Di akhir 90-an hingga awal 2000-an, Jamrud menjelma jadi salah satu band paling populer di Indonesia. Siapa sangka, band yang punya deretan lagu unik serta lirik vulgar ini bisa diterima dengan baik oleh pencinta musik Indonesia.
Jamrud lahir dan besar saat musik rock serta metal jadi primadona di Indonesia. Dengan musik yang menggebu-gebu dan dandanan yang ikonik, Jamrud bisa cepat jadi idola anak muda tanah air saat itu.
Namun ada satu hal yang membedakan Jamrud dengan band rock atau metal lain yang ada di Indonesia saat itu. Jamrud punya kekuatan utama dalam lirik lagu yang dibuat oleh sang gitaris, Aziz MS dan suara khas sang vokalis, Krisyanto.
Alih-alih membuat lagu cinta ala band rock 90-an dengan lirik puitis nan romantis. Jamrud justru hadir dengan lirik yang nyeleneh dan cenderung vulgar.
Mari kita ambil contoh lagu Surti Tejo yang muncul di album Ningrat (2000). Lewat Surti Tejo, Jamrud ingin mengangkat romansa muda-mudi Indonesia dengan cara yang sarkastik.
Jemari Tejo mulai piknik dari wajah, sampai lutut surti
Tanpa sadar sarung merekapun jadi alas
Mirip demo memasak Tejo mulai berakting di depan Surti
Masang. Alat. Kontrasepsi
Jamrud dengan berani bicara tentang hal-hal tabu. Hal yang bagi sebagian orang tidak layak dan tak patut dibicarakan. Mungkin tak ada lagi band Indonesia yang berani memasukkan kata alat kontrasepsi ke dalam lagunya.
Lewat Surti Tejo, Jamrud membawa isu-isu sosial yang jarang dibicarakan oleh masyarakat luas. Terutama dalam karya musik. Perilaku seks bebas di kalangan remaja Indonesia dikemas dengan amat sarkastik.
Isu seks bebas kembali diangkat Jamrud di album Sydney 090102 melalui lagu Telat 3 Bulan. Jika dicermati nih Nabs, lirik Surti Tejo dan Telat 3 Bulan lebih mirip cerita stensil dibandingkan dengan lirik sebuah lagu.
Sejumlah isu sosial lain juga kerap dimunculkan oleh Jamrud lewat lagu-lagunya. Seperti lagu Putri di album Putri (1997) dan Asal British di album Ningrat (2000). Pada kedua lagu tersebut, Jamrud mengupas sifat inferior orang Indonesia terhadap budaya barat.
Jamrud dan Counter-Culture
Jamrud, sadar atau tidak, membawa counter-cuture atau budaya tandingan dalam dunia musik Indonesia. Apa itu counter-culture? Apa hubungannya dengan Jamrud?
Secara sederhana, counter-culuture adalah subkultur yang nilai dan norma tingkah lakunya berbeda secara substansial masyarakat arus utama. Seringkali bertentangan dengan adat istiadat serta budaya arus utama.
Counter-culture ini berkembang pesat di tahun 60-an hingga 70-an melalui kaum hippie barat yang menolak perang. Salah satu medium perlawanan kaum hippie ini adalah melalui musik.
Kaum hippie melahirkan counter-culture yang bertolak belakang dengan kehidupan sosial masyarakat saat itu. Mulai dari penolakan perang hingga pelegalan marijuana.
Counter-culture ini juga identik dengan industri musik. Salah satu perlawanan kaum hippie adalah menggelar festival musik. Sejumlah festival dengan band-band genre baru bermunculan. Terutama yang mengusung musik psikedelik. Musik yang jauh berbeda dengan arus utama saat itu.
Jamrud pun hadir di belantika musik Indonesia lewat semangat counter-culture. Saat kebanyakan band Indonesia di akhir 90-an hingga awal 2000-an membawakan lagu cinta dengan lirik yang romantis, Jamrud justru sebaliknya.
Lirik yang nakal, vulgar, hingga tabu terus dimunculkan oleh Jamrud. Semua itu dikombinasikan dengan suara khas Krisyanto dan musik yang menghentak. Kombinasi yang mampu merepresentasikan Jamrud seutuhnya dalam musik Indonesia.
Krisyanto cs. membawa gelombang musik baru yang sangat berbeda saat itu. Musik metal berhasil dikemas secara jenaka hingga bisa mudah diterima oleh telinga dan pikiran masyarakat Indonesia.
Jamrud telah menancapkan kuku dan taringnya dalam sejarah musik Indonesia. Mereka bakal dikenang sebagai salah satu band paling berpengaruh pada era musik rock Indonesia. Tak berlebihan jika mengatakan jika Jamrud adalah legenda musik Indonesia.