Kesederhanaan Alif Ba Ta mawujud pada seluruh tampilan konten. Mulai gaya berpakaian ala buruh serabutan, hingga background tembok berhias poster usang huruf ABC khas bapak muda proletarian.
Gitar yang seharusnya digenjreng dan dipetik menggunakan jemari, dengan kengawuran luar biasa, justru digesek menggunakan tongkat kecil yang sialnya, mampu mengeluarkan bunyi teramat memukau.
Gesekan demi gesekan tongkat kecil pada senar gitar itu, menciptakan suara senar yang tersengau-sengau nan ritmis, membentuk orkestrasi nada orkestra yang menyentak telinga.
“Ini antena.” Kata lelaki itu menghentikan permainan, seraya mengolor tongkat kecil yang ternyata antena radio.
Saya yakin, para penonton YouTube yang budiman pasti ngakak tak beraturan, saat lelaki bernama Alif itu mengatakan kata “antena”. Lha wong antena radio bisa diajak main gitar layaknya biola, Je.
Itulah sosok keren bernama lengkap Alif Gustakhiyat. Pria asli Ponorogo itu, menjadi kreator YouTube yang amat dinanti-nanti karyanya. Dia lah sosok primadona per-youtube-an untuk urusan gegitaran.
Yang menjadikan Alif begitu keren di mata para penontonnya, atau setidaknya di mata saya, adalah di awal kemunculannya, dia jarang berbicara. Nyel langsung main gitar begitu saja. Dan enak didengar.
Selain itu, dia juga tak pernah mengajak orang yang menonton YouTubenya untuk subscribe, comment, like and share layaknya youtuber peminta sumbangan yang ada di muka bumi ini. Tidak pernah sama sekali. Bahkan hingga hari ini.
Alif pertamakali meng-upload karyanya di YouTube pada Juli 2018. Hingga saat tulisan ini ditulis, jumlah subscribers Alif sebanyak 1,7 juta dengan hanya 82 video di dalamnya. Hebatnya, komentar di tiap kontennya selalu ribuan.
Tak hanya orang-orang biasa yang berkomentar kagum pada Alif. Tapi banyak musisi terkenal Indonesia maupun luar negeri yang memberi apresiasi dan terkagum padanya.
Jika Nabsky tergolong orang yang minim rasa nasionalisme pada Indonesia, coba tengok YouTube Alif Ba Ta dan lihatlah komen yang ada di bawahnya. Niscaya kebanggaan akan Indonesia, bisa merasuk di hatimu begitu saja.
Bukan hanya orang-orang besar dan seniman populer Indonesia yang berkomentar. Seniman populer hingga seniman indie luar negeri juga kerap mengungkapkan kekaguman pada Alif.
Orang-orang barat dan Rusia — yang konon selalu kita kagumi itu — kerap berkomentar terkait kekaguman mereka pada Alif. Saya tak yakin mereka mengenal Indonesia. Tapi, dengan mengenal dan mengagumi Alif, setidaknya sudah cukup menggembirakan.
Selain banyak yang berkomentar positif, banyak pula yang membikin video reaksi atas karya-karya Alif. Banyak sekali yang membikinnya. Tak hanya dari dalam negeri, tapi juga luar negeri.
Saking banyaknya, hingga muncul video-video editan yang seolah-olah, orang-orang populis macam Jokowi dan Slash terkesima berbengong-bengong menonton Alif.
Saya percaya, meski tanpa ada video editan tersebut, siapapun akan terbengong melihat kelihaian Alif memainkan gitar secara di luar kewajaran tersebut.
Apa yang membuat Alif begitu dikagumi dan membuat banyak orang terbengong?
Kesederhanaan. Orisinalitas. Simple dan minim editan. Dan tak meminta-minta penonton untuk menyumbang like, comment and subscribe layaknya youtuber pada umumnya.
Kesederhanaan Alif mawujud pada seluruh tampilan konten. Mulai gaya berpakaian ala buruh serabutan, hingga background tembok berhias poster usang huruf ABC dan Hijaiyah khas bapak muda proletarian.
