Sikap wara’i Bung Hatta pada perempuan, tak hanya simbol kesetiaan. Tapi juga sebuah penghargaan yang amat tinggi terhadap perempuan itu sendiri.
Tulisan ini awalnya satu rangkaian dengan tulisan sebelumnya. Tapi karena terlalu panjang, yang semula berjudul Hatta, Sastra, dan Wanita, aku bagi jadi dua bagian: Bung Hatta dan Sastra (2), dan Bung Hatta dan Wanita (3).
Sampai usia 43 tahun, tidak ada wanita yang pernah dekat dengan Bung Hatta. Ibu Rahmi adalah wanita pertama, satu-satunya, dan terkahir yang bertemu (dijodohkan) kemudian menjadi istri. “Setahu saya,” kenang Meutia Farida, “beliau tidak punya pacar, apakah waktu di Negeri Belanda atau pun waktu kembali ke Jakarta dari pengasingan di Banda Neira.”
Soekarno dalam Penjambung Lidah Rakjat Indonesia yang ditulis Cindy Adams (1966: 159) mendeskripsikan Hatta sebagai jejaka yang mukanya merah tersipu apabila bertemu dengan gadis. “Ia tak pernah menari, tertawa atau menikmati kehidupan ini.”
“Tjara paling baik untuk melukiskan tentang pribadi Hatta ialah dengan menceritakan kejadian di suatu sore,” kata Soekarno. Dalam sebuah perjalanan berkendara hanya ada dua penumpang: Hatta dan gadis cantik. Ban kendaraan kempes dan pecah, lalu sopir mencari bantuan. “Ketika dua djam kemudian supirnja kembali dengan bantuan, ia mendapati gadis itu berbaring enak di sudut jang jauh kendaraan itu dan Hatta mendengkur di sudut jang lain.”
Kawan-kawan Hatta sesama aktivis Perhimpunan Indonesia di Belanda menguatkan pendapat Bung Karno di atas. Hatta dikenal kawannya sebagai sosok yang serius dan tidak memiliki ketertarikan kepada perempuan. “Begitu Hatta muncul, obrolan tentang dansa-dansi dengan para gadis dan nonsense lain terhenti, dilanjutkan pembicaraan soal politik,” cerita Sunario.
Testimoni di atas menunjukkan betapa pribadi manusia Hatta amat jauh dari soal gadis atau wanita. Jika Hatta adalah pusat semesta, maka wanita dan gadis tidak pernah berada di orbit masa mudanya.
Berpendidikan, rupawan, dan dari keluarga terpandang adalah sederet alasan yang menjadikan daya tarik Bung Hatta di mata wanita. Termasuk gadis asal Polandia yang kecantikannya menarik mata banyak laki-laki.
Plesir ke Prancis saat liburan musim panas menjadi kegiatan favorit pelajar Indonesia di Belanda. Liburan, menyiapkan ujian, atau mengikuti kurus musim panas menjadi tujuan para pelajar di Prancis.
Saat mengikuti kursus musim panas (cours des vacances), ada seorang gadis Polandia yang cantik jelita tertarik dengan kepandaian Bung Hatta. Mengetahui hal itu, kawan-kawan Bung Hatta ingin mengerjai dan menguji “kekuatan” Bung Hatta.
Kawan-kawannya menjebak Hatta untuk kencan dengan gadis Polandia di sebuah kafe. Hasilnya: “Tidak berhasil! Gagal total,” kata gadis Polandia. “Sama sekali tak mempan. Dia ini pendeta, bukan laki-laki,” pungkas gadis itu.
Sebagai pemuda dan laki-laki, Hatta tidak pernah memiliki teman dekat seorang wanita. Meskipun dalam kehidupan keluarganya, Bung Hatta selalu dikelilingi oleh para wanita. Mak Gaek Aminah, Ibunda Siti Saleha, kakak-adiknya, dan anak-anaknya.
Sebagai laki-laki di keluarga, Hatta sangat disayangi dan dijaga oleh Mak Gaeknya. Hatta dilarang berenang di sungai, bermain sepakbola, dan berlama-lama bermain di luar. Sikap keras kepala dan teguh memegang pendirian, Hatta warisi dari neneknya ini. Sementara sikap tenang, baik budi, rapi dan lembut dalam berbicara dia dapati dari ibunya. Dua wanita yang amat dicintainya.
Sikap Hatta dalam kaitannya dengan wanita dapat dilihat dari kacamata berbeda sebagai cara untuk menghormati wanita. Dalam bahasa kekinian: “Bung Hatta hanya akan mencintai satu wanita saja dalam hidupnya secara serius dan bertanggung jawab. Dan itu adalah lewat pernikahan. Satu-satunya, sampai ajal menjelang.”
“Jangan main perempuan.” Kalimat ini adalah satu di antara tiga pesan Bung Hatta kepada Rasjid Manggis sesaat sebelum Bung Hatta kembali ke tanah air.
Pesan yang menunjukkan penghargaan Bung Hatta kepada wanita sekaligus peringatan kepada laki-laki: Jangan jadikan wanita sebagai layaknya permainan dan senang-senang. Jaga perasaan, harkat, dan martabat perempuan.