Karena kamu adalah diri sendiri.
Pikiran saat ini sedang terombang-ambing. Kamu seakan-akan bingung, tidak bisa berkutik dalam hal apapun. Kamu sebenarnya bisa, tapi kenapa, kamu mau menyerah. Itu sebenarnya salah.
Tugas yang kamu selesaikan baru sedikit, namun, kegiatan yang harus kamu ikuti, sangatlah banyak sekali. Layaknya wadah air yang tidak mampu menampung banyaknya air, amber kocar-kacir.
Kamu baru saja menyelesaikan tugasmu, dalam organisasi harus sesuai dengan tupoksinya. Jangan berebut bagian, apalagi jabatan, wqwqwq.
Pelaksanaan acara Pelatihan Manajemen Tata Organisasi (PMTO) dan harlah ke-14 organisasimu, yang harus kamu selesaikan.
Pekerjaan kian menumpuk dalam otakmu. Kamu berandai-andai, akan menyelesaikan tugasmu pada malam hari nanti. Tetapi tugas semakin banyak.
Otakmu tidak mampu menampungnya. kian lama terasa mau pecah.
Bertahan dalam sebuah tempaan organisasi. Kamu harus menahan. Yakni tirakat, bukan sekedar manahan saja, tapi juga belajar dan terus belajar. Tanpa ada kata menyerah dalam hal itu.
Sekolah Literasi Guratjaga. Juga menempa dirimu, untuk belajar mencoba. Mencoba menelisik dirimu dari dunia lain. Kamu harus membelah dirimu, menjadi bagian-bagian yang bisa melihat dirimu sendiri.
Orang jawa menyebutnya,`rogoh sukmo` rogoh yang berarti memecah. Dan sukmo berasalah dari kata `suk` berarti masuk dan `mo` yang berarti melihat dirimu sendiri.
Masuk dan bisa melihat secara jelas dirimu sendiri, Nabs. Jika tidak kamu sendiri, lantas siapa yang bisa melakukannya. Siapa lagi? Orang lain tidak bisa. Apalagi orang sakti, atau dukun. Halah, itu sangatlah tidak bisa.
Jika kamu sudah melihat dirimu sendiri, pastinya kamu bisa mendeskripsikan dirimu lewat sebuah tulisan. Dan kamu berlayar dalam dunianya.
Pagi yang berganti siang, kamu kebingungan, mau menulis tentang apa.
Sedangkan, tugas sekolah literasi Guratjaga, nanti malam harus menyetorkan dan membaca tulisanmu secara bergantian sema’an.
Badan kamu serasa ingin kamu belah, jika kamu mempunyai ilmu membelah dirimu. Pasti kamu langsung melakukannya, wqwqwq.
Dirimu juga masih menyempatkan menulis, walaupun pikiran diambang kebingungan. Kamu harus merenung untuk menuangkan huruf demi huruf, hingga melahirkan sebuah karya.
Sulit, iya itu juga sulit. Tetapi, juga tidak sulit amat. Jika kamu tidak bisa menyelesaikan tugas demi tugas, kamu adalah orang yang gagal. Ya, gagal dalam pendewasaan pikiran.
Apa kamu harus tidur sejenak? Kamu rasa tidak, karena kamu harus memaksa sebuah keadaan yang kamu lalui. Jika memaksa itu berujung sebuah kebaikan, kenapa tidak? Begitu juga kamu belum mengantuk.
Beberapa orang menganggap, bahwa memaksa itu adalah hal yang buruk. Kamu jangan mendengarkan omongan orang lain, sebab semua itu membuat semangatmu luntur.
Kamu sangatlah bersemangat, dalam hal tulis menulis. Tetapi, beberapa orang selalu saja menganggap remeh.
Namun kamu menganggap, menulis adalah bentuk keabadian. Abadi untuk masa yang akan datang.
Jika menulis adalah bentuk ketenangan untuk dirimu, kenapa harus kamu tunda? Menunda hal yang kamu lakukan itu, layaknya menumpuk pekerjaan, semua hal yang kamu lakukan adalah pekerjaan.
Menulis keseharian kamu, keseharianmu melalui paragraf demi paragraf. Hingga kamu tidak bisa mengakhirinya, tetapi semua itu hampir saja.
Tiba-tiba, perjalanan kamu menulis berhenti begitu saja, bar gawene.
Kamu terpaksa harus menghentikannya. Kamu merasa itu adalah sebuah penyesalan.
Tetapi, kamu harus tetap bersyukur, masih diberi ruang oleh Tuhan bisa menuangkan idemu ke dalam sebuah tulisan. Andai saja kamu tidak bisa mengakhiri, kamu akan menyesal nanti, wqwqwq.