Ada atau tidak ada musibah, semua akan berubah. Akan ada perubahan. Entah dalam hal apapun. Seperti usia yang diam-diam tak pernah sama di tiap jengkal waktunya.
Bulan puasa menjadi bulan yang selalu dinanti kehadirannya, banyak cerita banyak kegiatan yang mengasyikkan secara sosial. Secara spiritual, bulan puasa juga menjadi bulan yang mendatangkan keberkahan.
Banyak orang berlomba melakukan kebaikan, banyak hal yang bisa dilakukan dan pahala yang didapatkan bisa dilipat gandakan. Tapi, semut pun tahu kalau bulan puasa kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Bulan puasa kali ini lebih sepi daripada bulan puasa sebelumnya. Bukan hanya itu, tahun ini tak ada penantian mudik bagi sanak saudara dari kejauhan. Kini tak lagi dijumpai terminal padat orang yang akan mudik. Stasiun sepi. Bandara sama saja.
Biasanya banyak berita mengenai jalan tol yang kian hari kian mengalami kemacetan yang cukup parah, stasiun mulai banyak kehabisan tiket. Kini sunyi sepi tiada berita itu. Yang muncul saat ini hanya berita kesembuhan, kematian, dan terpapar Virus corona.
Hanya sesaat diselingi dengan berita mudik lebaran karena bapak presiden telah menetapkan untuk setiap orang dilarang mudik mulai tanggal 24 April 2020 kemarin.
Banyak jalan tol yang ditutup. Mereka yang menuju ke arah timur diharuskan kembali ke arah barat. Mereka yang dari timur mau ke barat harus berputar setir kembali ke timur. Semua dilakukan demi kebaikan keluarga masing-masing pemudik yang akan pulang.
Tak seorangpun menghendaki adanya bencana corona ini. Tapi tidak dapat disangka, pada dasarnya Covid juga memberi nilai positif tersendiri. Ia membuat orang lebih memperbanyak ibadah dan doa.
Banyak orang berdoa semoga adanya ramadhan wabah ini bisa segara teratasi dan segera terselesaikan, namun semua tentu kuasa Allah, Allah masih belum mengizinkan untuk wabah ini segera pergi dari dunia ini.
Jika mau mengambil sisi positif, seharunya setiap manusia lebih memperbanyak amalan-amalan yang bisa digunakan sebagai bekal di kehidupan kemudian hari. Perbanyak mengaji, dan semakin ditingkatkan dalam menjalankan ibadah.
Tapi, tak sedikit pula yang tak beribadah justru karena adanya Corona. Memang segalanya tergantung individu. Tergantung masing-masing. Perubahan hanya variabel hidup saja. Dan ia niscaya ada. Pasti ada.
Ada musibah atau tidak ada musibah, semua akan berubah. Akan ada perubahan. Entah dalam hal apapun. Seperti usia yang diam-diam tak pernah sama di tiap jengkal waktunya.
Dan, musibah harus jadi pengingat diri akan sebuah kewajiban dan tugas kemanusiaan yang terpanggul dalam bahu kita. Apapun itu. Sebagai manusia, kita hidup bukan cul-culan begitu saja. Tapi ada tugas yang harus diemban.
Eko Prasetyo, mahasiswa Sosiologi Unair Surabaya. Ketua UKM Tapak Suci Unair.