Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba

Omar M. Yaghi: Anak Petani Palestina yang Menerima Hadiah Nobel Kimia 2025

Ahmad Rofi' Usmani by Ahmad Rofi' Usmani
14/10/2025
in Figur
Omar M. Yaghi: Anak Petani Palestina yang Menerima Hadiah Nobel Kimia 2025

Omar M. Yaghi (Jurnaba)

Omar Mwannes Yaghi (Omar M. Yaghi) merupakan anak pengungsi dan petani dari Palestina yang meraih hadiah Nobel Kimia 2025. Berikut ini kisah perjalanan hidupnya.

“Dari kesederhanaan Yordania ke puncak kimia dunia, perjalanan Yaghi adalah sebuah epos modern. Ia mengingatkan kita bahwa sumber ilmu pengetahuan yang paling abadi adalah rasa ingin tahu yang murni dan tekad yang tak tergoyahkan.” Demikian komentar The Guardian ketika Omar M. Yaghi, pria dengan sorot mata lembut dan jenggot putih yang ikonik itu, resmi dinobatkan sebagai peraih Hadiah Nobel Kimia 2025.

Malam itu, di kedalaman malam yang sunyi, ketika kota Berkeley, Amerika Serikat telah terlelap, dering telepon memecah kesunyian. Di ujung lain garis, sebuah suara dari Kerajaan Swedia membisikkan kabar yang telah lama dinanti-nanti, namun tetap terasa seperti keajaiban ketika akhirnya tiba. Pada malam yang larut itu, Omar M. Yaghi, pria dengan sorot mata lembut dan jenggot putih yang ikonik itu, diberitahu bahwa ia dinobatkan sebagai peraih Hadiah Nobel Kimia 2025.

Ia dianugerahi kehormatan tertinggi dalam dunia sains itu, Hadiah Nobel Kimia 2025, “atas pengembangan kimia retikuler”, sebuah bidang yang ia ciptakan dari nol-sebuah mimpi yang ia tenun dari kehampaan, atom demi atom, menjadi kerangka kristal yang menakjubkan. Dunia pun mencatat: sang arsitek molekuler, yang menyulam logam dan molekul organik menjadi istana-istana mikroskopis penuh harapan bagi masa depan umat manusia, akhirnya mendapat takhtanya. Omar M. Yaghi, siapakah ilmuwan Muslim yang satu ini dan bagaimana kisah hidupnya?

Seorang Asing di Tanah Baru

Lahir pada 9 Februari 1965 di Amman, Yordania, dalam lingkungan sebuah keluarga pengungsi asal Palestina dengan banyak anak. Omar kecil adalah anak yang selalu ingin tahu. Namun, kehidupan tidak mudah. Keluarganya miskin. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana. Tanpa listrik atau air mengalir. Satu-satunya “laboratorium” pertamanya adalah alam sekitar. Ia mengamati tanaman, batu, dan langit, mempertanyakan bagaimana segala sesuatu bekerja. Bakatnya dalam sains mulai bersinar. Namun, jalan menuju pendidikan tinggi di Yordania pada saat itu terbatas.

Ya, masa kecil Omar M. Yaghi bukanlah lukisan kemewahan. Rumahnya, “bait yang sunyi”. Tanpa listrik dan air mengalir. Namun, di balik kesederhanaan itu, alam justru menjadi guru pertamanya yang paling agung. “Ayahku buta huruf. Namun, kebijaksanaannya seluas samudera,” kenang Yaghi dalam sebuah wawancara yang sarat emosi. “Ia mengajariku untuk membaca bukan dari buku. Namun, dari bahasa angin, dari kesabaran tanah, dan dari keheningan langit malam.”

Benih ilmuwan itu disiram bukan dengan air. Namun, dengan rasa ingin tahu yang membara. Ia adalah anak yang mempertanyakan mengapa daun berwarna hijau, bagaimana bintang bersinar, dan apa rahasia di balik kerasnya batu. Lantas, pada usia 15 tahun, sebuah keputusan berat harus ia ambil.

Untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, ia harus pindah ke Amerika Serikat-seorang diri, tanpa keluarga, dengan sedikit uang dan bahasa Inggris yang terbatas. Ini adalah lompatan iman yang berani dari seorang remaja yang hanya didorong oleh rasa haus akan pengetahuan.

