Topik terkait dunia bisnis memang selalu menjadi perbincangan yang cukup menarik, apalagi jika membahas terkait UMKM di Indonesia.
Jika kamu yang membaca artikel ini adalah para pelaku UMKM yang tergolong baru ataupun sudah lama, tulisan ini wajib dibaca sejenak karena bisa jadi sekarang kamu sedang melakukan kesalahannya.
Di Bojonegoro, saya melihat sudah banyak sekali para anak muda ataupun dari kalangan dewasa yang berani menjadi seorang pelaku UMKM.
Siapa itu pelaku UMKM? mereka yang mendirikan usahanya sendiri maupun perorangan.
Informasi yang saya dapatkan dari Dinas Perdagangan Kabupaten Bojonegoro setidaknya mencatat total ada 86.820 UMKM dalam berbagai bidang.
Busett… Untuk wilayah Bojonegoro sendiri hampir mendekati 100.000 pelaku UMKM, ini informasi dari 5 tahun terakhir dan akan terus bertambah di tahun 2023.
Setahun ini saya mendalami dunia data, saya mulai menyadari bahwa pelaku UMKM masih saja melakukan kesalahan ini, dan ini juga kesalahan yang pernah saya dan keluarga alami.
Hingga membuat kami bangkrut 2 tahun lalu hahaha.
Jatuh bangun dalam usaha memang sudah biasa. Seperti para pengusaha yang sekarang mereknya sudah terkenal juga pernah mengalami jatuh bangun saat merintis bisnis.
Tapi bagaimana dengan kita sebagai pelaku UMKM dari kota minyak saat mengalami pahitnya berbisnis? Apakah ingin terus melanjutkan usaha atau memilih untuk kembali jadi budak di usaha orang lain?
Pasti kamu atau teman, kerabat, keluarga dalam berwirausaha ada yang pernah memiliki mindset begini: “Branding itu paling penting, foto yang di posting harus bagus, bikin konten yang menarik di sosmed, biar banyak yang beli.”
Ya, mindset itu memang tidak salah. Tapi bukan berarti jadi cara satu-satunya untuk dilakukan para pengusaha dalam membuka usahanya.
Coba teman-teman perhatikan pengusaha yang melakukan branding besar-besaran, fotonya bagus-bagus, kontennya selalu bikin teman-teman penasaran, nyewa influencer terkenal, kenapa sekarang tokonya jadi sepi? Kenapa ngelakuin pengurangan karyawan? Kenapa jadi gulung tikar?
Sederhana tapi jadi sebuah pertanyaan, apakah branding yang besar-besaran dan menarik dapat menjamin usaha selalu mujur? pelanggan terus repeat order? tiap hari berdatangan pelanggan baru?
Buat pembaca yang mungkin sekarang sedang di mindset itu, saya ingin bertanya apakah pemikiran tersebut sepenuhnya benar?
Mungkin akan ada yang menyangkal, “Ah, buktinya saya udah ngelakuin branding besar-besaran dari dulu penjualan bagus-bagus aja, gada rugi juga”.
Jika menemui orang seperti itu saya pun akan bertanya kembali, “Apa benar penjualannya akan tetap laris manis dalam waktu 6 bulan kedepan? atau tahun depan?”
Para pelaku yang menjawab pertanyaan saya juga kebanyakan hanya jawaban yang berlandaskan asumsi, hasil dari karangannya yang melihat penjualan kemarin-kemarin. Padahal kita hidup di dunia nyata yang selalu mengalami perubahan setiap harinya.
Lalu apa yang para pelaku UMKM atau calon para pelaku UMKM harus lakukan?
Cukup sederhana. Budayakan mengelola data. Contoh; UMKM yang bergerak dibidang kuliner. Setelah menentukan dagangan yang akan dijual, catat setiap pengeluaran uang untuk membeli bahan-bahan, misal berapa banyak uang yang teman-teman habiskan untuk membeli tepung /kg, lalu per-kg tepung dapat menghasilkan berapa banyak barang dagangan yang bisa dijual.
Berikut adalah contoh tabel yang bisa digunakan. Catat juga berapa harga per-pcs barang yang dijual. Setelah itu, platform atau aplikasi apa yang dapat membantu kamu dalam melakukan pencatatan?
Tentu saja bukan pencatatan manual menggunakan kertas yaa… Sudah 2023, Ga jamannya lagi pake kertas, nanti kertasnya ilang, ngikut ngilang juga catetannya. Excel, Moka Pos, Buku Warung, Buku Kas. dan masih banyak lagi, yang dapat saya jelaskan pada artikel selanjutnya.
Lalu setelah memiliki data tersebut, apa yang harus dilakukan? Cukup catat aja? Tentu tidak! Saatnya melakukan analisa data yang teman-teman miliki.
Buat para UMKM yang sudah terbiasa dicatat data transaksinya, diharapkan segera dianalisa menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yang biasa dilakukan oleh para perusahaan sekelas Gojek, Tokopedia, GoTo, dll.
Memang kita masih dalam kelas mikro, masih kecil, tapi kalau kita terus konsisten melakukan perubahan, cepat beradaptasi dengan teknologi, pasti saya yakin usaha teman-teman bisa sukses sekelas StartUp Unicorn di Indonesia.
Jadi, buat dulu tempat untuk menyimpan data, data bisa berbagai macam jenis bisa data penjualan, data pemasukan, data stok barang, data pembelian bahan, data riset kompetitor, dll.
Setelah siap, Baru melakukan Branding. Sehingga nantinya ketika sudah ada pembeli, teman-teman langsung memasukkan apa yang sudah di beli oleh para pelanggan ke dalam tempat data yang sudah teman-teman buat tadi.
Masih banyak lagi yang ingin saya sampaikan terkait topik ini, tapi sepertinya apa yang saya tulis terlalu panjang, sehingga akan saya lanjutkan di artikel selanjutnya.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Jangan lupa share ke teman, kerabat, atau keluarga yang sedang atau akan merintis bisnis.