Kemajuan teknologi memudahkan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Tentu media sosial menjadi bagian dari kehidupan. Bukan berarti tanpa adanya dampak positif dan negatif.
Satu di antaranya ialah Instagram. Penggunaan media sosial secara berlebihan sangat tidak baik. Ini tentu sangat mengganggu kesehatan fisik dan mental penggunanya.
“Tidak jarang juga kita temukan orang-orang yang sebelum tidur terbiasa untuk mengecek media sosialnya, yang pada awalnya hanya berencana membuka selama 10 menit, tanpa sadar terus melihat-lihat hingga berjam-jam dan mengganggu jam tidur,” kata psikolog klinis Linda Setawati dikutip dari CNN Indonesia (25/6/2019).
Selain mengganggu aktivitas, tentu akan mengganggu mentalitas. Namanya efek kecanduan, pasti ada ketergantungan. Misalnya, seharian tidak membuka aplikasi media sosial. Nantinya akan muncul perasaan mengganjal atau tidak pas. Ini mengakibatkan perasaan cemas dan gelisah. Alhasil, pikiran akan terus terganggu.
Namun, ada seorang guru asal Bojonegoro yang sempat menghindari media sosial. Fetty Ilma namanya. Dia mengaku pernah melakukan uninstall aplikasi Instagram. Itu selama kurun waktu 4-5 bulan. Ada pun alasannya di jelaskan kepada Jurnaba.co.
“Karena merasa capek kalau lihat postingan2 orang yg isinya penuh dengan hiruk pikuk duniawi. Trnyata yg aku follow banyak akun akun toxic,” kata Ilma.
Selain itu, terdapat alasan lain. Ilma mengatakan bahwa bosan dengan algoritma instagram. Feeds yang muncul itu-itu saja sehingga membuat dia semakin bosan. Dia merasa hidup seperti memenuhi kebutuhan konten.
“Ketika gak upload rasanya cemas, kayak orang-orang gak akan lagi mengenal diriku,” imbuhnya.
Sebelum mencopot Instagram, Ilma selalu menggebu-gebu. Banyak aktivitas yang ingin diabadikan kamera dan upload. Menurut Ilma, ada sebuah perasaan bebas saat ‘berpuasa’ Instagram. Pikiran lebih santai dan stabil.
“Gak gupuh buat dikit dikit foto2. Rasa menggebu2 pengen upload trs dilihat orang a.k.a pamer mulai bisa distabilkan,” ucap guru BK sekolah swasta tersebut.
Pengalaman yang dirasakan Ilma sesuai dengan hasil penelitian dr. Tim Bono. Media sosial bisa menjadi cara terbaik untuk mengingat kenangan. Juga, menceritakan kembali peristiwa masa lalu. Namun, itu mendistorsi cara kita mengingat bagian-bagian kecil dalam hidup.
“Jika terlalu fokus membuat foto bagus untuk media sosial agar dikagumi followers, kita jadi kurang menikmati yang terjadi saat ini,” kata pengarang buku When Likes Aren’t Enough asal University of Copenhagen, dr. Tim Bono dikutip dari National Geographic Indonesia (6/2/2019).
Menurut Ilma, sebelum kecanduan, sebaiknya hentikan. Setidaknya untuk menstabilkan perasaan. Akan sangat tidak nyaman jika mental tidak sehat. Terlebih jika berdampak pada kesehatan fisik.
“Sadar kalau diterus-terusin bisa jadi ga sehat. Takut kena penyakit hati dan gangguan yang lain uninstal aja deh,” pungkas Ilma.
Media sosial tentu sangat membantu aktivitas. Namun, perlu adanya kebijaksanaan. Sesuatu yang berlebihan memang tidak baik. Gunakan media sosial secukupnya.
Jika mulai terasa mengganggu, segera atasi. Salah satunya dengan uninstall aplikasi media sosial. Gadget bersih dari toxic, mental pun sehat.