Tiba di Amerika Serikat, realitanya pahit. Ia tinggal dengan seorang paman di Indiana. Namun, ia harus bekerja paruh waktu untuk membiayai hidup dan sekolahnya. Bayangkan: seorang remaja, di budaya yang asing, bekerja keras sambil berusaha mengejar ketertinggalan akademis dalam bahasa yang bukan bahasanya. Ia menggambarkan periode ini sebagai masa yang “sangat menyendiri dan menantang”.

Meski demikian, api dalam dirinya tidak padam. Justru, kesulitan ini mempertajam tekadnya. Ia menemukan pelipur lara dalam buku-buku kimia dan matematika. Bahasa universal rumus kimia dan persamaan matematika menjadi tanah air barunya, tempat di mana ia merasa bebas dan berdaya.

Ketekunannya membuahkan hasil: ia diterima di Universitas Albany, State University of New York. Di sinilah, untuk pertama kalinya, ia memiliki akses ke laboratorium kimia yang sesungguhnya. Mata rantai yang menghubungkan anak lelaki dari padang pasir Yordania dengan mimpi besarnya mulai terbentuk.

Selepas itu, Omar M. Yaghi mengambil program pascasarjana di bidang kimia anorganik di University of Illinois at Urbana-Champaign. Di universitas terakhir itu, ia mendalami kimia anorganik di bawah bimbingan Walter G. Klemperer, seorang ilmuwan kondang. Yaghi menyadari, keberhasilan dalam meraih ilmu pengetahuan tidak datang dengan mudah. Pada langkah awal, ia menghabiskan satu tahun untuk mendapatkan hasil reaksi deprotonasi. Ternyata, hasilnya tidak seperti yang ia harapkan. Oleh karena itu, ia merasa gagal dan sangat sedih.

Namun, ketika Omar M. Yaghi menemui Walter G. Klemperer dalam keadaan hampir menangis, Klemperer justru memberikan dorongan kepadanya dan menyatakan bahwa tampaknya ia telah menemukan beberapa senyawa baru yang menarik. Klemperer menyarankan Yaghi untuk memurnikan senyawa-senyawa tersebut dan mencari tahu apa senyawa-senyawa itu.

Kenang Omar M. Yaghi tentang bimbingan dan arahan yang diberikan Walter G. Klemperer:
“Ketika mulai membimbing saya, Klemperer harus mulai dengan pikiran saya yang rajin tetapi belum terasah. Saya baru berusia 20 tahun ketika saya masuk sekolah pascasarjana dan kala itu saya adalah seorang penjelajah dan pemimpi.

Padahal, kemantapan dalam meraih ilmu pengetahuan tidak datang dengan mudah. Klemperer mengajarkan saya untuk melakukan pengukuran kuantitatif. Namun, ia tidak menginginkan saya melintasi jalan pintas dalam menuju kesempurnaan.

Saya menghabiskan satu tahun untuk mendapatkan hasil reaksi deprotonasi. Akhirnya, saya memasukkan hasil percobaan itu ke dalam instrumen NMR. Ternyata, hasilnya tidak seperti yang saya harapkan. Saya pikir saya gagal. Saya sangat sedih.

Saya pun pergi menemui Klemperer, dalam keadaan hampir menangis. Iternyata, ia tenang saja melihat data yang saya berikan kepadanya dan mengatakan bahwa tampaknya saya telah menemukan beberapa senyawa baru yang menarik. Ia menyarankan saya untuk memurnikan senyawa-senyawa itu dan mencari tahu apa senyawa-senyawa itu.

Jadi begitulah yang saya lakukan. Saya memurnikan salah satu senyawa-senyawa itu. Ternyata, hasilnya adalah lumpur coklat. Teman-teman di laboratorium pun menyarankan kepada saya untuk membuangnya. Namun, saya kemudian melarutkannya dalam pelarut dan meninggalkannya semalam.

Ketika saya kembali, ternyata lumpur itu telah membentuk kristal yang indah. Inilah awal dari studi tentang polioksovanadat sebagai contoh pertama kavitand anorganik-molekul berbentuk wadah yang memungkinkan reaksi antara host dan guest.”

