Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba

Menulis Bebas, Panduan Praktis Merampungkan Tulisan

Muhammad Aufal Fresky by Muhammad Aufal Fresky
13/10/2025
in Cecurhatan
Menulis Bebas, Panduan Praktis Merampungkan Tulisan

Unsplash

Salah satu hal yang dianggap cukup sukar dalam menulis adalah memulainya. Lebih-lebih bagi yang belum pernah sama sekali bersentuhan dengan dunia tulis menulis. Pastinya merasa bingung apa yang hendak dituangkan dalam paragraf pertama.

Belum lagi, pikiran yang belum bisa menangkap ide. Jari jemari tidak berkutik. Kedua mata hanya menatapa layar kosong laptop. Waktu kian bergulir. Gagasan belum ditemukan. Inilah yang menjadi persoalan yang dialami tidak hanya oleh penulis pendatang baru.

Bahkan, penulis yang jam terbangnya tinggi sekalipun, saya rasa, kerap kali mengalami kondisi semacam ini. Hanya saja, bagi yang sudah berpengalaman, pasti sudah tahu bagaimana cara untuk mengatasinya.

Salah satunya yaitu dengan menerapkan metode menulis bebas.
Ya, menulis bebas semacam menjadi kiat yang cukup ampuh bagi setiap penulis yang merasa kesulitan untuk mengeksekusi ide menjadi rangkaian kata bermakna.

Apalagi, bagi kita yang selama ini belum menjadikan aktivitas membaca, entah itu membaca buku, manusia, atau alam semesta, seabgai sebuah kebiasaan dan kebutuhan. Wajar apabila akal menjadi kosong melompong.

Namun, usut punya usut, dengan menulis bebas, kita sebenarnya bisa merangkai kata demi kata menjadi tulisan utuh tanpa harus membaca refrensi. Lagi pula, terlalu fokus hendak menyajikan tulisan yang bermutu kadang bisa membuat pikiran tidak bergerak untuk segera menulis. Inginnya semua perfect. Inginnya semua sesuai dengan kadiah-kaidah kebehasaan yang berlaku. Padahal, itu urusan yang kesekian.

Artinya, bagi siap saja yang hendak menyelesaikan sebuah tulisan, maka jangan terlalu banyak berpikir untuk sempurna. Apalagi, nantinya kita pasti akan melewati tahapan editing. Maka tidak perlu terlalu khawatir tulisan-tulisan kita menjadi jelek.

Bukankah tujuan utamanya adalah kita selesai menulis sebua naskah? Bukankah yang terpenting adalah bagimana gagasan itu bisa kita tuangkan dalam catatan utuh? Jadi, dengan bersegara untuk menuliskan segala hal yang terlintas di benak akan menjadi salah satu cara yang hemat saya cukup ampuh untuk menulis. Entah itu nanti hasilnya berupa esai, opini, cerpen, dan sebagainya, itu lain persoalan.

Oleh sebab itulah, beberapa panduan praktis untuk menulis bebas yaitu dengan menuliskan apa saja yang sedang terlintas dalam alam pikiran kita. Semisal, detik ini kita sedang nongkrong di sebuah warung kopi lalu melihat sekumpulan pemuda yang sedang diksusi.

Tiba-tiba kita terlintas dalam pkiran kita tentang warung kopi yang bukan hanya menjadi tempat untuk bersantai dan menghilangkan kepenatan. Lebih dari itu, menjadi titik kumpul untuk berdiskusi membahas beragam persoalan publik.

Mulai dari masalah penggguran, kemiskinan, kenakalan, remaja, dan sebagainya. Saat ide itu muncul, segeralah tuliskan. Jangan hiraukan tata bahasanya. Menulislah dengan sebebas-bebasnya. Percayalah, ide itu nantinya akan berkembang dengan sendirinya. Ide awal itu akan beranak-pinak. Semua tergantung kreativitas kita dalam mengolahnya.

Kemudian, panduan kedua dalam menulis bebas yaitu cobalah untuk menuliskan apa yang saat ini sedang kita rasakan. Ya, mungkin kita sedang dikecewakan oleh seseorang. Maka tulislah tenting perasaan itu. Ungkapkan dengan gaya bahasa kita sendiri. Jangan berpatokan pada standar menulis orang-orang tertentu.

Bahkan, dalam menulis bebas, kita bebas memasukkan kosakata asing, baik itu bahasa daerah, Inggris, dan semacamnya. Menuliskan apa yang sedang berkecamuk dalam batin kita juga menjadi terapi. Artinya, dengan menuliskan rasa kecewa itu, kita bisa lebih mengenali emosi diri dan bagaimana seharusnya mengontrolnya.

