Satu lagi rekor MURI tercipta di Bojonegoro. Kali ini, rekor MURI untuk flashmob senam alfabet dengan peserta tuna rungu terbanyak berhasil dipecahkan. Sebanyak 700 lebih peserta mengikuti kegiatan yang diadakan untuk memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional.
Suasana minggu (29/9/2019) pagi di sekitaran Alun-alun Bojonegoro nampak meriah. Terlihat ratusan orang dengan seragam kaos merah berkumpul di sepanjang Jalan Mas Tumapel atau di bagian timur Alun-alun.
Ratusan orang tersebut bersiap untuk memeriahkan peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional (HBBI) tingkat Jawa Timur tahun 2019 yang diadakan di Bojonegoro.
Acara dihadiri oleh Bupati Bojonegoro, Pj. Sekda, Forpimda, perwakilan Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Jatim, Kepala OPD, serta Camat se Kabupaten Bojonegoro.
Kontingen DPC Gerkatin dari 17 kota/kabupaten di Jawa Timur juga turut berpartisipasi.
HBBI tahun ini mengambil tema “Hak Bahasa Isyarat Untuk Semua”. Diharapkan dengan bahasa isyarat semua masyarakat dapat terlibat serta berkomunikasi, karena bahasa isyarat dapat dimengerti oleh semua orang.
Peringatan HBBI juga sebagai kebanggaan untuk masyarakat tuli karena memiliki bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi dengan masyarakat lainnya, dan memiliki posisi yang setara. Hal ini juga dapat dijadikan motivasi untuk mempelajari bahasa isyarat.
Peringatan HBBI diperingati dengan acara flashmob senam alfabet. Senam ini juga sekaligus menjadi pemecahan rekor MURI flashmob dengan peserta tuna rungu terbanyak, yaitu sebanyak 772 peserta. Senam alfabet merupakan gerakan senam sambil memperagakan huruf-huruf dalam bahasa isyarat.
Usai aksi senam alphabet, perwakilan dari Museum Rekor Indonesia memberikan penghargaan. Penghargaan secara simbolis diberikan kepada Bupati Bojonegoro, Anna Mu’awanah.
Sementara itu, Bupati Bojonegoro, Anna Muawannah menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi pada acara ini. Menurut dia, difabel adalah mereka yang mempunyai keistimewaan, maka Pemkab Bojonegoro tidak memberikan pengecualian karena yang ada hanyalah persamaaan.
“Pencapaian rekor MURI sebagai penyemangat sejarah bahwa hari ini kami berkumpul dengan semangat yang sama untuk menorehkan prestasi,” ungkap Anna Mu’awanah.
Bupati perempuan pertama di Bojonegoro itu berharap ke depan anak-anak dan masyarakat tuli bisa dibina sesuai dengan kompetensinya, agar dapat mendorong semangat kesetaraan dalam sesama.
Kepala Dinas Sosial Bojonegoro, Helmy Elisabeth menyampaikan, kegiatan pada hari ini juga untuk menunjukkan jika masyarakat tuli bisa mengukir prestasi di berbagai bidang.
“Ini merupakan pengalaman yang luar biasa karena dalam persiapannya dibutuhkan komunikasi dengan cara yang tidak biasa namun harus tersampaikan dengan baik. Saya berharap teman tuli tetap dapat berprestasi dan berkembang dengan baik,” ujar Helmy.
Ketua Gerkatin DPD Jatim, Yuyun menyampaikan rasa bangga atas terselenggaranya acara ini. Menurutnya, acara ini berlangsung dengan luar biasa meriah.
“Ini baru pertama kalinya saya melihat yang seluar biasa ini selama 6 tahun penyelenggaraan acara,” ujar Yuyun.
Dirinya berharap pelayanan akses disabilitas semakin membaik. Kegiatan kali ini juga menjadi momen yang membanggakan. Karena sebagai masyarakat tuli bisa membuktikan bahwa kita bisa, kita setara dan kita bangga.
Pemecahan rekor MURI di Hari Bahasa Isyarat Internasional di Bojonegoro memang jadi pencapaian tersendiri bagi Pemkab Bojonegoro. Namun hal yang tak boleh terlupa setelah acara ini adalah bagaimana memberikan perlindungan dan perhatian lebih kepada kaum disabilitas di Bojonegoro.