Messi memang tidak sempurna. Tapi ia titik inspirasi yang kita punya, meski bukan satu-satunya.
Setelah masa Diego Maradona habis, Argentina tidak pernah kehabisan stok untuk pemain terbaik. Messi muncul ke permukaan setelah melewati berbagai macam rintangan.
Diakui atau tidak, Messi adalah pemain yang patut diacungi lebih dari dua jempol. Semua orang akan terus membanding-bandingkan dengan rivalnya, Cristiano Ronaldo.
Mereka sama-sama hebat, tetapi di sini kita akan menelaah hal lain di balik seorang Lionel Messi.
Messi seperti mewarisi Maradona, yang populer dengan gol tangan tuhannya. Meski Maradona harus mengakhiri karir dengan kurang baik. Estafet pemain terbaik dari Argentina terus bermunculan, selain Messi dan beberapa orang lainnya.
Kemudian muncul belakangan Paulo Dybala—dengan julukan La-Joya. Argentina seperti dihujani pemain terbaik di setiap dekade.
Messi mulai muncul ke permukaan setelah Barcelona memboyongnya dari Newell’s Old Boy. Ia yang sejak kecil memiliki kekurangan, yakni bermasalah di hormon pertumbuhan.
Badannya yang kecil selalu menjadi ejek-ejekan temannya. Tetapi soal kelincahan, itu memang sudah seperti mengakar sejak dini. Ia harus berjuang untuk bisa bangkit dari keterpurukan akibat penyakit, disini ketabahan yang patut dijadikan sebagai titik inspiratif.
Di Barcelona, mula-mula Messi di bawah Ronaldinho. Superstar asal Brasil yang kental dengan senyumnya di setiap pertandingan. Ia banyak berguru dari Ronaldinho, apalagi gol pertamanya di Barcelona merupakan assist dari Ronaldinho.
Messi tidak langsung menjadi orang besar dan penting di internal klub, lebih dahulu ia juga kerdil. Ia bermula dari kecil sebelum tumbuh besar.
Seiring berjalannya waktu, hasil tidak akan mengkhianati proses. Messi kemudian tumbuh perlahan-lahan dengan sendirinya. Dengan skill memukau dan kelincahan alami, ia mampu membuat mata pengamat sepak bola menyorotinya. Dengan kata lain, ia tumbuh dari kecil dan berproses untuk menjadi besar.
Di final Liga Champions 2009, Messi berhasil mencetak gol sundulan monumental ke gawang Manchester United. Di era Joshep Guardiola melatih Barcelona, ia pun semakin pesat berkembang.
Ia mulai menjadi orang penting dan memberikan dampak bagi pemain lain baik negatif maupun positif. Sebut saja pemain jangkung asal Swedia, Ibrahimovic, yang berada di bawah bayang-bayangnya. Hingga Ibra harus angkat kaki.
Anak kecil yang pada mulanya memiliki penyakit. Kekurangan yang melekat di tubuhnya tidak membuat ia berpatah semangat. Prosesnya tentu tidak pernah mudah, ia berlatih sebagai proses untuk menjadi pesepak bola.
Hingga meraup hasil yang benar-benar maksimal. Sebuah perjalanan yang begitu mengharukan, berbagai macam jatuh sudah dirasakan.
Tidak sampai di situ, saat ia menjadi pemain hebat tentu ada tantangan yang lebih besar. Semakin tinggi pohon, semakin kencang angin yang menerpa pohon tersebut. Tetapi Messi tetap bukan kacang lupa kulitnya.
Ia tahu siapa yang membesarkan namanya, ia begitu paham. Di saat pemain lain justru tertarik untuk pindah demi sebuah materi, Messi tetap di satu tempat dengan kesetiaan di hati. Ini tidak dilebih-lebihkan.
Setiap ada konflik di internal klub, Messi selalu diisukan hengkang. Tentu hanya sekadar isu, realitanya sampai saat ini Messi tetap di klub yang sama. Di tengah banyaknya rekor yang dipecahkan Messi, yang terbaru adalah ia melampaui gol Pele untuk satu klub, banyak pula rintangan yang menghadangnya.
Rumor kepindahan bukan sesuatu yang baru bagi seorang Messi. Tetapi kesetiaan di hatinya tidak pernah kecil, ia selalu mengingat klub yang mengangkat namanya.
Betapa kesetiaan selalu membutuhkan mental yang benar-benar maksimal. Kesetiaan tidak hanya dilemparkan dengan ucapan, lebih dari itu ia harus dibuktikan dengan melawan rintangan-rintangan serta hal yang menggiurkan.
Di saat sudah berada di puncak kejayaan, tidak sedikit orang yang lupa tanah awal keberangkatan. Ketika berada di langit, hanya sedikit orang yang ingat pada tanah tempat dulu berpijak.
Jelasnya, loyalitas tidak dapat ditukar dengan uang. Tawaran yang menggiurkan tidak pernah ditanggapi dengan serius. Memilih di zona yang sama bukan sebuah kebodohan. Messi tidak sempurna, tetapi ia adalah titik inspirasi yang kita punya—meski bukan satu-satunya.
Yogyakarta, 2020
Moh. Rofqil Bazikh lahir di pulau Giliyang dan sekarang merantau di Yogyakarta.