Bayangkan bila kamu jadi corona, atau nasibmu diubah menjadi corona — serupa Gregor Samsa dalam Metamorfosis. Apa yang akan atau ingin kamu lakukan?
Corona, corona, dan corona. Begitulah pembahasan-pemberitaan-sorotan yang tiada hentinya dituang dalam lini masa harian, dalam konteks apapun, tanpa pertimbangan efek dan dampak psikologis bagi penerima informasinya.
Seolah virus itu ciptaan ataupun mahakarya yang wajib untuk jadi topik dan ulasan, -eh, soal MU saya juga kerap begitu sih. Tapi saya kini coba memutar otak, seonggok mustika yang jarang diajak senam ini.
Kini saya coba untuk adil haiissh, kejeron. Bukan adil yang sesungguhnya, namun hanya sekadar untuk adil. Sebab dalam melaksanakan hidup ada tuntutan untuk adil sejak dalam pikiran— halah, luweh kejeron iki.
Namun begitulah, kodratnya manusia hanya bisa berusaha untuk adil, bukan adil yang sebenar-benarnya. Sebab bisa jadi yang tidak adil itu adalah keadilan, dan yang adil itu disebut tidak adil.
Sebab, adil itu bias dan makna adil itu lebih sangat bias. Coba saja tanya sosiolog atau ahli hukum soal adil di manapun, pasti beda jawabannya. Duh pembasahan, eh pembahasan melenceng. Kongkritnya, aku ingin mencoba bertindak adil soal corona. Masih mencoba, dan dan masih soal corona lagi. Ah, payah..
Langsung ‘to the point’, corona adalah virus dan masuk kategori sebagai virus. Virus yang kini dilawan dan diperangi oleh negara manapun, wilayah manapun, kawasan manapun, bahkan juga oleh siapapun.
Eh ralat, mungkin ada juga yang tidak, tapi tidak masalah, negara kita masih menganut prinsip demokrasi kok. Namun seapapun demokrasi sebuah wilayah atau apapun yang dipimpin atau punya pimpinan, aku yakin pasti pimpinannya menyiapkan pertarungan melawan corona.
Entah melawan corona, entah melindungi diri melawan corona, entah melawan serta melindungi diri dari corona. Bukan hanya pimpinan, mayoritas orang pun sepertinya juga melakukannya, bahkan media, persentase liputan tertingginya juga tentang corona.
Dan semua bisa dipastikan titik persoalannya sama, adalah ‘kejahatan’ corona. Iya ‘kejahatan’, tidak mungkin ‘kebaikan’ corona. Gambaran kurang-lebihnya, seolah corona itu buas, keji, kejam, mengerikan, menakutkan, membahayakan, mematikan, dan semacamnya. Dalam hal ini, saya tidak terlalu seperti itu.
Saya ingin melihat corona sebagai virus, dan setidaknya ia adalah virus. Saya juga ingin melihat virus sebagai makhluk hidup, atau setidaknya ia sesuatu yang bisa hidup.
Salah satu prinsip agar hidup adalah berusaha bertahan hidup, berusaha melindungi diri, dan berusaha melawan ancaman; seperti yang dilakukan manusia saat menghadapi suatu marabahaya atau yang maha-bahaya.
Lha sekarang ini melakukan pertempuran dan lawannya adalah kehidupan virus yang disebut corona. Dan kini saya memutar otak serta mencoba untuk adil, seperti di awal tadi.
Dan dalam posisi tersebut, saya ingin melihat bahwa corona sedang berusaha bertahan hidup, berusaha melindungi diri, dan berusaha melawan ancaman, sebab corona, saya rasa juga memiliki hak untuk hidup dan berkehidupan.
Mungkin corona ingin seperti manusia, sebagai makhluk hidup yang memadati bumi, atau mungkin hanya ingin hidup atau berkehidupan saja. Tapi yang pasti mereka juga memiliki prinsip hidup, seperti manusia yang mencoba bertahan hidup.
Namun nahas, hidup mereka yang baru saja muncul, langsung dengan sekejap dilawan oleh kebanyakan orang dan kebanyakan kawasan. Mereka, corona itu, yang baru hadir di dunia, harus diperangi sampai mati sampai tiada lagi di dunia ini.
Nahas juga nasib corona itu, baru tiba langsung diusir dan disuruh pergi, parahnya lagi dicari hingga sampai mati. Corona, corona, malangnya nasibmu.
Saya membayangkan, bagaimana bila nasib seseorang atau kamu ditukar dengan nasib corona? Atau bagaimana jika seseorang — tanpa sadar— berubah menjadi corona? Atau tiba-tiba diubah menjadi corona?
Serupa Gregor Samsa, yang suatu hari menemukan dirinya tiba-tiba berubah menjadi kecoak raksasa — dalam cerita pendek tapi panjang berjudul Metamorfosis karya Franz Kafka.
Lantas, dalam kondisi itu, apakah seseorang itu atau kamu bakal ikut kebanyakan orang dan kebanyakan kawasan yang ingin membantai dan mematikanmu, atau seseorang itu atau kamu mencoba terus bertahan hidup dan berkehidupan?
Sehingga, cobalah berusaha untuk adil kepada sekecil apapun makhluk, termasuk corona. Setidaknya, bayangkan bila kamu jadi corona, atau nasibmu diubah menjadi corona. Seperti Gregor Samsa dalam Metamorfosis.
Lalu apa yang akan kamu lakukan? dan apa yang kamu inginkan? saat menjadi corona. Sekian.