Orisinalitas karya Alif hadir di tiap konten coveran lagu yang dia bawakan. Dengan style malas-malasan dan iseng pol-polan, gerak jemari Alif selalu menimbulkan nada unik pembentuk harmoni yang bakalan sulit ditiru.
Video Alif juga amat simpel dan minim editan. Tengok saja coveran lagu Kasih Tak Sampai (Padi) atau Kereta Tiba Pukul Berapa (Iwan Fals), bisa-bisanya Alif menaruh sebatang rokok yang menyala di celah senar.
Selain iseng tak beraturan, itu menampakkan betapa gambar tersebut minim editan. Sebab, asap rokok ikut bergerak.
Tak selamanya Alif tak mengeluarkan suara. Pada sebuah konten, Alif memainkan lagu Toxicity-nya System of A Down sambil merem-merem nyanyi kayak Sandy Sandoro. Lucu-lucu asik tapi tetap keren.
Alif lihai me-fingerstyle-kan bermacam jenis musik. Pop. Rock. Dangdut. EDM. Orkestra. Apapun, asal berwujud nada, bisa dikelola dengan memukau tanpa menanggalkan unsur sederhana yang membabi-buta.
Alif, misalnya, bisa memperlakukan gitar layaknya kecapi pada lagu Sadness and Sorrow (Ost Naruto) dan theme song-nya The Godfather.
Atau menjadikan gitar menjadi turntables dalam lagu Kal Ho Na Ho dan menggunakan semua bagian gitar sebagai sumber bunyi pada lagu Lyly-nya Alan Walker — bahkan tuner gitar pun bisa mengeluarkan suara yang asik.
Terlepas dari betapa bagusnya konten yang dibikin Alif, satu hal yang amat spesial— Alif tak pernah meminta siapapun untuk memberi like, comment atau subscribe. Mereka yang memberinya tiga hal itu, murni tanpa paksaan.
Dan yang paling menyenangkan, kolom komentar selalu dipenuhi komentar-komentar positif penuh ilmu pengetahuan. Cukup baca komentar sudah bisa merasakan nikmatnya ikut seminar internasional.
Kau boleh coba ngeklik konten apa saja yang ada di dalam akun Alif. Saya tak perlu merekomendasikan lagu apapun. Sebab, hampir semua konten, menurut saya, sangat memukau.
Karir Alif di dunia per-youtube-an berawal dari akun Facebooknya yang dibuat pada 2018, Alief mengunggah banyak penampilannya bermain gitar dengan lagu-lagu pilihannya sendiri.
Ternyata, respons warganet yang melihat aksinya bermain gitar, bertambah banyak.
Tak sedikit komentar yang memintanya membuat akun YouTube. Sebab selain
banyak yang mengapresiasi, dari YouTube juga bisa menghasilkan pundi-pundi uang setiap bulan.
Alif pun membuat akun YouTube Alip_Ba_Ta. Tujuan awal Alief buat akun itu hanya menyalurkan hobinya bermain gitar. Hingga akhirnya, keuntungan dari YouTube mengikutinya tanpa ia harus berambisi mengejarnya.
Selain rendah hati dan tak banyak bicara, Alif juga kerap memberitahu followers teknik dan cara dia merekord dan memproduksi konten yang sekadar pakai hape dan mic beserta aplikasi edit video biasa.
Cara dia menjelaskan, membikin orang nggak sungkan mendengarkan. Ceplas-ceplos penuh kesunyian dan sesekali kata “jancuk” mbrosot dari mulutnya: khas arek Jawa Timur.
Bagi saya secara personal, Alif tak hanya memberi hiburan alternatif. Tapi juga menunjukkan wajah Indonesia di belantara dunia. Tentang kreativitas menyiasati keterbatasan.
Tiap kali melihat penampilan Alif, selalu membuat saya merasa, begitulah seharusnya Indonesia. Sederhana dan lihai menyiasati keterbatasan. Jeli mengelola kekurangan. Dan percaya diri pada apa yang dimiliki. Karena sesungguhnya, kreativitas dan keanggunan akan tetap tampak meski dalam kesederhanaan.