Sekolah sangat perlu memiliki website. Sebab, setiap kegiatan penting untuk diportofoliokan.
Telah lama, penulis mengampanyekan keberadaan website sekolah (bagi yang belum memiliki) dan intensif untuk mengisinya (bagi yang telah memiliki).
Kampanye perihal urgensi website sekolah telah lama penulis mulai kala masih aktif di Semarang.
Cerita singkat di Semarang, dulu penulis pernah secara khusus diberi tugas untuk mengelola website yang telah dimiliki sekolah, untuk mempublis apapun jenis kegiatan yang diadakan.
Buah dari intensitas tersebut, bagi lembaga dalam waktu singkat bisa setara dengan sekolah Islam favorit di Semarang. Yang penulis tangkap kenapa sampai bisa “cepat” setara adalah, kemudahan mencari informasi perihal sekolah.
Hasil telaah yang penulis peroleh dari teman sejawat, yang menangani penerimaan peserta didik baru adalah “calon” orang tua bisa mudah melihat profile sekolah tanpa perlu hadir terlebih dahulu ke lokasi. Sehingga, animo pendaftar tahu sekolah hasil dari browsing-browsing dari internet.
Pengalaman lainnya, sekolah di Semarang yang kebetulan penulis pernah di sana, banyak mendapatkan kunjungan.
Setelah ditelusuri ternyata itu hasil informasi website sekolah yang rutin mempublis prestasi (baik guru-peserta didik), hingga penghargaan yang diterima sekolah sendiri. Baik dari dinas, anugerah dari media dan banyak lainnya.
Dua pengalaman penulis kala ngopeni website sekolah di Semarang, sehingga bisa membantu mempercepat proses keterkenalan sekolah, kemudian penulus coba yakinkan kepada lembaga-lembaga pendidikan di Bojonegoro.
Hal itu, karena penulis telah pindah homebase ke tanah kelahiran menjadi Dosen di Universitas Nahdltul Ulama Sunan Giri (UNUGIRI).
Kampanye itu sebagaimana penulis lakukan kepada SMA Islam Temayang. Dan yang terbaru, juga masih penulis provokasikan kepada MIS Matholiul Falah Desa Payaman, Kecamatan Ngraho.
Sebagaimana saat penulis memberi pelatihan menulis konten website madrasah kemarin di Desa Payaman, Kecamatan Ngraho, penulis yakinkan kepada guru-guru bila website harus kita gunakan untuk membranding keberadaan madrasah. Alasannya:
Pertama, branding sekolah/madrasah melalui website murah. Sudah bisa ditebak, mengenalkan keberadaan sekolah kepada publik sangat murah melalui website.
Apalagi konten-kontennya, bisa disiapkan di mana saja, kapan saja, dan saat apa saja.
Sebagai contoh. Penulis kala ingin menginformasikan kegiatan mengisi pelatihan di Desa Payaman, sudah mulai nyicil mengetik proses kegiatan mulai dari awal hingga akhir melalui ponsel.
Tidak harus selalu menggunakan laptop untuk upload berita. Penulis cukup ketik dari note gadget secukupnya informasi yang dibutuhkan, bila telah selesai, penulis posting ke website yang penulis miliki.
Begitu juga dengan pemberitaan-pemberitaan di madrasah/sekolah, sangat mudah bila dibuat secara bergantian dan berkelompok dewan guru.
Alasan berkelompok bagi penulis, sebab “berita” kegiatan yang dalam sebulan terdapat tiga hingga lima kegiatan, bisa dilakukan peliputannya secara bergantian antara kelompok satu, dua, tiga dan seterusnya oleh guru.
Sehingga semua guru yang ada bisa belajar membingkai kegiatan yang berlangsung di sekolah/madrasah tanpa berat.
Selain itu, guru-guru juga bisa belajar menulis. Dimulai dari berita, artikel, puisi, cerpen yang itu perlu dipelajari setahap demi setahap.
Kedua, unlimited. Artinya, berapapun berita yang mau diposting melalui website sekolah/madrasah jumlahnya tidak terbatas.
Beda bila kemudian posting berita lewat banner atau mmt. Tentu selain boros juga akan terpakai sekali saja. Melalui website kolom banner, berita bisa diisi berulang-ulang dan tidak akan hilang selama tidak dihapus.
Ketiga, meningkatkan skill menulis. Berlatih menulis mulai dari berita yang kemudian dilanjut artikel, puisi, cerpen dan jenis kepenulisan lainnya akan membuat skill pendidik meningkat.
Peserta didik, bila ingin mencari contoh terdekat guru yang demen menulis ada di sekolah/madrasahnya. Jika tidak ada, tentu kemampuan menulis yang dimiliki peserta didik akan musnah. Oleh karena tidak ada yang membimbing.
Pada sisi yang lain, iklim literasi (khususnya menulis) di sekolah/madrasah tidak akan pernah tercipta sampai kapanpun. Itu karena tidak ada yang mau belajar. Yang nyata, kegiatan sebesar apapun akan menguap begitu saja hilang tanpa jejak.
Kalaupun diingat “pernah melakukan” tapi bukti empiriknya sulit untuk ditunjukkan secara nyata.
Oleh karenanya, penulis selalu meyakinkan kepada guru bila jenis kegiatan di madrasah itu penting. Sekali lagi penting untuk diportofoliokan.
Entah mau dibingkat melalui teks dan foto, atau foto saja di media sosial, hingga bentuk visual yang bisa ditonton tidak hanya sekali, bahkan berkali-kali sebagai bukti otentik kegiatan yang dilakukan sekolah.
Konten itu, belum juga Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) maupun Nasional yang hadir setiap tahunnya.
Belum lagi prestasi guru-siswa, sarana prasarana, serta kegiatan pelatihan yang ditujukan kepada guru-siswa di madrasah. Semua itu bisa menjadi bahan konten website madrasah atau sekolah.
Jika demikian, website sekolah/madrasah memiliki segudang manfaat. Mulai dari promosi profile yang murah, hingga bisa meningkatkan skill menulis guru-guru melalui konten yang disediakan.
Yuk..! Manfaatkan website sekolah/madrasah yang telah dimiliki untuk menginformasikan bila sekolah panjenengan itu keratif, aktif melakukan kegiatan. Dari mana itu diketahui, dari berita-berita yang panjenengan publis di website sekolah/madrasah.
* Penulis adalah Dosen Prodi PAI UNUGIRI dan Pengelola usmanroin.com.