Di tangan Lord Didi Kempot, musik Campursari tak berdiri sendiri. Ia berevolusi menjadi makhluk beringas melodius bernama Emo yang mampu membetot hatimu.
Sekian lama bergelut dalam dunia musik dan tarik suara, wabilkhusus mazhab Campursari, kini, the Godfather of Broken Hearted, Didi Kempot, kembali berkarya untuk para Sad Bois di dunia maya maupun nyata.
Di tengah kegalauan yang melanda pemuda dan pemudi. Sosok Didi Kempot yang dijuluki sebagai the Godfather of Broken Hearted kembali muncul dengan karya baru yang menyobek-nyobek perasaan.
Menilik cuitan akun twitter @didikempotid, Pak Didi telah membuahkan single baru bagi para penggemarnya. Musik yang diusung tetap sama. Campursari-Emo-wannabe dibalut dengan lirik bahasa Jawa.
“TATU, lagu anyar iki tak tulis spesial kanggo sad bois kabeh, sing ternyata cacahe akeh. maturnuwun dukunganmu, sing ngobong semangatku.
versi utuhe, tunggunen. ora bakal suwe.
maturnuwun,” tulisnya.
Bagi yang tidak mengerti bahasa Belanda, eh, Jawa. Akan saya artikan biar tidak cidro-sakdowone-mongso-rendeng-ganti-ketigo. Jadi, intinya, Didi Kempot menulis lagu berjudul Tatu. Dipersembahkan untuk semua penggemarnya.
Nabs, kau tahu, fans garis keras Lord Didi dijuluki Sad Bois — sebuah nama yang nggak geme-geme, tentu saja. Lord Didi merasa senang dan sangat berterima kasih berkat hadirnya Sad Bois. Bahkan, dia kian bersemangat lagi menelurkan karya.
Bagi yang penasaran dengan karya baru Didi Kempot. Bisa kamu dengarkan di Youtube. Masih hangat. Baru sehari kemarin dirilis. Saat ini, musik video berjudul Tatu itu telah dilihat sebanyak 63 ribu sekian.
Nama Didi Kempot kembali mencuat. Sejak menjadi trending topik twitter. Hingga mendapat berbagai julukan yang dinobatkan oleh netizen. Mulai dari Bapak Patah Hati Nasional. Hingga The Godfather of Broken Hearted.
Mulai berkarier pada 1989. Didi Kempot dikenal sebagai musisi Campursari. Seniman asal Solo, Jawa Tengah ini, sudah menetaskan tujuh buah album. Serta puluhan single hit bermazhab Campursari.
Biasanya, anak muda lebih dentik dengan musik berdistorsi sebab dirasa bisa membakar semangat. Ternyata, itu dulu. Sekarang, anak muda nggak perlu malu-malu lagi untuk mendengarkan musik Campursari sambil headbang.
Di tangan Lord Didi Kempot, musik Campursari tak berdiri sendiri. Ia berevolusi menjadi makhluk beringas melodius bernama Post Emo atau Post Grindcore yang mampu meng-headbang dan membetot hatimu.
Mendengar lagu-lagu Didi Kempot, dalam konteks tertentu, sama plek saat mendengar lagu Emo. Atau bahkan, ini sudah masuk Post Emo. Sebab, selain bawaannya pengen mewek, juga pengen melempar poni untuk menutupi mata yang sembab akan air mata.
Bahkan kalau kamu lihat video live Didi Kempot terbaru yang seliweran di media sosial, barisan terdepan konser kini lebih dominan anak-anak muda. Tidak seperti dulu yang didominasi oleh orang-orang tua.
“Yang saya kagumi ternyata anak-anak muda di negeri ini masih sangat mencintai budayanya sendiri,” ujar Didi Kempot dalam sebuah wawancara.
Patah hati ala Didi Kempot justru memperlihatkan bahwa masih banyak anak negeri ini yang mencintai budaya negeri sendiri. Boleh patah hati, asal tetap semangat agar bisa berkarya.
Salam sobat ambyar!!!