Bencana alam tak datang begitu saja. Ia pasti membawa sebuah pesan yang harus dibaca manusia.
Gunung Semeru, gunung yang membentang di antara dua Kabupaten Lumajang dan Malang, pada Sabtu (4/12) lalu, mengalami erupsi. Tentunya, bencana tidak ada yang tahu. Kapan terjadinya dan bagaimana dahsyatnya.
Secara umum, Semeru tergolong gunung favorit bagi para pendaki. Ia dijuluki Puncak Abadi para Dewa. Namun, Mahameru yang gagah kembali mengeluarkan debu yang tak mengenakkan (vulkanik).
Setiap bencana pasti ada hikmah yang bisa diambil. Dari sinilah kita bisa bertafakur dalam rangka mendekatkan diri kepada Sang Kholik. Begitulah kehendak-Nya. Kita tak pernah tahu apa yang terjadi esok dan nanti.
Erupsi Semeru memakan korban yang cukup banyak. Di sisi lain, ada orang-orang yang dermawan menyumbangkan hartanya. Dan tidak lupa kawan-kawan yang berada dalam suatu komunitas.
Dari relawan, komunitas pendaki, komunitas motor. Semua ikut andil membantu saudara yang kesusahan dampak erupsi Gunung Semeru. Semua itu karena rasa kemanusiaan yang tumbuh secara tiba-tiba
Ia tak disuruh, dan tidak digerakkan. Melainkan, peristiwa lah yang menggerakkan hati mereka. Anak motor yang diklaim buruk oleh masyakarat. Justru malah berbondong-bondong membantu korban erupsi Semeru.
Jika manusia mau melihat manusia dari sisi kemanusiaannya, pasti di dunia ini tidak ada orang yang jahat di mata kita semua. Oleh sebab itu, hikmah dari bencana alam ialah menumbuhkan rasa kemanusiaan bagi setiap manusia.
Tak heran, jika Semeru memanggil jutaan orang berbondong-bondong untuk donasi. Memang, itulah kuasa Sang Kholik. Semoga bencana bisa menjadikan diri kita lebih bersabar dan mendekatkan diri kepada-Nya.