Selepas meraih gelar PhD pada 1990, Omar M. Yaghi mengikuti program postdoc di Universitas Harvard, di bawah bimbingan Richard H. Holm. Selama menimba ilmu di universitas bergengsi tersebut, Holm mengajarkan kepadanya untuk bersikap optimis dalam pendekatannya terhadap ilmu pengetahuan.

Pelatihan ini sangat penting bagi karya Yaghi selanjutnya dalam mengembangkan rangkaian logam organik (MOF), rangkaian zeolit imidazolat (ZIF), dan rangkaian organik kovalen (COF). Kenang Yaghi tentang bimbingan yang diberikan Richard H. Holm: “Saya memiliki dua mentor dengan cara pandang yang berbeda dalam memandang ilmu pengetahuan. Dari Klemperer, saya belajar membuat gugus dari blok bangunan kimia. Sedangkan dari Holm, saya belajar membuat padatan yang diperluas dan memecahnya untuk mengeluarkan gugus yang tidak dapat dibuat dengan cara lain.”

Selepas meraih gelar PhD di bidang Kimia Anorganik dari Universitas Illinois di Urbana-Champaign, Omar M. Yaghi memulai karier riset dan pengajarannya sebagai staf pengajar di Arizona State University. Selepas itu, ia kemudian pindah ke Universitas Michigan di Ann Arbor sebagai Robert W. Parry Professor of Chemistry.

Dari sana, ia pindah ke Universitas California, Los Angeles sebagai Christopher S. Foote Professor of Chemistry dan Irving dan Jean Stone Chair Professor in Physical Science. Kemudian, sejak 2012, ia menjabat sebagai James and Neeltje Tretter Chair Professor of Chemistry di Universitas California, Berkeley, di mana ia bersama-sama memimpin Kavli Energy NanoSciences Institute dan California Research Alliance by BASF.

Selain itu, Omar M. Yaghli juga memimpin Center for Reticular Materials di National Institute for Materials Science di Jepang dan Carbon Capture and Conversion Research Group di King Fahd University of Petroleum and Minerals di Arab Saudi.

Di sisi lain, dari tahun 2011 hingga 2016, ia menjabat sebagai Co-Executive Director of the Molecular and Nanoarchitecture (MANAR) Research Center di Universitas Nasional Vietnam. Di samping itu semua, ia memiliki 44 paten dan memiliki 25 aplikasi paten lainnya yang dipublikasikan di Amerika Serikat.

Ternyata, perjalanan Omar M. Yaghi menuju pencapaian yang cemerlang di bidang ilmu pengetahun tidak mudah. Ia mengalami berbagai rintangan dan tantangan dalam kariernya. Termasuk kesulitan dalam mendapatkan dana riset dan meraih pengakuan dari para kolega dan industri.

Meski demikian, ia pantang menyerah dan terus berusaha mewujudkan visinya dalam mencapai material baru yang dapat memecahkan berbagai masalah di dunia nyata. Ia juga terus berkolaborasi dengan para ilmuwan lain di seluruh dunia untuk memperluas pemahaman tentang material kristalin dan aplikasi mereka.

Menggeluti Dunia Riset

Segera, Omar M. Yaghi dikenal luas sebagai pionir dalam beberapa kelas bahan berpori baru yang luas: MOFs, COFs dan ZIFs. Ia juga dikenal sebagai ilmuwan yang memimpin upaya dalam menerapkan bahan-bahan ini dalam teknologi energi bersih. Termasuk penyimpanan hidrogen dan metana, penangkapan karbon dioksida, serta pemanenan air dari udara gurun.

Pendekatan blok bangunan yang ia kembangkan telah mengarah pada pertumbuhan eksponensial dalam penciptaan bahan-bahan baru dengan keragaman dan keberagaman sebelumnya tidak diketahui dalam kimia. Ia menyebut bidang ini sebagai ‘Reticular Chemistry’ dan mendefinisikannya sebagai ‘merajut blok bangunan molekuler menjadi struktur yang diperpanjang oleh ikatan kuat’.

Langkah awal Omar M. Yaghi dalam membuka bidang baru di bidang kimia tersebut, yaitu kimia retikuler, dan memberikan dorongan untuk mengembangkan bahan dengan sifat yang benar-benar baru bermula sekitar 1995. Nah, salah satu penemuan paling penting yang dilakukan Yaghi adalah pengembangan kerangka metal-organik (MOFs) dan koordinasi polimer jaringan (COFs).