Sehingga, ketika suatu saat persaaan semacam itu kembali menghampiri, kita tidak akan terlalu terkejut. Biasansya, dengan menuliskan isi perasaan, waktu terasa cepat. Kita akan menikmatinya. Tahu-tahu, sudah ribuan kata yang telah kita tuliskan. Bukankah, itu sudah menjadi naskah utuh?

Tidak hanya itu, dalam menulis bebas, kita bisa kembali menuangkan pengalaman yang pernah kita dapatkan. Semisal, pengalaman mengenai betapa indah dan berwarnanya masa putih abu-abu, pengalaman ketika berorganisasi di kampus, ketika menjalin asmara, ketika menjadi pemateri di sebuah kajian atau seminar ilmiah, dan sebagainya, Semua itu menjadi bahan bagi kita untuk menulis.

Belum lagi, dengan menulis bebas, kita sebenarnya menjadi seolah-oleh menjelajahi masa silam. Seakan-akan kita menyusuri lorong waktu. Beragam hal, kejadian, peristiwa, dan momentum yang terjadi di dalam hidup kita, bisa diabadikan menjadi rangkaian aksara.

Kemudian, dengan menulis bebas, kita sebenarnya sedang membebaskan pikiran kita yang berinspirasi. Kita bisa menuliskan segala impian yang hendak diwujudkan di masa depan.

Dengan menulis bebas, kita sedang menegaskan diri sebagai seorang pemimpi yang hendak menaiki tangga menuju puncak kesuksesan. Denagan menulis bebas, kita bisa berimajinasi seluas-luasnya, hendak melakukan ke depannya, dan ingin menjadi seperti apa nantinya. Semua itu, sekali lagi, bisa kita tuliskan.

Maka sebab itulah, menulis bebas menjadi semacam cara bagi setiap orang yang merasa kesulitan dalam menulis. Maka sudah saatnya, mulai saat ini, mencoba membiaskan diri untuk menuliskan segala hal yang dipikirkan, dirasakan, dialami, dan dicita-citakan. Tulislah dengan bebas, lepas, dan tanpa beban. Menulis tanpa mengkoreksi dan mengedit. Sebab, terkait hal itu, ada bagiannya sendiri.

Poinnya dalam menulis bebas adalah gagasan kita segera rampung menjadi tulisan utuh. Maka dalam hal ini, memiliki jurnal harian untuk menulis bebas menjadi semacam kebutuhan untuk melatih kemampuan menulis, Sebab, menulis sendiri ini adalah bukan hanya berbicara masalah teori. Lebih dari itu, yang lebih penting lagi adalah bagaimana agar terus mempraktikkannya.

Nantinya, kita bisa memilah dan memilih sendiri mana yang hendak dipublikasikan dan mana yang tidak. Sebab, biasanya tulisan bebas, tidak jarang yang bernuansa sangat personal. Artinya, tulisan itu hanya untuk konsumsi pribadi sang penulis.

Jadi, daripada terlalu berdiam diri menatap layar kosong, lebih baik tuliskan apa pun yang berkecamuk dalam hati dan pikiran. Tulislah dengan penuh gairah. Dengan begitu, saya yakin, jika terus diulang-ulang, nanti akan menjadi kebiasaan yang lambat laun meningkatkan kualitas kita sebagai penulis.

Tags: JurnatipsPanduan MenulisTips ala JurnabaTips Menulis
Previous Post

Ketika Dunia Menutup Diri

Next Post

Raksasa yang Tidur di Bawah Pohon Kelapa

BERITA MENARIK LAINNYA

Menabuh Bedug Pesantren
Cecurhatan

Menabuh Bedug Pesantren

14/10/2025
Raksasa yang Tidur di Bawah Pohon Kelapa
Cecurhatan

Raksasa yang Tidur di Bawah Pohon Kelapa

14/10/2025
Ketika Dunia Menutup Diri
Cecurhatan

Ketika Dunia Menutup Diri

12/10/2025

Anyar Nabs

PKB Bojonegoro Berang, Konten Trans7 Dianggap Rendahkan Pesantren

PKB Bojonegoro Berang, Konten Trans7 Dianggap Rendahkan Pesantren

14/10/2025
Menabuh Bedug Pesantren

Menabuh Bedug Pesantren

14/10/2025
Omar M. Yaghi: Anak Petani Palestina yang Menerima Hadiah Nobel Kimia 2025

Omar M. Yaghi: Anak Petani Palestina yang Menerima Hadiah Nobel Kimia 2025

14/10/2025
Raksasa yang Tidur di Bawah Pohon Kelapa

Raksasa yang Tidur di Bawah Pohon Kelapa

14/10/2025
  • Home
  • Tentang
  • Aturan Privasi
  • Kirim Konten
  • Kontak
No Result
View All Result
  • PERISTIWA
  • JURNAKULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • MANUSKRIP
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • JURNAKOLOGI
  • SUSTAINERGI
  • JURNABA PENERBIT

© Jurnaba.co All Rights Reserved

error: