Resiliensi merupakan sebuah respon yang sangat penting untuk menghadapi bully. Berikut 4 hal penting tentang bully dan resiliensi.
Bullying atau dikenal dengan istilah pengucilan, pemalakan, penindasan dan intimidasi mental, menjadi topik yang cukup hangat diperbincangkan bagi masyarakat di Indonesia.
Bullying sebenarnya bisa saja dialami semua orang dan tidak jarang si pelaku tak menyadari jika mereka masuk dalam kategori bullying atau pembully.
Nabs, berikut tipe- tipe bullying menurut mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yang datanya didapat melalui kampanye bullying dan bagaimana cara menghindari hal tersebut.
Oke, berikut 4 hal yang harus Nabsky semua tahu tentang bullying;
1. Mendapat serangan fisik (Bullying Fisik)
Serangan fisik ini bisa terjadi karena rasa ketidaksukaan seseorang secara berlebihan, lalu pembully (bullies) tak bisa menahan ketidaksukaannya itu, sehingga menyerang korban dengan kontak fisik. Contohnya : pukulan, cakaran, menendang, menggigit dan serangan fisik lainnya.
2. Menerima ucapan kejam (Bullying Verbal)
Seseorang yang menerima kritikan kejam kadang berfikir kalau kritikan itu dapat membantunya berkembang. Namun kalimat kejam yang dikeluarkan seperti celaan, penghinaan atau bahkan julukan-julukan nama dan pernyataan yang menyakiti, juga termasuk dalam kategori Bullying Verbal loh.
3. Dipermainkan harga dirinya (Bullying Relasional)
Tipe Bullying ini mungkin paling tak asing untuk kita. Dipermainkan harga dirinya karena diasingkan dari suatu kelompok. Lalu mendapat serangan lain seperti : dikucilkan, mendapat penolakan, penghindaran dan cibiran. Intinya, membuat korban merasa rendah diri dan enggan lagi bersosialisasi.
4. Penindasan di Dunia Maya (Cyber Bullying)
Segala bentuk tindakan Cyber Bullying ini menyakiti seseorang dengan melalui sarana media elektronik. Korban mendapat komentar kejam dalam sebuah unggahan di sosial media, misal: Instagram, Twitter, Facebook dll.
Untuk menghadapi problematika tersebut, seseorang membutuhkan resiliensi yang didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk mengatasi kondisi yang membuatnya tertekan, dengan cara positif.
Resiliensi merupakan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luwes, saat seseorang dihadapkan pada tekanan mental, baik dari internal maupun eksternal.
Resiliensi juga menjadi dorongan yang dapat dipertimbangkan untuk membantu individu, terutama remaja, sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Para mahasiswa UMM yang tergabung dalam Program Pengabdian Mahasiswa pada Masyarakat (PMM) Kelompok 90 Gelombang 7, juga mengangkat tema bagaimana cara agar kita memiliki Resiliensi yang baik.
Resiliensi yang membantu kita menghadapi masalah, terutama mengenai Bullying. Resiliensi tersebut, diantaranya adalah;
1. Kemampuan seseorang dalam bersosialisai (Sosial Competence)
2. Kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah (Problem Solving)
3. Sadar dengan Identitas diri dan kemampuan bertindak (Autonomy)
4. Sadar akan tujuan hidup dan masa depannya (A Sense of Purpose and Future)
Mengetahui bagaimana resiliensi seseorang akan menyadarkan kita untuk menyikapi masalah dengan cara menganalisa, menguasai lingkungan, mengendalikan diri dan pengalaman hidup yang lebih bermakna.
Semoga beberapa penjelasan tentang bullying dan resiliensi di atas dapat bermanfaat dan mampu diterima oleh teman- teman. Meningkatkan resiliensi diri dapat membuat kita terhindar dari tindakan bullying.
M. Taufik Kautsar merupakan mahasiswa Psikologi UMM.