MOFs dan COFs memiliki struktur kristal nanopori yang memungkinkan penyerapan gas, dan karenanya sangat berguna dalam berbagai aplikasi, seperti penyimpanan hidrogen dan karbon dioksida, serta katalisis dan sensor.

Pengembangan MOFs dan COFs oleh Omar M. Yaghi tersebut, ternyata, kemudian menjadi kontribusi penting terhadap ilmu material dan kimia. MOFs dan COFs adalah bahan yang sangat menjanjikan. Ini karena bahan-bahan tersebut memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah besar dalam berbagai bidang seperti energi bersih, penyimpanan dan pengangkutan gas, dan katalisis.

Pada 2018, atas kontribusi Omar M. Yaghi yang revolusioner di bidang kimia metal-organik dan bahan nanopori tersebut, ia dianugerahi Albert Einstein World Award of Science. Penghargaan tersebut dipandang sebagai salah satu penghargaan ilmiah paling bergengsi di dunia dan merupakan pengakuan yang luar biasa atas prestasinyai.

Penganugerahan Albert Einstein World Award of Science kepadanya juga merupakan bukti bahwa kontribusinya di bidang kimia metal-organik dan bahan nanopori sangat dihargai dan diakui komunitas ilmiah internasional. MOFs dan COFs yang ia kembangkan dipandang sebagai bahan yang sangat menjanjikan dalam berbagai aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi, dan karenanya memiliki potensi besar dalam mengatasi masalah-masalah global yang kompleks.

Omar M. Yaghi menerima Albeit Einstein World of Science Award tersebut di Kota Bern, Swiss. Penyerahan penghargaan tersebut dilakukan pada acara resmi yang diselenggarakan Albert Einstein Society, pada tanggal 9 November 2018, di Kursaal Bern. Prosesi penyerahan penghargaan dilakukan Dr. Rainer Blatt, Presiden Albert Einstein Society.

Acara tersebut dihadiri para ilmuwan, akademisi dan pejabat dari berbagai penjuru dunia yang terlibat dalam berbagai bidang ilmiah dan teknologi. Penghargaan Albeit Einstein World of Science Award diberikan setiap tahun oleh Albert Einstein Society kepada individu atau tim yang telah membuat kontribusi luar biasa di bidang ilmu pengetahuandan teknologi serta dipandang memiliki potensi besar dalam mengubah dunia ke arah yang lebih baik.

Dalam acara tersebut, Omar M. Yaghi memberikan pidato singkat tentang karyanya dan visinya dalam mengembangkan bidang dan bahan kimia:
Salam hormat kepada para hadirin yang terhormat.
Saya merasa sangat terhormat untuk menerima penghargaan Albeit Einstein World of Science Award. Ini merupakan pengakuan yang sangat penting bagi saya dan tim saya atas upaya kami dalam mengembangkan bidang dan bahan kimia. Saya mengucapkan terima kasih kepada Albert Einstein Society dan Dr. Rainer Blatt atas penghargaan yang luar biasa ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga, teman dan kolega saya yang senantiasa mendukung dan memotivasi saya dalam perjalanan karier saya.

Saya merasa sangat bersyukur dapat berkontribusi dalam mengembangkan bidang dan bahan kimia. Saya dan tim saya telah bekerja keras dalam mengembangkan struktur bahan yang inovatif dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk energi terbarukan, penyimpanan energi dan pemurnian air. Saya yakin bahwa kolaborasi dan kerja sama merupakan kunci mencapai kemajuan di bidang ilmiah dan teknologi. Oleh karena itu, saya berharap dapat terus bekerja sama dengan para ilmuwan dan peneliti di berbagai penjuru dunia dalam menciptakan solusi inovatif atas tantangan global yang kita hadapi.
Sekali lagi, terima kasih banyak kepada Albert Einstein Society dan Dr. Rainer Blatt atas penghargaan ini. Saya berjanji akan terus bekerja keras dalam mengembangkan bidang dan bahan kimia demi kesejahteraan umat manusia dan bumi kita yang indah ini.
Terima kasih banyak.

