Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Cecurhatan

Apa Salahnya Menjadi Bucin?

Bakti Suryo by Bakti Suryo
January 31, 2020
in Cecurhatan
Apa Salahnya Menjadi Bucin?
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Menikmati kemerdekaan individu semasa muda. Bahagia dengan cara menjadi budak cinta. Yang merdeka, berdaulat, adil dan sejahtera.

Awan Desa Menilo, Soko, Tuban berubah kelabu. Isyarat langit akan menurunkan hujan. Di bawah mendung, sekelompok pemuda duduk melingkar. Berdiskusi di teras surau, tepat di samping Petilasan dan Pertapaan Raden Said atau Sunan Kalijaga.

Tepatnya, ada 7 pemuda di surau keramat itu. Mendung bukan masalah bagi mereka. Hujan, gluduk, kilat atau petir pun tidak. Hanya ada satu kendala kecil, lingkaran tidak genap tanpa kehadiran Faisal Adi Saputra.

Faisal seorang pemuda progresif. Masa perkuliahan dia habiskan untuk berorganisasi. Proker demi proker kerap dia jalankan. Selama ini, pendidikan otak menjadi prioritas. Hingga mendidik hati pun terabaikan.

Kamis terakhir di Januari 2020 siang, Faisal tidak bisa bergabung dalam diskusi. Dia harus menghadiri sebuah acara. Eh, bukan! Dia harus mengejar cintanya. Dia kejar cinta hingga Bakalan, Madura.

Sebelum berangkat, Faisal sudah berpamit dan minta izin. Demi cinta, 7 pemuda forum mengizinkan.

Katanya, yang muda yang bercinta. Seperti judul lagu dari band anak skena, Blingsatan. Lagu itu sangat mewakili kondisi anak muda saat ini. Termasuk Faisal.

Bukan salah Faisal harus meninggalkan forum rutin kamisan. Satu atau dua kali. Bahkan tiga kali. Tapi jangan empat kali, bisa kafir kalau diteruskan ~

Kebebasan setiap individu harus ada. Termasuk kebebasan dalam menikmati jatuh cinta. Ia tidak boleh dibatasi. Bahkan, dalam bentuk stigma. Apalagi dengan sebutan Budak Cinta atau Bucin.

Apa salahnya menjadi Bucin? Jika itu bisa memberikan kebahagiaan, mengapa tidak? Seperti yang dirasakan Faisal. Menikmati kemerdekaan individu semasa muda. Bahagia dengan cara menjadi budak cinta. Yang merdeka, berdaulat, adil dan sejahtera.

Bucin bukan sesuatu yang buruk. Pun laku yang harus dihakimi pergaulan atau netijen. Menjadi bucin adalah kebebasan. Mencintai dan dicintai adalah kebutuhan. Bisa dibilang hak asasi manusia. Tapi kalau mencintai lalu dikhianati, beda urusan.

Siapa yang tak mengenal sufi hebat asal Persia, Jalaluddin Rumi? Rumi pun seorang budak cinta. Tapi Rumi tak membucin pada manusia kayak kamu. Rumi membudak pada sang maha cinta. Lha kamu?

Sosok Rumi mampu melahirkan karya sastra yang hebat. Sajak-sajak miliknya dipenuhi cinta. Setiap katanya mampu menggetarkan hati manusia. Itulah kegilaan menjadi budak cinta. Lha kamu, alih-alih menggetarkan hati, menggetarkan perhatian si dia aja nga ~

Selain itu, masih banyak kisah budak cinta lainnya. Bahkan, menjadi kisah cinta dramatis nan abadi. Misalnya kisah Romeo dan Juliet atau Layla dan Qais si Majnun. Juga, kisah cinta Jack dan Rose di film legendaris, Titanic.

Kisah para budak cinta tersebut menjadi karya besar. Abadi di dalam ingatan penikmat cerita. Baik pembaca buku atau penonton film. Meski sesungguhnya menyimpan kelam yang amat paripurna.

