Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Figur

5 Tokoh Nasional yang Masyhur sebagai Sosok Anti Korupsi

Yogi Abdul Gofur by Yogi Abdul Gofur
July 14, 2020
in Figur
5 Tokoh Nasional yang Masyhur sebagai Sosok Anti Korupsi
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Indonesia, diakui atau tidak, dikenal sebagai negara korup. Banyak koruptor pernah berkembangbiak. Tapi, kita bisa belajar nilai anti korupsi dari tokoh nasional Indonesia berikut ini.

Banyak cara bisa dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak dini. Salah satu di antaranya dengan cara meneladani kisah-kisah tokoh Indonesia yang terkandung nilai-nilai anti korupsi di dalamnya. Baca dengan sungguh-sungguh, niscaya akan membuat tubuhmu bergetar.

Apa yang terngiang dalam pikiran ketika mendengar kata korupsi, Nabs? Apakah berhubungan dengan data-data yang berisi angka? Mengambil uang negara? Beberapa tokoh, pakar, dan lembaga terkait telah memberikan definisi tentang korupsi.

Dari segi etimologi, korupsi bersal dari bahasa Latin corruption atau corruptus dari kata kerja corrumpere yang bermakna kebusukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, amoral dan penyimpangan dari kesucian.

Kata tersebut kemudian turun ke beberapa bahasa di Eropa seperti di Prancis dan Inggris dikenal dengan sebutan corruption. Dalam bahasa Belanda yaitu korruptie. Dan selanjutnya dalam bahasa Indonesia disebut Korupsi.

Dari segi terminologi, korupsi adalah penyelewengan atau penyelahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain (KBBI V Daring).

David M. Chalmer menguraikan pengertian korupsi dalam berbagai bidang, antara lain menyangkut masalah penyuapan yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan menyangkut kepentingan umum.

Melansir dari medcom.id, menyebutkan bahwa ada bantuan pendemi yang dikorupsi. Hal itu terjadi di Kedung Adem, Bojonegoro, Jawa Timur. Dugaan korupsi bantuan pangan non tunai (BPNT) terjadi di Kecamatan Kedung Adem.

Salah satu oknum tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK) diduga telah menggelapkan uang BPNT senilai 800 juta. Dan oknum tersebut meninggal dunia karena bunuh diri. Akibat ulah oknum itu, ribuan warga miskin di 23 desa di Kecamatan Kedung Adem tak memperoleh haknya.

Hal itu merupakan gambaran dari dampak korupsi. Sebagai langkah pencegahan, wabilkhusus untuk diri sendiri kemudian disampaikan kepada orang lain dengan cara ngansu kaweruh nilai-nilai anti korupsi dari tokoh Indonesia sebagai upaya character building.

Dari segi etimologi, character building atau membangun karakter terdiri dari dua suku kata yaitu membangun (to build) dan karakter (character) artinya membangun yang mempunyai sifat memperbaiki, membina, dan mendirikan. Sedangkan karakter adalah tabiat, watak, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Nilai-nilai anti korupsi yang terdiri dari sembilan nilai: jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil yang tercermin dari tokoh Indonesia bisa digunakan sebagi pembangunan karakter.

1. Belajar dari Haji Agus Salim
Kalimat fenomenal yang menggambarkan sosok Haji Agus Salim adalah Leiden is Lijden yang berarti memimpin adalah menderita. Dalam karya tulis yang berjudul Het dagboek van Schermerhorn karya Willem Schermerhorn (seorang pejabat Belanda) mengomentari Haji Agus Salim, “orang tua yang sangat pandai ini adalah seorang yang genius. Ia mampu berbicara dan menulis secara sempurna setidaknya dalam sembilan bahasa. Kelemahannya hanya satu: ia hidup melarat.”

Dari kalimat tersebut, kita bisa mengetahui kalau Haji Agus Salim adalah sosok yang sederhana dan bersahaja. Hal itu juga tergambar dalam film Moonrise Over Egypt (2018). Film itu berkisah tentang laki-laki yang lahir dengan nama asli Musyudul Haq di Koto Gadang, Sumatera Barat, pada tanggal 8 Oktober 1884.

Musyudul Haq atau Agus Salim ketika berada di Eropa berkumpul dengan diplomat dari berbagai negara. Haji Agus Salim mudah untuk diketahui dari ciri-cirinya seperti memakai semacam songkok dan berjanggut putih. Jika diplomat lain berpenampilan necis, ia justru mengenakan jas yang berhiaskan beberapa jahitan. Namun kejeniusan The Grand Old Man tidak usah diragukan lagi, hal itu terbukti pada suatu momen.

Ada seorang yang mengejeknya sebagai kambing “mbek”. Namun dengan santai Haji Agus Salim mampu menyerang balik dan memalukan orang yang mengejeknya dengan santai. Agus Salim sempat menduduki jabatan menteri dalam beberapa kabinet pemerintahan di Indonesia. Ketika di Jakarta, Agus Salim sempat tak memiliki rumah tinggal tetap, ia dan keluarga memilih nomaden dari satu kontrakan ke kontrakan yang lain.

Mohammad Roem pernah berkisah tentang rumah Haji Agus Salim, “Rumahnya, seperti rumah perkampungan, sama sekali tidak mencerminkan seorang tokoh yang terkenal seperti kita bayangkan.”

2. Manakib untuk Barlop
Bulan Juli salah satu di antara tokoh yang berjasa bagi Indonesia menghembuskan nafas terakhirnya. Tepatnya pada tanggal 3 Juli 2001. Suatu malam Gus Dur menangis dan mengurung diri di kamar. Tidak ada yang tahu sebabnya, termasuk anak-anaknya. K.H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur berucap, “malam ini, salah satu tiang langit bumi Indonesia telah runtuh.” Tiang langit bumi yang dimaksud Gus Dur ialah pendekar hukum dan keadilan yakni Barlop. Pendekar hukum dan keadilan itu menghembuskan nafas terakhir ketika berada di Arab Saudi pada tanggal 3 Juli 2001 karena serangan jantung.

Baharuddin Lopa (Barlop) bukanlah orang biasa. Di umur 25 tahun ia menjadi bupati Majene. Barlop lahir di Mandar, Sulawesi Selatan, pada tanggal 27 Agustus 1935. Prestasi luar biasa yang tidak dimiliki oleh pemimpin daerah yang lain adalah ia tak segan berkonfrontasi dengan komandan Batalyon 710 yang melakukan penyelundupan. Berani karena benar, kalimat itu mengalir dalam aliran darah Barlop.

Karier Barlop bukan sebagai birokrat, melainkan penegak hukum. Selepas masa putih abu-abu (SMA), ia memilih masuk Fakultas Hukum Universitas Hasanudin. Kariernya dimulai sebagai jaksa di Kejaksaan Negeri Makassar pada 1958-1960. Setelah menjabat sebagi bupati Majene, Barlop menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Ternate pada 1964. Dua tahun kemudian, ia menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh hingga pindah ke Kalimantan Barat tahun 1974.

Pada tahun 1976-1982, Baharuddin Lopa menjabat sebagai Kepala Pusdiklat Kejaksaan Agung RI. Kemudian pada tahun 1982-1986, Barlop menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan. Barlop juga pernah ditunjuk Presiden Habibie untuk menjadi Duta Besar RI untuk Arab Saudi.