Salah satu aplikasi dari MOFs dan COFs adalah penyimpanan hidrogen untuk kendaraan bertenaga sel bahan bakar. Hidrogen merupakan bahan bakar yang sangat bersih dan efisien karena hanya menghasilkan air saat dibakar.

Namun, penyimpanan dan transportasi hidrogen merupakan tantangan besar karena hidrogen memerlukan kondisi penyimpanan yang khusus. MOFs dan COFs memiliki struktur nanopori yang memungkinkan mereka untuk menyerap hidrogen dan menyimpannya dalam keadaan aman dan stabil.

MOFs dan COFs juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah karbon dioksida (CO2) yang merupakan gas rumah kaca utama yang menyebabkan perubahan iklim. MOF dan COF dapat menyerap dan memisahkan CO2 dari campuran gas lainnya, dan karenanya dapat digunakan untuk mengurangi emisi CO2 dari pembangkit listrik dan pabrik.

Selain itu, MOFs dan COFs juga dapat digunakan sebagai katalis dalam reaksi kimia yang kompleks. Mereka dapat meningkatkan efisiensi dan kecepatan reaksi, serta memungkinkan pembentukan produk yang lebih selektif. MOFs dan COFs juga dapat digunakan sebagai sensor untuk mendeteksi gas dan zat kimia lainnya.

Puncak dari perjalanan ilmiahnya adalah ketika ia kembali ke akarnya-ke masalah air yang pernah ia alami di masa kecil. Dengan MOF-nya, ia menciptakan “Pemanen Air Atmosfer”. Sebuah alat ajaib yang dapat menyedot uap air dari udara gersang di padang pasir, dan mengembunkannya menjadi air minum bersih, hanya dengan menggunakan energi matahari.

Dalam sebuah eksperimen lapangan yang dramatis di Arizona, alatnya berdiri tegak di terik gurun. Dan dari kekeringan yang ganas, ia memanen kehidupan-setetes, lalu segelas, lalu galon-galon air jernih. Saat itulah, lingkaran hidupnya tertutup sempurna. Anak lelaki dari tanah kering itu telah kembali sebagai pahlawan dengan solusi. Sebuah puisi sains yang paling menyentuh hati.

Solusi Masalah Global di Masa Depan

Kontribusi Omar M. Yaghi di bidang kimia metal-organik dan bahan nanopori telah menginspirasi banyak ilmuwan dan peneliti di seluruh dunia untuk terus mengeksplorasi dan memanfaatkan potensi besar dari MOFs dan COFs. Ia telah menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan solusi untuk masalah global yang kompleks, dan inovasi serta kolaborasi merupakan kunci untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan.

Dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis energi, pengembangan bahan baru yang ramah lingkungan dan efisien menjadi semakin penting. MOFs dan COFs yang dikembangkan Yaghi dan timnya menjanjikan solusi yang sangat menjanjikan dan dapat menghasilkan perubahan besar dalam berbagai bidang.

Dapat dikatakan, Omar M. Yaghi adalah contoh inspiratif bagi ilmuwan muda. Prestasinya di bidang kimia metal-organik dan bahan nanopori menunjukkan bahwa inovasi dan kreativitas dapat membawa perubahan besar dalam masyarakat. Penghargaan Albert Einstein World Award of Science yang ia terima, seperti telah dikemukakan di muka, merupakan pengakuan yang luar biasa atas kontribusinya dan merupakan inspirasi bagi ilmuwan dan peneliti untuk terus mengembangkan solusi inovatif untuk masalah global yang kompleks.

Dengan karya-karya yang revolusioner dan semangat yang gigih dalam mengatasi rintangan dan tantangan, Omar M. Yaghy dipandang sebagai salah satu ilmuwan terkemuka di bidang kimia material dan berpotensi memberikan kontribusi besar dalam menciptakan solusi untuk masalah global di masa depan. Meski demkian, sejatinya semula ia tidak pernah berpikir akan mencapai keberhasilan seperti yang ia alami kini.

Pada 2015, Majalah Forbes melakukan wawancara yang menarik dengan Omar M. Yaghi. Wawancara tersebut membahas tentang perjalanan kariernya, karya-karyanya yang inovatif dan visinya untuk mengubah dunia melalui ilmu pengetahuan.