Tapi, bukankah kita memang harus belajar dari orang lain. Biarkan orang lain yang bersedih, kita cukup belajar dari kesedihan dan kegetiran mereka. Bukan begitu, wahai manusia oportunis materialistis?

Lalu, kenapa harus merasa gerah saat seorang teman menjadi bucin? Itu hal lumrah baginya. Biarkan dia menikmati kebahagiaannya. Sebagai teman cukup memberikan dukungan. Seperti yang dilakukan 7 pemuda pada Faisal di surau tersebut.

Cinta adalah daya kekuatan besar yang berada di dalam diri. Ia bisa membangun atau menghancurkan. Itu terserah pada si pemilik cinta. Menjadi budak cinta pun sebuah pilihan. Membudak menuju bahagia atau menuju kekecewaan?

Dan memang, menjadi budak cinta tak boleh sembarangan. Pasalnya, setiap zaman memiliki standard norma yang berbeda. Norma itu yang menjadi batasan. Ini supaya kegilaan para bucin tidak merusak pola masyarakat.

Bebas bercinta bukan berarti menghalalkan segala perilaku atas nama cinta. Atau menyombongkan diri atasnya. Sebab di balik kekuatan cinta, harus melahirkan kebaikan. Baik bagi pencinta, baik bagi lingkungan dan baik bagi para tetangga.

“Orang ketemu di suatu organisasi, lalu mereka jadian. Jika organisasi itu tumbuh dan berkembang, itu namanya cinta. Kalau setelah jadian mereka menghilang dari organisasi, itu bukan cinta,” ucap Sudjiwo Tedjo saat menjadi pembicara di sebuah kegiatan di Universitas Airlangga, Surabaya.

Pernyataan Presiden Jancuker tersebut tentu dipahami 7 pemuda di surau tadi. Karena itu, Faisal yang menjadi bucin bukan masalah. Meski proses diskusi rutin kamisan dihelat tanpa dia.

Bahkan, para pemuda itu berharap Faisal merasa bahagia. Kebahagiaan menjadi sahih saat tertular pada lingkungan sekitar. Jika seorang bucin lepas dari lingkaran pergaulan, pastinya ia akan kembali saat dipatahkan tuannya. Tenang saja.

Tags: BucincintaMasa Muda

BERITA MENARIK LAINNYA

Writing Tresna Jalaran Seka Kulina
Cecurhatan

Writing Tresna Jalaran Seka Kulina

January 23, 2021
Problematika Petani di Era Pandemi
Cecurhatan

Problematika Petani di Era Pandemi

January 19, 2021
Menakar Logika dalam Penangkapan Warga yang Melangsungkan Hajatan di Tengah Covid-19
Cecurhatan

Menakar Logika dalam Penangkapan Warga yang Melangsungkan Hajatan di Tengah Covid-19

January 17, 2021

REKOMENDASI

Perempuan 23 Januari dan Ingatan yang Terus Menghantui 

Perempuan 23 Januari dan Ingatan yang Terus Menghantui 

January 23, 2021
Writing Tresna Jalaran Seka Kulina

Writing Tresna Jalaran Seka Kulina

January 23, 2021
Daftar Makhluk Tercepat di Dunia dan Apa Signifikansinya Buat Hidupmu

Daftar Makhluk Tercepat di Dunia dan Apa Signifikansinya Buat Hidupmu

January 22, 2021
Penemuan Gunung Vulkanik dan Potensi Mencairnya Ratusan Gunung Es Raksasa

Penemuan Gunung Vulkanik dan Potensi Mencairnya Ratusan Gunung Es Raksasa

January 21, 2021
Peduli Banjir Kalimantan Selatan, Asschol Kalsel Satukan Tekad Bantu Sesama

Peduli Banjir Kalimantan Selatan, Asschol Kalsel Satukan Tekad Bantu Sesama

January 20, 2021
Egoisme Psikologis dan Kisah Abraham Lincoln

Egoisme Psikologis dan Kisah Abraham Lincoln

January 20, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved