Berbagai peristiwa tak terduga terjadi di Ngaji Esai 4. Mulai dari yang nostalgis hingga yang mistis-mistis.
Rabu, 25 November 2020. Kabupaten yang konon sebagai lumbung pangan dan energi ini diguyur hujan. Air yang turun membasahi bumi, melahirkan olahan cokelat cair dengan cita rasa lokal kualitas global berbagai varian. Loh, kok bisa? Ya, cairan cokelat itu air yang tergenang di beberapa jalan yang ada di Kota Bojonegoro.
Seperti Jalan Lettu Suyitno yang ada di depan Rumah Sakit Fatma, Jalan Kopral Kasan (Sarkeb), Jalan Panglima Polim, dan lain sebagainya. Tak jarang cairan cokelat itu membuat mesin kendaraan mati.
Namun di tengah rintik hujan, Nabs, tidak menyulutkan semangat sahabat-sahabat dari PMII Punokawan untuk menghadiri Ngaji Esai ke-empat. Ngaji tersebut dihelat di sebuah rumah epic yang berada di Ledok Wetan.
Rumah itu merupakan rumah yang ditempati penulis artikel Ngaji Esai 3, Rahul. Kedatangan saya dan Imam Besar Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Insomniah wa Jurnabiyah yang juga pemantik setia, sempat membuat tuan rumah kaget, wqwqwq.
Kemudian si tuan rumah, Rahul Duta, menyiapkan tempat untuk agenda yang dihelat saban Rabu ba’da isya’ tersebut.
Tempatnya historiable plus satu area dengan Warkop Biasa. Gelaran hitam, foto lama yang terkandung huzun plus ibrah di dalamnya, peta Indonesia trimatra, serta benda-benda unik menjadi saksi bisu dialektika empat orang.
Suatu keajaiban, Ngaji Esai 4 dihadiri 4 orang juga. Saya percaya, itu 4 orang pilihan. 4 orang yang dijanjikan. Wqwq ~
Imam Besar Jurnaba, Saya, Rahul, dan Ansor. Meskipun yang hadir empat orang, namun semangatnya 400 orang. Karena, menurut konsep Jurnaba, satu orang memiliki 100 potensi energi positif.
Rahul selaku moderator mampu mengatur ritme acara dengan santai dan bahagia. Imam Besar Jurnaba, juga memantik dengan santai dan bahagia. Dialektika pada malam itu membahas ihwal Nulis Esai dengan Santai dan Bahagia.
Saban manusia, kata Imam Besar Jurnaba, merupakan tulisan itu sendiri. Dia juga berbicara tentang pentingnya mengetahui dan mengabadikan historiografi keluarga.
Nabs, karena bahasan malam itu juga tentang sejarah, dari situlah, kemudian empunya rumah, melihatkan foto memorabilia. Tak lupa, yang hadir di Ngaji Esai 4, juga memberikan unek-unek tentang bahasan.
Tak terasa, waktu menjelang dini hari akan tiba. Ngaji Esai 4 memberikan buah tangan berupa pekerjaan rumah yang santuy yakni menulis esai, wabilkhusus tentang historiografi keluarga. Ketika perjalanan pulang, juga ada keunikan. Tentang kokok ayam di malam hari, embun, kabut, sapi, pabrik tahu, dan tidak sengaja menemukan jalan yang melintasi pemakaman.