Dalam wawancara tersebut, selain mengungkapkan bahwa ia awalnya tidak pernah berpikir akan mencapai keberhasilan seperti yang ia raih kini, ia mengemukakan, baginya yang terpenting adalah senantiasa berusaha memperbaiki diri dan melakukan yang terbaik dalam setiap hal yang ia lakukan. Ia juga menekankan pentingnya berkomitmen pada satu topik riset dan terus berfokus pada pengembangannya.

Selain itu, Omar M. Yaghi juga mengemukakan visinya untuk mengubah dunia melalui ilmu pengetahuan. Menurutnya, ilmu pengetahuan merupakan cara terbaik untuk mencari solusi atas masalah-masalah global yang dihadapi dunia saat ini. Ia berharap, karya-karyanya dapat membantu meningkatkan kualitas hidup manusia dan memperbaiki kondisi lingkungan.

Atas pencapaian Omar M. Yaghi dalam desain dan sintesis material baru, ia dianugerahi sederet penghargaan bergengsi. Antara lain: Solid-State Chemistry Award dari American Chemical Society dan Exxon Co (1998), Sacconi Medal dari Italian Chemical Society (2004), E. V. Murphree Award in Industrial and Engineering Chemistry (2008), TMS Materials Processing and Manufacturing Division Distinguished Scientist/Engineer Award (2012), BBVA Foundation Frontiers of Knowledge Award in Basic Sciences (2012), Albert Einstein World Award of Science (2012), Dan David Prize (2013), King Faisal International Prize in Science (2015), Mustafa Prize di bidang Nanoscience dan Nanotechnology (2015), Wolf Prize in Chemistry (2018), Eni Award (2018), Prince Sultan bin Abdulaziz International Prize for Water (2018), MBR Medal for Scientific Excellence (2019), Gregori Aminoff Prize (2019), Royal Society of Chemistry Sustainable Water Award (2020), Medali emas German Chemical Society (2020), Medali emas August-Wilhelm-von-Hofmann-Denkmünze (2020), International Solvay Chair in Chemistry (2021), Gerhard Ertl Lecture Award (2021) VinFuture Prize (2022), dan Nobel Prize (2025).

Penghargaan-penghargaan tersebut menunjukkan pengakuan internasional atas karya dan kontribusi Omar M. Yaghi di bidang kimia metal-organik dan bahan nanopori. Prestasi-prestasinya memberikan kontribusi penting pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta membawa perubahan besar pada berbagai sektor industri.

Selain penghargaan-penghargaan di atas, ia juga dianugerahi berbagai penghargaan dan kehormatan lainnya dari berbagai institusi dan organisasi di dunia. Kontribusinya di bidang kimia metal-organik dan bahan nanopori telah memicu perhatian internasional dan membawa perubahan besar dalam masyarakat.

Selain sederet prestasinya di bidang sains, Omar M. Yaghi juga aktif dalam mempromosikan perdamaian dan kerjasama internasional melalui ilmu pengetahuan. Ia kerap menjadi pembicara di berbagai konferensi internasional dan kegiatan pendidikan di berbagai penjuru dunia, termasuk di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara.

Ia juga aktif dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan kebebasan akademik. Utamanya di negara-negara yang mengalami konflik dan krisis politik.
Dalam berbagai kesempatan, Omar M. Yaghi sebagai seorang pakar kimia terkemuka, kerap diminta memberikan pesan kepada para ilmuwan muda. Nah, berikut beberapa pesannya kepada mereka:
Pertama, melakukan riset dengan integritas dan etika yang baik. Omar M. Yaghi selalu menekankan pentingnya melakukan riset dengan integritas dan etika yang baik. Sehingga, riset yang dilakukan dapat dipercaya dan dihormati komunitas ilmiah.

Kedua, tidak takut berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman. Omar M. Yaghi sangat mendorong para ilmuwan muda untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka. Baik dalam hal riset maupun dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman kolektif.

Ketiga, senantiasa menjaga semangat untuk belajar dan terus berkembang. Menurut Omar M. Yaghi, ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang dengan pesat. Oleh karena itu, para ilmuwan muda harus selalu bersemangat untuk belajar dan mengikuti perkembangan terbaru di bidangnya.