Di era pemerintahan Gus Dur (2001), Barlop ditunjuk sebagai Jaksa Agung RI sekaligus Menteri Kehakiman dan Perundang-undangan. Kinerja Barlop sebagai penegak hukum tidak usah diragukan lagi. Maka dari itu Gus Dur mempercayainya untuk mengemban amanah penting. Sayang, hanya sebentar ia bertugas sebagai jaksa agung. Namun semasa aktif, Barlop dikenal tegas dan berani melawan white collar crime wabilkhusus kasus korupsi. Ia menyeret Tony Gozali yang diduga memanipulasi dana reboisasi sebesar Rp2 miliar. Barlop juga terus berupaya mengejar keterlibatan Akbar Tanjung, Arifin Panigoro, Nurdin Halid, dan bahkan mantan Presiden Soeharto dalam kasus korupsi.

Baharuddin Lopa merupakan sosok yang religius. Sangat berhati-hati dan cermat. Tak pandang bulu dalam menegakkan keadilan. Dan apa yang ia ucapkan selaras dengan perbuatan. Beberapa kalimat yang pernah ia ucapkan dan berpotensi menggetarkan jiwa siapapun yang mendengar dan membacanya seperti, “Tegakkanlah kebenaran dan keadilan karena Allah, bukan karena Gus Dur, bukan karena ketua DPR, karena Allah…sekalipun atas dirimu sendiri.”

Selain itu ada quote fenomenal dari Barlop yang sering dikutip oleh berbagai kalangan, “Banyak yang salah jalan tapi merasa tenang karena banyak teman yang sama-sama salah. Beranilah menjadi benar meskipun sendirian.”

3. Belajar dari Satu Di Antara Tiga Polisi Jujur Menurut Gus Dur
Beberapa waktu yang lalu sempat viral dan ramai karena ada polisi yang mengamankan seseorang hanya karena menulis quote dari Gus Dur di akun facebooknya. Guyonan Gus Dur merupakan guyonan yang tak hanya sekedar guyonan. Namun benar adanya. Gus Dur pernah berkata, “Cuma ada 3 polisi jujur di negera ini: polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng.”

Nah, kali ini kita akan belajar nilai-nilai anti korupsi dari salah satu di antara tiga polisi jujur yaitu Hoegeng Iman Santosa. Hoegeng dikenal sebagai pribadi yang jujur dan sederhana. Beberapa momen yang mengandung ibrah tentang nilai-nilai anti korupsi yang tercermin dari Hoegeng seperti tidak membuka toko bunga yang dikelola istrinya.

Ketika itu, Hoegeng diangkat sebagai kepala jawatan imigrasi. Hoegeng takut kalau toko bunga itu menjadi beban bagi dirinya dalam menjalankan tugas. Hoegeng tak ingin orang-orang membeli bunga di toko yang dikelola istrinya hanya karena melihat jabatan yang diemban Hoegeng.

Hoegeng juga pantang terima pemberian hanya karena jabatan. Hoegeng dan keluarga mendapat sebuah kejutan besar ketika diangkat sebagai Kepala Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Sumatera Utara pada tahun 1965. Karena rumah dinas masih ditempati pejabat lama, maka dari itu Hoegeng dan keluarga memutuskan berdiam di Hotel De Boer selama beberapa waktu.

Setelah itu ketika giliran Hoegeng menempati rumah dinas, ia terkejut bukan kepalang karena rumah itu dipenuhi barang-barang mewah. Hoegeng tak bisa menerima. Ia dan keluarga bersikeras tinggal di hotel jika barang-barang mewah itu masih ada disana. Mereka akan menempati rumah apabila barang-barang mewah itu dikeluarkan dan hanya terisi barang inventaris kantor. Pasalnya mereka baru akan pindah dan belum mengenal siapa pun di tempat baru itu. Belakangan diketahui, barang-barang itu berasal dari bandar judi yang hendak menyuap Hoegeng Iman Santosa.

4. Belajar dari Proklamator Berkacamata yang Sederhana, Jujur, Lugu, dan Bijaksana
Dalam lirik lagu Iwan Fals berjudul Bung Hatta terdapat kalimat, “Hujan air mata dari pelosok negeri, saat melepas engkau pergi, berjuta kepala tertunduk haru…..”. Hal tersebut menggambarkan bagaimana rakyat Indonesia sedang berkabung karena wafatnya proklamator tercinta dan kusuma bangsa yakni Bung Hatta.

Sosok Mohammad Hatta dikenal sebagai negarawan besar Indonesia. Kisah hidupnya penuh warna. Ayahnya berasal dari keluarga ulama, sedangkan ibunya berasal dari keluarga pedagang. Bung Hatta lahir di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902. Ia terlahir dengan nama Mohammad Athar.

Sederhana, jujur, lugu, dan bijaksana. Begitulah kepribadian Bung Hatta. Kala itu, Sekretaris Kabinet Maria Ulfah menyodorkan uang Rp6 juta yang merupakan sisa dana nonbujeter untuk keperluan operasional Bung Hatta selama menjabat wakil presiden.

Namun dana itu ditolak Bung Hatta. Ia mengembalikan uang itu kepada negara. Mohammad Hatta melakukan itu karena ia tak ingin meracuni diri dan mengotori jiwanya dari rezeki yang bukan haknya. Karena dia selalu teringat pepatah Jerman, Der Mensch ist, war est izt yang berarti sikap manusia sepadan dengan caranya mendapat makan.

Mengingat kedudukan Bung Hatta di negeri ini mengemban amanah yang penting. Tidak membuat ia berlaku sewenang-wenang dan menuruti kehendak pribadinya. Seperti wajarnya manusia biasa, Bung Hatta memiliki impian yang berkaitan dengan materi yakni sepatu Bally.

Pada tahun 1950-an, Bally merupakan merek sepatu berkualitas tinggi. Harganya tidak murah. Demi sepatu itu, ia berusaha menabung. Namun uangnya tidak pernah mencukupi karena digunakan untuk keperluan rumah tangga, membantu handai taulan dan kerabat yang meminta bantuan.

Hingga akhir hayatnya, Mohammad Hatta tak pernah bisa memiliki sepatu idamannya. Potongan iklan yang memuat alamat penjual sepatu Bally menjadi saksi bisu keinginan Bung Hatta yang tidak tercapai. Sebenarnya bisa saja sang wakil presiden merealisasikan keinginannya. Bung Hatta tinggal meminta bantuan orang lain untuk membelikan sepatu Bally. Namun bagi sang proklamator berkacamata, itu menciderai prinsip hidup dan kesetiaannya kepada negara Republik Indonesia.

Rasa cinta Bung Hatta kepada Indonesia tidak usah diragukan lagi. Hal tersebut juga terbukti dengan menjaga sebuah rahasia negara. Pada saat itu terjadi sanering dan Bung Hatta yang mengumumkan. Kebijakan pemotongan nilai uang itu membuat kecewa istri Bung Hatta. Pasalnya Ibu Rahmi sudah menabung untuk membeli mesin jahit, karena terjadi sanering, uang tabungan Ibu Rahmi atau yang akrab disapa Yuke tak cukup untuk membeli mesin jahit.

Bung Hatta mencoba memberikan penjelasan kepada Yuke. Bung Hatta berkata, “Kepentingan negara tidak ada sangkut pautnya dengan usaha memupuk kepentingan keluarga. Rahasia negara adalah tetap rahasia. Sungguhpun saya bisa percaya kepadamu, tetapi rahasia ini tidak patut dibocorkan kepada siapa pun. Biarlah kita rugi sedikit demi kepentingan seluruh negara. Kita coba nabung lagi, ya.” Ucap Bung Hatta kepada belahan jiwanya itu.

5. Belajar dari Kisah Mi Godhok Sang Menteri

Banyak hikmah yang bisa kita petik dari kisah hidup Bapak Pendidikan Nasional. Ki Hadjar Dewantara, terlahir dari keluarga bangsawan dengan nama Raden Soewardi Soerjaningrat. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas, sederhana, dan bersahaja.

Ketika Ki Hadjar Dewantara ditetapkan sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia, Ki Hadjar pulang larut malam. Tak ada pesta, acara mewah nan megah untuk merayakan jabatan baru, sebenarnya Ki Hadjar bisa saja membuat pesta yang megah. Namun dalam hidupnya telah mengalir darah kesederhanaan. Jadi tak perlu dirayakan dengan mengadakan pesta yang mewah. Cukup disyukuri dengan hal-hal sederhana namun bermakna.

Istri Ki Hadjar atau Nyi Hadjar kemudian menyuruh salah satu anak mereka untuk membeli mi godhok yang biasanya berada di pinggir jalan. Maka jadilah makan malam dengan menu mi godhok bersama keluarga.

Ki Hadjar pernah berujar, “Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia, dengan cara Indonesia. Namun, yang penting untuk kalian yakini, sesaat pun aku tak pernah mengkhianati tanah air dan bangsaku, lahir maupun batin aku tak pernah mengkorup kekayaan negara. Aku bersyukur pada Tuhan yang telah menyelamatkan langkah perjuanganku.”

Itulah, Nabs. Gambaran dari beberapa tokoh Indonesia yang bisa gunakan sebagai teladan. Wabilkhusus untuk pejabat negara dimanapun berada, seyogianya meneladani sepak terjang mereka dalam berbakti untuk Indonesia. Nilai-nilai anti korupsi juga tercermin dari mereka. Hal tersebut juga bisa digunakan sebagai pembangunan karakter bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang bermartabat seperti yang dicita-citakan founding parents Indonesia. Ingat, bangsa yang besar adalah bangsa yang meneladani integritas para tokoh bangsanya.

Referensi

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 2014. Orange Juice for Integrity Belajar Integritas Kepada Tokoh Bangsa. Jakarta: Kedeputian Bidang Pencegahan KPK

Susanti, Dwi Siska. Nadia Sarah, dan Lakso Anindito. 2016. Dasar Hukum Tentang Korupsi Terkait Sektor Bisnis. Jakarta: Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK

Tags: Anti KorupsiHattaPolisi Hoegeng

BERITA MENARIK LAINNYA

Jurnalektika bersama Ana, Perempuan dari Blora yang Menggurat Karya di Bojonegoro
Figur

Jurnalektika bersama Ana, Perempuan dari Blora yang Menggurat Karya di Bojonegoro

March 17, 2021
Enin Supriyanto dan Gerak Optimistis PBI Menuju Istanbul Bienal 2021 (2)
Figur

Enin Supriyanto dan Gerak Optimistis PBI Menuju Istanbul Bienal 2021 (2)

February 3, 2021
Ngluyur Bareng Jurnabis: Widodo sang Pendongeng Kehidupan
Figur

Ngluyur Bareng Jurnabis: Widodo sang Pendongeng Kehidupan

February 1, 2021

REKOMENDASI

Syifa’ul Qolbi dan Pengenalan Sholawat Sejak Dini

Syifa’ul Qolbi dan Pengenalan Sholawat Sejak Dini

April 15, 2021
Hadrah Al-Isro’, dari Santri Ngaji hingga Perjuangan Syiar Sholawat (2)

Hadrah Al-Isro’, dari Santri Ngaji hingga Perjuangan Syiar Sholawat (2)

April 14, 2021
Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

Asy-Syabab Nusantara dan Perkembangan Sholawat Kontemporer di Bojonegoro (1)

April 13, 2021
Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

Larangan Mudik, Cara Pemerintah Menyelamatkan Para Jomblo

April 12, 2021
Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

Bupati Bojonegoro Gelar Pasar Murah Menjelang Ramadhan, Semoga Tidak Jadi Pasal Kerumunan

April 11, 2021
Salafushologi, Mutiara Pendidikan di Era Disrupsi

Salafushologi, Mutiara Pendidikan di Era Disrupsi

April 11, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved