Syekh Ibrahim Ad-Dasuqi alias Imam Dasuqi (1255-1296 M) merupakan pendiri Thariqah Dasuqiyah. Beliau satu di antara Quthubul Arba`ah (4 Wali Quthub Dunia). Kemasyhuran ini bukan sekadar klaim golongan melalui dongeng-dongengan, tapi konsensus ilmiah para ulama dari zaman ke zaman.
Syekh Ibrahim Ad-Dasuqi memiliki nama lengkap Syekh Asy-Sayyid Ibrahim bin Abdul Aziz al-Qurasyi ad-Dasuqi al-Husaini asy-Syafi’i. Beliau merupakan ulama besar dzuriyah Kanjeng Nabi Muhammad Saw. dari jalur sadah Al Husaini.
Nasab Lengkap Imam Dasuqi
Ibrahim Ad Dasuqi bin Abdul Aziz bin Quraisy bin Muhammad bin Abi An Naja bin Zainal Abidin bin Abdul Khaliq bin Muhammad bin Abdul Katim bin Abdul Khaliq bin Abi Qasim bin Ja’far Zaki bin Ali bin Muhammad Jawwad bin Ali ar Ridha bin Musa Kazhim bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah binti Muhammad SAW.
Penulisan Seri Wali Quthub Dunia ini bertujuan memperkenalkan generasi muda pada figur Wali Quthub yang diakui secara konsensus dari zaman ke zaman. Sehingga tak mudah terbuai pada kisah-kisah hiperbolis yang sering meng-Quthub-quthubkan tokoh tertentu, hanya karena kebanggaan pribadi.
Baca juga: Biografi Sayyid Ahmad Badawi, Seri Wali Quthub Pendiri Thoriqoh Mu’tabaroh (3)
Dalam kitab Qiladah al-Jawahir, Syekh Abu al-Huda al-Khalidi ash-Shayyadi mengemukakan terdapat empat Wali Kutub tertinggi yang menjadi poros ilmu tarekat dan hakikat sepanjang masa, yaitu Syekh Ahmad ar-Rifa’i, Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Syekh Ahmad al-Badawi dan Syekh Ibrahim ad-Dusuqi.
Dalam jajaran Quthbul Arba’ah, Sayyid Ibrahim Ad Dasuqi adalah Quthub keempat dan yang terakhir, setelah Sayyid Ahmad al-Badawi, Sayyid Ahmad Ar-Rifa’i, dan Sayyid Abdul Qadir al Jailani. Ini bukan sekadar klaim. Tapi konsensus ulama-ulama tasawuf dunia.
Informasi ilmiah ini tercatat secara empiris pada sejumlah kitab. Di antataranya; Kitab al-Ayatuzzahirah fi Manaqib al-Awliya’ wal-Aqthab al-Arba’ah karya Assayyid Mahmud al-Garbawi dan Kitab Farhatul-Ahbab fi Akhbar al-Arba’ah al-Ahbab karya Assayyid Abul Huda Asshayyadi.
Sayyid Ibrahim Dasuqi memiliki hubungan satu nasab dengan Quthbul Arba’ah yang ketiga, yakni Sayyid Ahmad Badawi. Silsilah nasab keduanya bertemu pada kakek ke-sepuluh yang bernama Sayyid Jakfar Zaki bin Ali al-Hadi.
Sayyid Ibrahim Dasuqi juga memiliki hubungan saudara dengan Sayyid Abul Hasan Asy-Syadzili (muasis Tarekat Syadziliah). Ibunda Sayyid Ibrahim Ad-Dasuqi yang bernama Syarifah Fatimah binti Abdullah, adalah saudara kandung dari Sayyid Abul Hasan Asy-Syadzili.
Sayyid Ad-Dasuqi merupakan pendiri thoriqoh mu’tabaroh yang dikenal dengan Thoriqoh Dasuqiyah. Dalam dunia tasawuf, thoriqoh merupakan jalan yang ditempuh seorang hamba menuju ridha Allah. Mu’tabaroh adalah thoriqoh yang masyhur dan diakui secara konsensus ilmiah, memiliki sambungan sanad (mata rantai) sampai Rasulullah SAW.
Sayyid Ad-Dasuqi memiliki banyak julukan. Di antaranya Abu al-Ainain, Syekhul al-Islam, Rais ad-Diwan, Qutub al-Aqtab, Burhan Millah Waddin, Qutubud Dakwah Wal Irsyad, Qutubul Fard al-Jami’ al-Hasib an-Nasib al-Labib as-Syarif, Kibarul Arifin, hingga Hujjatut Tauhid.
Selain memiliki banyak julukan, ia masyhur memiliki banyak karomah. Namun, terlepas banyaknya karomah yang melekat, satu hal yang harus dipahami, beliau sosok ulama intelektual; mengalami proses tarbiyah (pembelajaran), memiliki banyak karya ilmiah, dan memiliki banyak santri-santri ilahiyah.
Guru-guru Sayyid Ibrahim Ad-Dasuqi
Sayyid Ad-Dasuqi memiliki sangat banyak guru. Di antara yang masyhur dan tertulis dalam kitab adalah Syekh Nuruddin Abdushomad Al Nazhari, Syekh Hasan Asy-Syadzili, Syekh Ahmad Al Badawi, hingga Syekh Ahmad Ar-Rifai.
Karya-karya Sayyid Ad-Dasuqi
Sayyid Ad-Dasuqi meninggalkan banyak kitab dalam bidang fiqih, tauhid, dan tafsir. Di antara yang terkenal adalah Kitab Al Jawahir atau Kitab Al-Haqaiq, dan juga Qasidah. Beliau juga mewariskan sejumlah formula sholawat. Di antaranya Shalawat Dzatiyah Ahadiyah.
Murid-murid Sayyid Ad-Dasuqi
Semua pengamal Tarekat Dasuqiyah adalah santri dari Sayyid Ad-Dasuqi. Untuk diketahui, Tarekat Dasuqiyah biasa disebut Tarekat Ibrahimiyah (diambil dari nama pendirinya, Ibrahim Ad-Dasuqi). Tarekat Dasuqiyah juga biasa disebut Tarekat Burhaniyah (dari nama panggilan Ibrahim ad-Dasuqi, yaitu Burhanuddin).
Sang Pembelajar Tiada Henti
Sayyid Ibrahim ad-Dasuqi sosok pembelajar tiada henti. Ia pertamakali belajar pada Syekh Nuruddin Abdushomad al-Nazhari dan sang paman, yakni Sayyid Abul Hasan al-Syadzili. Pada mulanya, Ibrahim Ad-Dasuqi adalah murid dari pamannya, Sayyid Abul Hasan Asy-Syadzili, pendiri Tarekat Syadziliyah.
Ia belajar pada Imam Asy- Syadzili bersama Syekh Abul Abbas al-Mursi (pengganti al-Syadzili, w. 1287 M), sampai memperoleh ijazah untuk mengajarkan Tarekat Syadziliyah.
Namun, ia tak puas mempelajari satu tarekat saja. Ia pun mempelajari Tarekat Badawiyah pada pendirinya, yakni Sayyid Ahmad al-Badawi (Maroko, w. 1276 M), yang bertempat tinggal di Thanta (Mesir). Di sana, ia pun memperoleh ijazah untuk mengajarkan Tarekat Badawiyah.
Setelah belajar Tarekat Badawiyah, ia mempelajari Tarekat Rifa’iyah yang kala itu sangat populer di Mesir. Terutama karena keunikannya dalam mengajarkan seni debus dan kekebalan terhadap benda-benda tajam.
Tarekat Rifa’iyah dipelajari Sayyid Ad-Dasuqi dari sang paman, Sayyid Abul Hasan Asy Syadzili. Di samping itu, Ad-Dasuqi juga mempelajari tarekat itu dari Sayyid Ahmad al-Badawi, yang menerima baiat secara langsung dari pendirinya, Sayyid Ahmad Ar-Rifa’i.
Tak berhenti di sana. Sayyid Ad-Dasuqi juga mempelajari Tarekat Suhrawardiyah. Beliau tak mempelajari tarekat ini pada sang pendiri, Syihabudin Suhrawardi (1155 – 1191 M), tapi dari Najmuddin Mahmud al-Isfahani, seorang sufi yang merupakan murid dari Syekh Suhrawardi.
Dari kajian panjang tentang tarekat yang telah dipelajarinya itu, Sayyid Ad-Dasuqi merumuskan tarekat sendiri, yang mengajarkan zikir, doa, dan hizib (sejenis wirid). Ajaran ini, kelak disebut Tarekat Dasuqiyah. Tarekat ini berkembang di Mesir. Pada abad ke-19 telah meluas ke Suriah, Hijaz, dan Hadhramaut.
Sayyid Ad-Dasuqi dan para pengikutnya (Tarekat Dasuqiyah) memakai serban berwarna hijau. Sementara Sayyid Al Badawi dan para pengikutnya (Tarekat Badawiyah) memakai serban warna merah. Sedangkan Sayyid Ar-Rifai dan para pengikutnya (Tarekat Rifaiyyah) memakai serban warna hitam.