Keempat, menggunakan riset ilmiah sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup yang lebih besar. Omar M. Yaghi selalu menekankan pentingnya memiliki tujuan hidup yang jelas dan menggunakan riset ilmiah sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga dapat memberikan makna yang lebih dalam bagi kehidupan.

Kelima, menyadari dan memahami potensi riset ilmiah untuk mengubah dunia. Omar M. Yaghi selalu menegaskan bahwa riset ilmiah memiliki potensi besar untuk mengubah dunia dan memberikan solusi bagi berbagai masalah global yang komplek. Oleh karena itu, para ilmuwan muda harus selalu memiliki visi yang besar dan optimisme yang tinggi dalam melakukan riset.

Hari ini, warisan Omar M. Yaghi hidup dalam setiap tarikan napas kita yang lebih bersih. Dalam setiap tetes air yang dipanen dari langit. Juga, dalam setiap harapan untuk energi yang lebih hijau. Ia bukan hanya seorang ilmuwan; ia adalah seorang filsuf, seorang penyair atom, dan seorang visioner.

Kisahnya mengajarkan bahwa batas antara yang mustahil dan mungkin hanyalah sebuah ilusi. Bahwa dari kesulitan, dapat lahir kreasi terindah. Dan bahwa terkadang, masa depan yang paling cerah justru dibangun dari hal yang tak terlihat—dari kehampaan yang ditenun dengan benang-benang cahaya, impian, dan ketekunan sang penenun kehampaan sendiri.

Ya, kisah Omar M. Yaghi juga merupakan bukti bahwa dari akar yang paling keras sekalipun, dapat tumbuh pohon ilmu yang menjulang tinggi. Ia bukan hanya seorang peraih Hadiah Nobel Kimia 2025. Ia adalah seorang visioner yang mengajarkan kita bahwa dengan ketekunan dan imajinasi, kita dapat merancang dunia yang lebih baik-satu atom pada suatu waktu.

Perjalanannya dari gurun Yordania ke puncak kimia dunia adalah narasi abadi tentang bagaimana rasa ingin tahu seorang anak manusia, ketika dipadukan dengan tekad baja, dapat mengubah tidak hanya sebuah kehidupan. Namun, juga wajah sains itu sendiri.

Selamat, Profesor Dr. Omar M. Yaghi. Hadiah Nobel Kimia 2025 adalah mahkota yang pantas untuk seorang raja di kerajaan molekul!

 

Tags: Catatan Rofi' UsmaniMakin Tahu IndonesiaOmar M. YaghiOmar Mwannes YaghiOrang Palestina Penerima Nobel Kimia 2025
Previous Post

Raksasa yang Tidur di Bawah Pohon Kelapa

Next Post

Menabuh Bedug Pesantren

BERITA MENARIK LAINNYA

Kesederhanaan yang Melampaui Kekuasaan
Figur

Kesederhanaan yang Melampaui Kekuasaan

03/10/2025
Lopa: Cahaya yang Kita Kubur dalam Ingatan
Figur

Lopa: Cahaya yang Kita Kubur dalam Ingatan

21/09/2025
Ndalem Garudeyan: Museum, Galeri, dan Warung Kopi dalam Satu Seduhan
Figur

Ndalem Garudeyan: Museum, Galeri, dan Warung Kopi dalam Satu Seduhan

20/09/2025

Anyar Nabs

PKB Bojonegoro Berang, Konten Trans7 Dianggap Rendahkan Pesantren

PKB Bojonegoro Berang, Konten Trans7 Dianggap Rendahkan Pesantren

14/10/2025
Menabuh Bedug Pesantren

Menabuh Bedug Pesantren

14/10/2025
Omar M. Yaghi: Anak Petani Palestina yang Menerima Hadiah Nobel Kimia 2025

Omar M. Yaghi: Anak Petani Palestina yang Menerima Hadiah Nobel Kimia 2025

14/10/2025
Raksasa yang Tidur di Bawah Pohon Kelapa

Raksasa yang Tidur di Bawah Pohon Kelapa

14/10/2025
  • Home
  • Tentang
  • Aturan Privasi
  • Kirim Konten
  • Kontak
No Result
View All Result
  • PERISTIWA
  • JURNAKULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • MANUSKRIP
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • JURNAKOLOGI
  • SUSTAINERGI
  • JURNABA PENERBIT

© Jurnaba.co All Rights Reserved

error: