kondang Kusumaning Ayu stabil di angka 10 persen. Selisih dengan tiga tokoh yang sudah punya nama tadi kurang dari 1 persen saja. Ini tentu jadi capaian yang luar biasa dari sosok misterius tersebut.
Ia berhasil mengungguli sejumlah caleg lain yang terbilang berpengalaman dan sudah punya nama. Sebut Ahmad Nawardi (eks anggota DPRD Jatim), Adilla Azis (Petahana DPD RI), Ayub Khan (sepupu Muhammad Nazaruddin eks Bendahara Demokrat), hingga Abdul Qadir Amir (anggota DPD RI 2014-2019).
Paradigma Komunikasi Visual
Apa yang membuat perolehan suara Kondang Kusumaning Ayu — yang merupakan seorang debutan itu — melejit dalam pemilihan DPD RI Jawa Timur periode 2024 – 2029? Mungkin jawabannya paras cantik dan senyum manis yang terlihat pada surat suara.
Kekuatan komunikasi visual. Ya, inilah rahasianya. Satu-satunya kekuatan yang mampu melemahkan seorang lelaki (seperti saya ini) adalah senyum manis dari perempuan yang tak dikenal. Dan sialnya, saya termasuk makhluk visual itu.
Sadar atau tidak, Kondang Kusumaning Ayu berhasil memanfaatkan keistimewaan untuk memajang foto diri pada surat suara layaknya capres dan cawapres. Beda dengan pileg DPR dan DPRD yang hanya diperbolehkan memasang nama saja.
Kebetulan pula, jumlah caleg DPD RI dari Jawa Timur itu cuma 13 orang saja. Kesempatan untuk menarik mata calon pemilih jadi lebih mudah. Bandingkan dengan caleg DPD dari Jawa Barat yang jumlahnya mencapai 40-an lebih. Tentu lebih susah untuk jadi “center of attention” di surat suara.
Secara “effortless”, Kondang Kusumaning Ayu berhasil mendulang banyak suara karena fotonya di surat suara memang on point. Dibandingkan dengan foto para pesaingnya, Kondang Kusumaning Ayu memang terlihat mencuat. Tak bisa dipungkiri kalau fotonya memang benar – benar shinning.
Kalau tak percaya, tengoklah komentar di akun Instagram Kondang Kusumaning Ayu. Banyak yang mengaku memilihnya karena terpesona dengan senyum manisnya tersebut. Komentar tersebut tak hanya datang dari laki – laki saja, tapi juga sesama perempuan.
Di satu sisi, hal ini memberikan validasi bahwa memang banyak pemilih yang memberikan suara secara tak rasional. Bukankah memilih wakil itu harus didasarkan pada ide dan gagasan, bukan hanya tampang?
Tapi ngga masalah dong. Lha wong banyak juga pemilih yang memberi suara pada caleg yang punya rekam jejak korupsi, kok. Kalau milih caleg yang pernah korupsi saja boleh, masa’ memberi suara pada caleg yang wajahnya cantik dan senyumnya tulus tidak boleh? Hmmm~
Ada banyak caleg yang harus keluarkan Milyaran Rupiah untuk bisa meraih banyak suara. Aset berharga pun rela dijual demi ambisi duduk sebagai legislator. Namun berbeda dengan Kondang Kusumaning Ayu. Modal “foto menawan” saja sudah cukup mengantar dirinya ke Senayan.