Membangun desa, membangun Indonesia.
Itulah kiranya ungkapan yang cocok untuk menggambarkan spirit pembangunan desa yang marak dilakukan di berbagai daerah belakangan ini.
Seperti yang dikatakan menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) RI, Abdul Halim Iskandar bahwa ekonomi pedesaan menjadi penyangga ekonomi nasional pada masa pascapandemi, sehingga pembangunan ekonomi juga harus dimulai dari tingkat desa.
Nabs, hal yang sama juga berlaku di kabupaten kita tercinta, yup betul…di mana lagi kalau tidak di Bojonegoro.
Kabupaten yang dijuluki sebagai lumbung pangan dan energi nasional ini ternyata juga tengah giat melakukan pembangunan di tingkat desa.
Selama ini, memang pemerintah kabupaten telah melakukan pembangunan besar-besaran terkait infrastruktur jalan terutama di daerah pedesaan.
Hal ini bertujuan agar mobilisasi dan akses masyarakat menjadi lebih mudah sehingga diharapkan sektor ekonomi kreatif di desa-desa bisa segera bermunculan dan berkembang satu persatu.
Pembangunan infrastruktur desa-desa di Bojonegoro senafas dengan berbagai potensi wisata yang tersimpan di kabupaten ini.
Bagaimana tidak? Selain terkenal dengan daerah penghasil padi, migas, serta kayu jati, ternyata Bojonegoro juga memiliki banyak desa wisata.
Berdasarkan data yang ada, terdapat sejumlah 32 desa wisata di Bojonegoro. Jumlah tersebut menempatkan Bojonegoro sebagai kabupaten dengan jumlah desa wisata terbanyak di antara berbagai kabupaten/kota di Jawa Timur.
Banyaknya desa wisata yang ada di Bojonegoro tentu merupakan potensi lokal yang harus dikembangkan lebih lanjut.
Upaya pengembangan dinilai perlu untuk dilakukan, tentunya dengan melibatkan berbagai pihak atau stakeholders terkait.
Kerja sama dalam pengembangan desa wisata dapat melibatkan peran masyarakat setempat, mahasiswa, LSM, dinas terkait, media dan berbagai dukungan sponsorship dengan orientasi pada win-win solution.
Jadi, yang berperan penting dalam hal ini bukan hanya pemerintah desa atau kabupaten saja, melainkan partisipasi aktif dan kolaborasi seluruh pihak yang diharapkan dapat menciptakan perubahan lebih baik.
Hal ini menunjukkan arti penting dari sebuah pembangunan yaitu adanya sebuah inklusivitas sehingga yang berkembang bukan hanya pihak tertentu saja melainkan seluruhnya.
Jadi arah pembangunan itu bukan hanya top down atau bottom up saja, melainkan terkadang juga harus ada pendekatan central point yang menekankan adanya unsur kebersamaan.
Dengan adanya kolaborasi semacam ini maka diharapkan modal sosial dan modal budaya perlahan-lahan dapat terbentuk di kabupaten kita tercinta ini.
Pengembangan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan kapabilitas baik secara fisik pada desa wisatanya termasuk aspek manusianya. Banyaknya jumlah desa wisata yang ada di Bojonegoro tidak boleh hanya mengedepankan aspek kuantitas, namun juga bagaimana aspek kualitas juga harus tetap diperhatikan.
Kualitas dalam hal ini berbicara tentang upaya pengoptimalan daya tarik wisata yang dimilki oleh desa wisata. Menurut Copper, di dalam daya tarik wisata terdapat empat komponen yang harus diperhatikan atau dapat disebut 4A yaitu attraction, accesbility, amenity, dan anciliary.
Pertama, attraction, merupakan segala sesuatu yang dianggap dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Komponen ini dapat dilihat dari nilai keaslian atau ciri khas sebuah objek wisata, jenis atraksi apabila ada, dan kondisi objek wisata itu sendiri.
Kedua, accesbility. merupakan komponen yang berkaitan dengan kemudahan untuk mengunjungi sebuah objek wisata. Indikator dari komponen ini meliputi letak objek wisata, keadaan akses jalan, dan petunjuk atau rambu-rambu pemandu menuju objek wisata.
Ketiga, amenity. Merupakan komponen yang berbicara tentang fasilitas atau akomodasi yang tersedia dalam sebuah objek wisata. Fasilitas yang dimaksud adalah segala hal yang umumnya dibutuhkan oleh wisatawan jika berkunjung ke sebuah objek wisata, contohnya seperti tempat parkir, toilet, tempat ibadah, tempat istirahat, dan tempat sampah.
Keempat, anciliary atau dapat disebut juga dengan pelayanan yang diberikan kepada para wisatawan. Pelayanan dalam hal ini berkaitan tentang ketersediaan informasi sebuah objek wisata, ketersediaan pemandu wisata, dan sikap masyarakat setempat terhadap kunjungan wisatawan.
Keempat komponen tersebut pada dasarnya merupakan sebuah kesatuan yang memiliki nilai dan peran penting bagi keberlangsungan objek wisata di manapun, termasuk yang ada di desa wisata.
Meskipun belum sepenuhnya, sebagian besar objek wisata yang ada di Bojonegoro setidaknya sudah memperhatikan keempat komponen tersebut. Hal ini juga harus diapresiasi mengingat untuk memenuhi komponen daya tarik wisata juga membutuhkan upaya bersama.
Sedangkan untuk beberapa objek wisata yang masih belum memenuhi komponen tersebut semoga kedepannya bisa dapat terus dioptimalkan. Tentu hal ini juga menjadi pekerjaan rumah sendiri dalam rangka menciptakan objek wisata yang semakin baik.
Objek wisata yang indah, menarik, bersih, aman, nyaman, dan lestari tentu merupakan keinginan banyak orang. Terlebih apabila fasilitas pendukung juga memadai tentu akan dapat menarik minat wisatawan untuk datang mengunjunginya.
Namun, untuk mewujudkan semua itu merupakan kewajiban semua pihak. Upaya merawat dan menjaga kebersihan, kelestarian, dan kenyamanan objek wisata tentu bukan hanya tugas pihak tertentu saja melainkan juga butuh kesadaran bersama termasuk para wisatawan yang berkunjung.
Upaya ini dimaksudkan agar daya tarik sebuah objek wisata dapat terus ada dan terus berlanjut hingga antargenerasi, bukan hanya indah dan menarik sekejap saja.
Dari tulisan ini, penulis berharap bahwa objek wisata yang terdapat di desa-desa wisata di Bojonegoro dapat terus berkembang pesat. Dengan berkembangnya wisata maka tentu akan berdampak pada perkembangan sektor-sektor lain di desa mengingat pariwisata memiliki dampak ganda (multiple effect) terhadap berbagai sektor di masyarakat.
Hal ini juga dimaksudkan agar spirit ekonomi kreatif dan berkelanjutan dapat segera bermunculan di desa-desa sehingga bisa mengurangi angka pengangguran dan tingkat kemiskinan daerah.
Semoga dengan banyaknya desa wisata di Bojonegoro dapat tercipta pembangunan yang berkelanjutan dan dapat menjadi kabupaten yang makmur sejahtera bahkan di saat potensi migas habis di masa depan, Nabs.